[2015]
"duduklah ji jangan mondar-mandir terus"
Jihyo tidak mengikuti apa kata Nayeon atau mungkin lebih tepatnya ia mengabaikan perkataannya karena saat ini ia sedang gelisah menunggu seseorang yang sedari tadi tak kunjung datang.
"aku tau kau gelisah, tapi lama-lama aku pusing melihatmu mondar-mandir terus"
"gimana aku gak gelisah kalau Jeongyeon dari tadi belum pulang, bahkan di telpon saja tidak bisa" ucap Jihyo frustasi masih mencoba menghubungi Jeongyeon.
"siapa tau kan ponselnya sudah mati karena baterai habis? ditambah dia kan lagi menyetir" ucap Nayeon.
Perkataan Nayeon tidak membuat Jihyo berhenti. Dia terlihat sangat kacau karena bingung dan gelisah.
Nayeon menghembuskan nafasnya panjang. "tapi duduk saja, okay?"
Nayeon berdiri dan menarik Jihyo duduk di sebelahnya pada sofa. Ia menyalakan televisi agar suasananya tidak terlalu tegang dan lebih ramai.
Kemarin Jeongyeon mengatakan kalau Seungyeon pulang dari Jepang sore ini. Dia bilang kalau sepulang kerja hari ini ia ingin langsung menjemputnya bersama Seoyeon ke bandara. Jadi kemungkinan ia pulang agak terlambat.
Memang ia bilang pulang agak terlambat tapi sampai sekarang ia belum pulang juga. Jeongyeon sama sekali tidak bisa ditelpon, bahkan pesannya sama sekali tidak dibalas. Terakhir kali mengabari saat ia akan berangkat ke bandara dan mengatakan kemungkinan pulang jam sembilan malam. Tapi sekarang sudah lewat 30 menit dari yang ia katakan.
Memang sih perkataan Nayeon ada benarnya. Bisa saja kan Jeongyeon melepas rindu karena sudah lama tak bertemu dengan kakaknya sampai lupa waktu dan Jihyo bisa mengerti itu. Yang dia tak mengerti hanyalah mengapa ia tidak mengabari apapun. Bahkan kedua kakaknya juga sama tidak bisa dihubungi.
Nayeon sejak sore tadi sudah ada di rumah Jihyo. Ia bilang butuh teman ngobrol saja apalagi ia sendirian di rumah karena Momo sedang ada urusan. Semenjak ia mengetahui kalau Jeongyeon sedang pergi, Nayeon memutuskan untuk menemani Jihyo sampai Jeongyeon pulang.
Yup, mereka sekarang tinggal di rumah yang sama. Untuk apa mereka harus membayar dua apartement yang berbeda kalau mereka sering menginap di salah satu tempat. Jadi sekitar dua bulan lalu Jeongyeon memutuskan pindah ke apartement Jihyo.
Nayeon sedari tadi tak henti mengajak ngobrol Jihyo agar bisa mengalihkan pikiran Jihyo dari Jeongyeon. Tapi Jihyo tidak terlalu memperhatikannya dan hanya menjawab seperlunya. Suara Nayeon seperti lewat saja di telinganya.
Tentu saja ia tidak bisa berhenti memikirkan Jeongyeon. Ini sudah jam 10 dan dia belum pulang juga dan masih saja tak ada kabar apapun darinya. Pikirannya semakin kacau, ia mulai memikirkan semua kemungkinan yang terjadi yang yang membuatnya takut. Hatinya semakin dan semakin berat.
"terus kan ya, Momo bilang lagi kalau--"
Nayeon akhirnya terhenti saat ia menyadari sesuatu dari Jihyo. Ia melihat Jihyo yang tertunduk dan mendengar suara senggukan.
"kau kenapa ji?" tanya Nayeon khawatir.
Nayeon menunduk ke bawah dan terkejut melihat Jihyo yang menangis. Nayeon menggeser duduknya mendekat dan mulai mengusap punggung Jihyo berusaha menenangkan.
"aku yakin Jeongyeon pasti akan pulang"
Nayeon tidak bisa melakukan apa-apa yang membuatnya semakin bingung. Sudah banyak cara ia lakukan tapi hasilnya sama saja, bahkan sekarang Jihyo menangis.
"unnie, g-gimana kalau ada apa-apa? gimana kalau Jeongyeon--"
"pabo! jangan berfikir macam-macam"

KAMU SEDANG MEMBACA
Soulmate | Jeonghyo
FanfictionJeongyeon dan Jihyo yang mencari tahu apa arti dari kata "Soulmate" Apa itu Soulmate?