On Your Back

250 44 1
                                    

[2004]

"haish, kemana perginya itu orang"

Saat ini Jeongyeon sedang berada di taman dekat sekolahnya duduk di salah satu kursi disana. Ia sedang menunggu Jihyo yang entah dimana sekarang dan sedari tadi Jeongyeon tak henti-henti menggerutu.

Jarak antara rumah dan sekolah mereka tidak terlalu jauh jadi mereka masih berangkat dan pulang dengan berjalan kaki. Bahkan hingga tahun terakhir mereka di SMP, mereka masih selalu bersama. Mungkin di beberapa kesempatan mereka tidak bersama karena ada hal lain dari salah satu diantara mereka, tapi selebihnya mereka pasti selalu bersama.

Sama seperti hari biasanya, hari ini mereka akan pulang bersama. Tapi hari ini Jihyo mengatakan ada urusan sebentar dan meminta Jeongyeon untuk menunggu di taman saja. Bilangnya sih begitu tapi hingga saat ini batang hidungnya belum kelihatan juga.

Sudah hampir setengah jam ia menunggu. Sedari tadi ia duduk sambil menendang-nendang pasir. Ia sudah merasa bosan, ditambah dengan cuaca yang panas, kemana itu orang pergi?

Tak berapa lama setelah itu, matanya menangkap sosok yang familiar di kejauhan. Ia kemudian berdiri bangkit dari duduknya menyilangkan kedua tangannya.

"kemana saja kau ini hah? bisa saja aku mateng disini"

Jeongyeon tadinya ingin marah kepadanya, tapi ekspresinya langsung melunak ketika orang itu, Jihyo semakin mendekat kearah dirinya. Ia bisa melihat Jihyo yang tidak seperti biasanya.

Ia semakin yakin ketika Jihyo sudah di berdiri di depannya. Ia hanya menunduk tanpa mengatakan apapun. Jeongyeon memegang kedua pundak Jihyo lalu sedikit menunduk untuk menatapnya. Ia terlihat seperti ingin menangis.

"ji kau kenapa?" tanya Jeongyeon khawatir.

"jeong, M-Mark..." Ucap Jihyo lirih. Ia mulai meneteskan air matanya.

"hei, mengapa kau menangis? apa yang Mark lakukan padamu?"

"d-dia, tadi dia minta putus padaku"

"apa!?"

Tangis Jihyo yang ia tahan sedari tadi langsung pecah saat itu juga, ia tak bisa menahannya lagi. Ia menangis sejadi-jadinya, hatinya hancur saat ini. Jeongyeon yang baru mengetahui berita ini tentu saja terkejut karena yang ia tahu hubungan mereka selalu baik. Ia tentu saja juga mengerti apa yang dirasakan sahabatnya ini.

Jeongyeon memasukan gadis pendek itu kedalam pelukannya. Jihyo semakin mengeratkan pelukannya dan tangisnya semakin jadi dan didalam pelukan Jeongyeon. Jeongyeon mengelus lembut punggung Jihyo membiarkannya mengeluarkan semua yang ia rasakan saat ini tak memperdulikan seragamnya yang semakin basah karena air matanya. Setiap suara senggukan dari Jihyo yang masuk ke telinganya, hatinya semakin terluka.

Jeongyeon masih mengelus lembut punggung Jihyo. Semakin lama tangisnya mulai mereda, kini ia lebih tenang. Ia merasakan Ketenangan dan kenyamanan yang diberikan oleh Jeongyeon.

Sedari dulu bahkan sejak kecil Jihyo pasti akan lari kepada Jeongyeon jika ia sedang merasa tidak baik. Jika ada suatu masalah yang terus mengganjal hati dan pikirannya, Jeongyeon pasti pilihan pertama yang ia pilih. Karena hanya padanyalah Jihyo bisa mengekspresikan dirinya sebebas yang ia mau, bahkan menangis di dalam pelukannya seperti saat ini. Jeongyeon bisa memberi ketenangan yang ia butuhkan. Ia merasa aman. Dan tentu saja Jeongyeon akan membuka kedua tangannya untuk Jihyo. Mereka sudah terbiasa untuk saling merasakan perasaan satu sama lain. Itulah gunanya mereka ada, sahabat.

Jeongyeon melepaskan pulukannya. Ia menangkup kedua pipi Jihyo lalu menyeka air matanya dengan ibu jarinya. Jihyo menghadap ke atas menatap mata gadis tinggi itu.

Soulmate | JeonghyoTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang