[Desember 2007]
Menunggu adalah hal yang paling dibenci oleh banyak orang karena disaat itu kita tidak melakukan apapun selain menunggu yang membuat rasa bosan. Dan juga waktu yang kita punya akan terbuang sia-sia. Tak apalah jika hanya sebentar tapi kalau sudah kelamaan itu keterlaluan.
Mungkin lain cerita jika yang kita tunggu adalah si dia orang spesial, berapa lama pun menunggu sepertinya sanggup saja. Tapi kalo nunggu balesan chat dari dia, umm... kayaknya gak ada harapan deh. Kalo nunggu teman tidak tau diri yang sampai sekarang belum muncul juga? Wah, itu gak bisa dibiarin.
Film adalah sebuah hiburan yang diminati banyak orang terutama para remaja seperti Jeongyeon dan Jihyo. Keduanya memang sejak dulu menyukai film walau genre yang mereka ikuti berbeda. Tapi mereka berdua pasti akan selalu menyempatkan waktu bersama jika ada film yang menarik keluar.
Sama seperti biasanya, hari ini salah satu film yang sudah dibicarakan banyak orang baru saja rilis dan tentu saja Jeongyeon dan Jihyo tidak akan melewatkan. Mereka selalu bersemangat jika ingin menonton film dan mereka sudah merencanakan untuk hari ini sejak lama.
Tapi kemarin secara mendadak Jihyo mengatakan jika Daniel, alias pacarnya Jihyo mengajaknya untuk menemaninya pergi ke sebuah pesta ulang tahun temannya. Jeongyeon menyuruhnya untuk langsung menolak saja tapi Jihyo tetap ingin pergi bersama Daniel. Tapi Jihyo juga berjanji acaranya tidak akan sampai malam hari jadi mereka mengubah rencana mereka di malam hari.
Jeongyeon saat ini sedang duduk di salah satu kursi di dalam bioskop. Tak lain dan tak bukan tentu saja menunggu Jihyo yang katanya akan datang. Ia duduk dengan gelisah dan tak henti-henti mengecek waktu di jam tangannya.
"haish, mana sih orang itu!? sebentar lagi filmnya kan mulai"
Jeongyeon sudah sangat sebal menunggu datangnya orang itu. Tanda-tanda kemunculannya belum keliatan juga. Selain bosan dan juga kesal, filmnya sebentar lagi akan mulai dan mereka akan ketinggalan. Masa iya dia lupa tentang hari ini?
Ia mengambil ponselnya yang ada di sakunya lalu mencoba menelpon orang yang membuatnya menunggu. Panggilannya tersambung tapi lagi-lagi untuk kesekian kalinya ponselnya tidak dijawab. Ia mencoba untuk menghubunginya lagi, menunggu dan menunggu sampai akhirnya panggilannya tersambung.
"halo Jeongyeon"
"yah Jihyo! kau ini dimana, aku sudah menunggu sedari tadi!"
"a-ah, maaf jeong, apa kau sudah di sana?"
"tentu saja pabo! kita kan mau nonton. dan-- tunggu, mengapa ramai sekali disana? dimana kau sekarang?" ucap Jeongyeon.
Jeongyeon bisa mendengar suara di seberang yang sangat bising karena suara musik yang terputar, bahkan mengalahi suara Jihyo. Ia tak ingat di mall ini ada yang memutar musik sekeras itu.
"ah jeong, maaf, maaf sekali, sepertinya aku tidak bisa kesana sekarang"
"apa!? jadi kau masih di sana sekarang!?"
"ne, pestanya belum juga selesai sampai sekarang, aku sedang di luar ini. sepertinya ini akan terus lanjut hingga malam" ucap Jihyo.
"kau kan bisa saja pergi dari tempat itu dan ke sini" ucap Jeongyeon kesal.
"itu dia jeong, aku tidak enak dengan Daniel, kalau aku pulang Daniel pasti juga ikut pulang mengantarku dan meninggalkan temannya"
"kita kan sudah janjian, terus bagaimana dengan ku-- haish"
Jeongyeon menghebuskan nafasnya panjang tak sanggup berkata lagi sambil menggelengkan kepalanya. Ia sudah tak habis pikir lagi dengan Jihyo.
"jeong mianhae, jinjja mianhae. tapi kau belum beli tiketnya kan?"
Jeongyeon menunduk melihat tangan satunya lagi yang sedari tadi memegang dua tiket yang sudah ia beli. Tentu saja Jeongyeon sudah membeli tiket bahkan sejak sangat awal agar ia bisa memilih tempat duduk yang mereka inginkan. Sekarang apa gunanya membeli dua tiket kalau dia hanya sendirian?
"Jeongyeon?"
"ah, n-ne, aku belum membelinya" bohong Jeongyeon.
"ah syukurlah, aku-- *Jihyo! ternyata kau ada di sini*"
Jeongyeon bisa mendengar suara orang dari belakang, suara yang sangat tidak ia sukai.
"jeong aku harus pergi sekarang, nanti ku hubungi lagi ya"
"yah! tapi ingat perkataanku, jangan mabuk kalau aku tak ada disana!"
"iya, aku sudah ingat itu. sekali lagi aku minta maaf jeong. bye~"
Ponselnya terputus begitu saja dan sekarang Jeongyeon benar-benar sendirian saat ini. Apa tadi ia tak salah dengar? Jihyo merasa tidak enak dengan Daniel? Bagaimana dengan Jeongyeon? Mereka sudah merencanakan untuk menonton sejak lama sedangkan ia lebih memilih Daniel. Mengapa Jihyo menganggap Jeongyeon sepele sekali?
Ini bukan pertama kalinya Jihyo berulah. Sudah sering Jihyo membatalkan janjinya dengan alasan Daniel. Tentu Jeongyeon mengerti kalau Daniel adalah pacarnya, tapi apa iya harus sampai membatalkan janji di satu-satunya waktu mereka bisa bersama? Ekspektasi Jeongyeon menonton film yang ia bangun sejak lama sudah hancur sekarang.
Jeongyeon mengeratkan tangannya yang masih memegang ponselnya. Ia sudah muak, geram, dan marah. Ia sudah bosan seperti ini terus.
Ia mengusap wajahnya kasar menghembuskan nafasnya panjang untuk kesekian kalinya. Jeongyeon berdiri dari duduknya langsung berjalan keluar dari bioskop itu dengan perasaan yang tidak karuan. Ia langsung membuang kedua tiket yang tadi ia beli tadi di tong sampah lalu lanjut terus berjalan.
-
"hey jeong, kau mau ikut tidak nonton dengan Daniel besok?"
Jeongyeon tidak menjawab, ia masih sibuk dengan novel yang ia baca.
"jeong, mengapa kau diam saja"
"engga ji kau saja, aku sibuk" ucap Jeongyeon acuh.
"bagaimana kalau hari minggunya? kau bisa kan?" ucap Jihyo lagi dan sama seperti tadi Jihyo tak mendapat balasan.
"jeong ayolah mengapa susah sekali menjawab perkataanku, mengapa kau--"
"kau dengar gak sih? aku bilang aku sibuk!" Jeongyeon meninggikan suaranya.
Jihyo sangat terkejut dengan Jeongyeon saat ini. Dia benar-benar tak seperti biasanya.
"kau ini kenapa sih akhir-akhir ini seperti ini? apa kau masih belum memaafkanku tentang waktu itu?" tanya Jihyo.
Setiap kata dari Jihyo membuat kepalanya semakin panas saja. Kejadian waktu itu benar-benar membuat Jeongyeon marah dan memang ia menjadi cukup dingin kepada Jihyo. Tapi Jeongyeon masih ingin memberi Jihyo kesempatan setidaknya sekali lagi sampai dia menyadari kesalahannya. Tapi kalau sudah begini apa kesempatan itu masih berlaku? Mengapa dia bodoh seperti ini? Apa dia mau membiarkan Jeongyeon menjadi orang ketiga jika mereka bertiga jalan bersama?
"okay aku minta maaf kalau itu masih tentang kemarin, tapi kau jangan diam begini lah aku butuh kejelasan" ucap Jihyo mulai kesal.
Jeongyeon menutup buku yang ia baca dengan kasar. Ia mengambil tasnya memasukan buku ke dalam tas lalu berdiri. Jihyo yang melihatnya semakin dibuat bingung.
"hey! mau kemana kau sekarang? kita belum selesai berbicara!" ucap Jihyo.
"urus saja dirimu dengan pacar kesayanganmu itu sendiri! aku sibuk ada urusan dengan Sana"
Jeongyeon berjalan meninggalkan meja yang ia duduki. Tapi tak lama ia kembali membalikan badannya.
"untuk nonton kau pergi saja dengan PACAR mu itu, aku juga sudah ada janji akan nonton dengan Sana"
Jeongyeon langsung berjalan meninggalkan Jihyo yang masih terduduk di meja kantin itu. Ia bingung tak tau harus bicara dan bertindak apa. Jeongyeon benar-benar membuatnya bingung saat ini. Hatinya menjadi sesak setelah perkataan yang Jeongyeon lontarkan tadi. Dia tak pernah semarah ini.
"ada apa dengannya sebenarnya?"
***
TBCwaduh...

KAMU SEDANG MEMBACA
Soulmate | Jeonghyo
FanfictionJeongyeon dan Jihyo yang mencari tahu apa arti dari kata "Soulmate" Apa itu Soulmate?