'jangan selalu jadi matahari, karena matahari kadang juga lelah jika terus bersinar.'
Hari hari ujian sudah terlewati. Semua nampak berseri seri karena sudah terlepas dengan buku pelajaran yang mereka baca setiap malamnya.
Malam minggu ini saat adzan isya' baru saja berkumandang, Jefran sudah nangkring diatas meja belajar sang kakak.
"Buruan kenapa sih lo pakek mukena aja lama, buruan kan habis ini mau ke alun-alun keburu malem nanti" cerocos Jefran.
"Lo tuh bisa diem nggak sih, sabar!" Sang kakak melempar tisu bekas make upnya.
"Udah, buruan! Awas aja lo sholatnya kayak orang balapan" ujar sang kakak.
Jefran hanya bergumam lantas mengambil posisi didepan, kali ini ia menjadi imam.
Setelah melaksanakan kewajiban, kini Jefran dan sang kakak berada di garasi.
"Kak ini mobil papa bisa nggak sih disingkirin aja, motor gue nggak bisa keluar!" Jefran berteriak kesal pasalnya dari tadi motornya tidak bisa dikeluarkan akibat mobil sang Ayah.
"Kenapa pake motor sih, toh alun-alun dari sini deket, naik sepeda aja lah kita" sahut sang kakak.
"Yaudah, kenapa nggak bilang dari tadi coba" kesalnya. Jika itu tujuan sang kakak kenapa tidak bicara dari tadi, menyebalkan!
Mereka lantas mengeluarkan sepeda masing-masing.
"Kok lo pakek sepeda Mama sih?" Tanya Joyara melihat adeknya mengeluarkan sepeda perempuan berwarna biru milik ibunya.
"Biar serasi, lo pink gue biru, modelnya juga sama" jawabnya.
Mengabaikan ucapan sanga adek, ia memilih mengayuh sepedanya keluar dari pekarangan rumah.
Diperjalanan Jefran tersenyum melihat sang kakak tampak semangat mengayuh sepedanya dengan senyum yang terus tertanam diwajahnya.
Setelah menempuh perjalanan yang cukup lama kini mereka sudah sampai di depan alun-alun kota.
Mereka memarkirkan sepeda lantas berjalan untuk mengelilingi alun-alun.
Kurang kerjaan memang."Duduk aja yuk kita, capek gue keliling mulu"
Jefran berkata lesu, sebab dari tadi ia hanya mengikuti langkah kaki sang kakak."Eh Jef, gue pengen itu.." Ucap Joyara.
Jefran yang mendengar itu menoleh, matanya mengikuti arah telunjuk sang kakak , disana ada gerobak penjual pop ice."Lo yakin? Kayak anak kecil aja pop ice" Tanya Jefran ragu.
"Anak kecil matamu, kalo nggak mau biar gue beli sendiri" Joyara berucap, namun saat hendak berdiri Jefran sudah lebih dulu berlari kearah penjual itu sambil berteriak.
"LO DIEM DISITU!" Teriaknya.
Melihat itu Joyara hanya menghela nafas dan kembali duduk.
Selang beberapa menit, Jefran datang menenteng dua kantung plastik ditangannya.
"Kok dua?" Tanya Joyara bingung.
"Sekalian beli cilok, eh eh! tadi gue nggak sengaja liat di ujung sana ada kayak rerumputan gitu terus sepi, ayo kesana" ajak Jefran.
"Ngapain?" Tanya Joyara.
"Nggak papa, di sini rame" jawabnya.
"Ya udah ayo"
Pada akhirnya mereka pergi ketempat dimana yang Jefran katakan tadi.
Betul, disini memang sepi, namun pemandangannya saat indah, dari sini kita dapat melihat langit malam ini yang cerah. Bulan diatas sana nampak bersinar terang dengan bintang yang tersebar dihamparan langit yang luas.Malam ini, malam yang benar-benar sempurna.
"Eh by the way lo mau sekolah dimana?" Joyara melontarkan pertanyaan tersebut kepada adiknya. Sebab biasanya ia akan antusias bercerita ketika akan pergi atau menempati tempat baru.
"Di sekolah lo aja, biar enak ntar. Kalo gue males bawa motor bisa nebeng lo" Jefran berucap sambil memakan cilok yang tadi ia beli.
"Kok gue nggak pernah punya pacar ya?" Tanya Joyara saat matanya tak sengaja melihat dua insan yang sedang berjalan berdua.
"Karna gue nggak pernah pacaran" jawab Jefran.
"Hubunganya?" Joyara menoyor kepala sang adik.
"Ya nggak papa, bahkan gue berharap lo nggak pernah punya pacar. Sekali punya pacar harus yang serius sama lo, biar lo nggak sakit" Jefran berucap kemudian merebahkan dirinya direrumputan.
"Gue nggak mau lo punya pacar dulu kak" Jefran berucap kembali.
Mendengar jawaban sang adik Joyara menjadi bingung, dahinya bahkan kini berkerut.
"Maksud lo?" Tanyanya.
"Nggak sih, nggak ada" Jefran malah menjawab dengan jawaban yang membuat Joyara semakin bingung.
"Sini deh tiduran, enak tau sambil liatin langit." Jefran menepuk tempat kosong disampingnya.
Melihat itu Joyara mengikuti perintah sang adik.'bukannya apa-apa, tapi gue nggak mau lo jatuh dihati yang salah kak...karena hati lo suatu saat nanti bakal jadi rumah tetap seseorang' ucapnya dalam hati. Kepalanya menoleh melihat sang kakak yang kini memandang keatas melihat langit.
Hai hai, apa kabar?
Gimana chapter ini?
Jangan lupa votmen ya!!to be continued!!
KAMU SEDANG MEMBACA
Kisah Kita
RandomKisah persahabat 3 remaja. Banyak yang mengira bahwa persahabatan 3 orang tidak akan bertahan lama. Namun buktinya mereka masih bisa bertahan dan selalu bersama. 3 manusia yang tidak percaya akan karma dari persahabatan tiga orang