Mentari malu-malu mulai tampak di ufuk timur. Cicit burung samar-samar terdengar menembus kaca jendela yang seluruh permukaannya masih rapat tertutup tirai. Bunyi alarm yang berdering nyaring menusuk telinga membuat si pemilik kamar bernuansa hitam-putih itu tersentak dan terjaga dari tidur karena terkejut. Diambilnya benda yang mengusiknya di pagi hari yang tenang itu dari atas nakas di samping tempat tidur. Kedua mata sipitnya yang baru terbuka sedikit sontak terbuka sepenuhnya sewaktu melihat jarum jam dinding menunjuk pukul enam lewat lima menit.
Ia langsung terduduk, diam beberapa detik untuk mengumpulkan nyawa sebelum akhirnya bangkit dan buru-buru mengambil handuk. Namun sebelum sempat ngacir ke kamar mandi, ponselnya tiba-tiba berdering. Membuatnya mau tak mau menghentikan langkah untuk mengecek. Satu nama tertera di layar benda pipih itu.
Jake is calling...
"Halo?"
Ia langsung saja menempelkan ponsel ke telinga. Itu pun tak betul-betul digenggamnya seperti kebanyakan orang yang sedang mengangkat telepon. Ponselnya diapit di antara bahu dan telinga kanannya. Sementara dua tangannya sibuk mengeluarkan seragam sekolah dalam gerakan cepat. Urusan buku pelajaran untungnya sudah disiapkan laki-laki itu semalam.
"Halo?? Lah kok gak ada suaranya?"
Si penerima telepon tak menyadari kalau tombol menerima telepon belum digesernya.
Decakan ringan dilayangkannya pada keheningan yang masih berlangsung. "Halo? Ini sinyalnya yang jelek apa emang hape gue yang minta dibanting?"
Ketika selesai dengan urusan menyiapkan seragam, ia akhirnya menjauhkan benda pipih tersebut untuk mengeceknya. Helaan napas kasar keluar kala sadar akan kebodohan yang dibuatnya.
"Halo, Sunghoon?" Suara berat Jake di seberang sana langsung menyapa indra pendengarannya. "Lo di mana? Gue udah nunggu di halte." katanya.
Sunghoon memejamkan matanya untuk beberapa saat. Cowok itu jadi makin panik sendiri. Teman-temannya pasti sudah menunggunya dari tadi. "Gue kesiangan. Ini baru bangun." ucapnya kalang kabut.
Helaan napas samar dapat didengar Sunghoon setelahnya.
"Kok bisa? Abis begadang?" tanya suara di seberang.
"Duh, nanti aja klarifikasinya. Gue siap-siap dulu. Oke?" balas Sunghoon.
"Ya udah, jangan lama-lama. Lima menit!"
Sunghoon melengos. "Segitu baru dapet buka baju, Jake!"
Jake berdecak. "Ya udah sejam," Sunghoon baru akan menghela napas lega ketika Jake kembali melanjutkan kalimatnya.
"Tapi lo kita tinggal."
꧁ мι∂∂ℓємσѕт ꧂
Segesit apa pun usaha Sunghoon untuk bersiap dengan sisa waktu yang sangat singkat, jika hari ini memang bukanlah hari beruntungnya, maka terlambat adalah sesuatu yang harus cowok itu terima mentah-mentah.
Laki-laki bertubuh jangkung dengan tiga teman ajaibnya itu berdiri di depan gerbang tinggi nan kokoh milik sekolahnya dengan deru napas tak teratur. Titik-titik keringat bermunculan di dahinya, yang sesekali cowok itu seka dengan punggung tangan. 1001 prediksi hukuman apa yang akan diberikan kepadanya mulai menguasai benaknya tanpa aba-aba. Begitupun dengan hal-hal buruk lain yang ia perkirakan akan terjadi tak juga makin membuat ia frustrasi. Bolos bukanlah jalan keluarnya dan bukan solusi terbaik. Sunghoon sudah bertekad untuk tidak melakukan hal-hal nakal itu lagi sejak naik kelas 12.
KAMU SEDANG MEMBACA
Middlemost | ENHYPEN ✔
Fiksi Penggemar[R13+] Cerita ini bukan tentang dunia per-love-an anak remaja. Bukan juga kisah yang banyak konflik dan teori sana-sini sampai bikin pusing tujuh keliling. Sebagian besar isinya mengandung kekonyolan serta kesolidan 7 kurcaci ini. "Di foto ini gue k...