Seorang laki-laki menjatuhkan tubuhnya di sofa empuk ruang keluarga. Cowok berkaus hijau itu baru saja selesai merombak letak barang-barang di kamar bersama Jake. Ia membuka lockscreen ponselnya, terkejut begitu melihat notifikasi di sana.
12 missed calls from Mama.
Cowok itu mengernyit, kini mengubah posisinya jadi duduk tegak, melihat lagi baik-baik tiap kata yang tertera di sana.
Tunggu. Kenapa mamanya menelepon sebanyak ini? Apakah ia telah melewatkan suatu hal penting yang ingin disampaikan ibunya?
Cowok itu akhirnya menekan tombol panggilan pada kontak mamanya.
Dua panggilan tak dijawab, namun terdengar tut.. tut.. tut.. menandakan sambungan telepon terhubung. Pada panggilan ketiga, barulah suara lembut menyapa telinga.
"Halo?"
"Halo, Ma?" Ni-ki tak bisa menutupi nada antusiasnya begitu mendengar suara sang ibu. "Mama tadi kenapa telepon? Maaf aku gak pegang hape tadi."
"Oh, enggak. Mama cuma mau ngasih tau sesuatu aja."
"Apa?"
"Kasih tau gak yaaa." Nada jail yang familiar terdengar dari seberang.
Ni-ki tersenyum. "Kasih tau dong."
"Lusa mama pulang."
Detik itu, bersamaan suara lembut itu menyelesaikan kalimatnya, tubuh Ni-ki bagai disengat listrik. Cowok itu hanya diam. Ia tak kunjung bicara apa pun sampai tiga menit berlalu.
"Halo? Abang? Teleponnya masih kesambung kan?"
"Iya."
"Kenapa diem?"
"Mama.. beneran pulang ke sini...?" Ni-ki berujar pelan. "Ini beneran? Mama gak lagi bercanda kan?"
Kekehan pelan adalah balasan yang diterima Ni-ki. "Kamu bisa buktiin sendiri nanti. Besok Mama boarding jam lima sore, jadi kemungkinan sampai di sana lusa sekitar jam sepuluh pagi. See you, my Riki~"
"See you, Mama."
Sambungan telepon kemudian terputus.
Meninggalkan Ni-ki dengan keterdiamannya, dengan segala rasa tak percayanya, juga dengan rasa tak sabar menunggu hari yang disebutkan tiba. Kabar baik itu memecahkan segala duka yang dua tahun ini hinggap di hari-harinya.
꧁ мι∂∂ℓємσѕт ꧂
Jam yang melingkar di tangan kirinya menunjuk pukul sepuluh pagi. Sudah satu jam sejak ia datang ke sini dengan binar mata yang mungkin paling bersinar dari sekumpulan manusia lainnya di sini.
"Rik, duduk sini." Seorang laki-laki yang ikut mengantarnya ke bandara menepuk kursi di sampingnya, menyuruh duduk.
Ni-ki menurut. Tapi tetap ia tak bisa benar-benar tenang dan diam. Pandangannya tetap mengelilingi keadaan sekitarnya, berusaha mencari orang yang sudah sangat ia tunggu-tunggu dan rindukan.
"Nih, titipan lo." Lima orang lain datang menghampiri. Dengan dua di antaranya memegang dua cup minuman kafe bandara lantas menyodorkan pada dua orang yang duduk menunggu mereka di sana.
![](https://img.wattpad.com/cover/272090491-288-k759528.jpg)
KAMU SEDANG MEMBACA
Middlemost | ENHYPEN ✔
Fanfiction[R13+] Cerita ini bukan tentang dunia per-love-an anak remaja. Bukan juga kisah yang banyak konflik dan teori sana-sini sampai bikin pusing tujuh keliling. Sebagian besar isinya mengandung kekonyolan serta kesolidan 7 kurcaci ini. "Di foto ini gue k...