Chapter 1: Sesuatu yang Jatuh dari Langit

191 25 0
                                    

"Ketika dua insan saling menyatu dan melengkapi, waktu seolah-olah berhenti. Terkadang, kita ingin waktu berjalan mundur, sehingga kejadian yang indah itu terulang kembali."

"Bu!" Seseorang mengangkat tangannya. "Apa yang Ibu maksud tentang waktu yang berjalan mundur? Emangnya bisa, Bu?"

Bu Any, seorang guru yang selalu bercerita kepada anak-anak muridnya ketika jam pembelajaran sudah selesai. Dia melakukannya secara rutin. Karena dia adalah seorang wali kelas, kami yang awalnya tidak tertarik dengan ceritanya yang konyol, manis dan asin seperti keju, lama-kelamaan menjadi terbiasa dan merasa hampa jika Bu Any tidak menceritakan ceritanya karena ada rapat mendadak.

Kala mendengar pertanyaan itu, Bu Any tersenyum. "Itu hanya sekadar ingin. Tidak ada yang tahu kita bisa melakukannya atau tidak. Yang pasti, kita sebagai manusia biasa tentu saja selalu ingin mengalami dan merasakan sesuatu yang membahagiakan kita. Seperti yang Ibu ceritakan tadi contohnya."

Aku termenung di kursi pojok kiri paling belakang, termasuk ke dalam jejeran orang yang tidak mengerti tentang perkataan Bu Any. Bau dari perkakas kebersihan yang letaknya tepat di belakangku tak sama sekali mengganggu pikiranku tentang cerita romansa tragis yang Bu Anysha ceritakan barusan.

Kisah cinta antara seorang raja patuh aturan yang sadis, tak memiliki belas kasih, pandai menggunakan pedang, dan kesepian, bertemu dengan seorang gadis asing. Perbedaan antar keduanya terlihat sangat kentara. Namun, tak ada di antara mereka berdua yang memiliki sifat periang dan ceria. Keduanya cukup kaku, tetapi lama-kelamaan mereka saling jatuh cinta, entah karena apa.

Aku masih bertanya-tanya seperti apa kelanjutan ceritanya. Bu Any hanya menceritakan satu per tiga dari seluruh cerita yang katanya tak lagi dikenang kala teknologi semakin berkembang. Hanya sedikit orang yang mengenali detail dan cerita itu.

"Baik, anak-anak. Sampai jumpa di lain waktu." Bu Any bersuara. Sepatu hak tingginya yang berwarna hitam bersinar berbenturan dengan lantai, berbunyi klotak-klotak keras. Dia pergi menjauh dari kelasku.

Semua orang sudah bersiap-siap untuk keluar kelas, tak sabar untuk menyapa angin sejuk dan meninggalkan sesaknya mata pelajaran fisika yang baru dipelajari beberapa menit lalu. Tas punggung mereka sudah terkait di kedua pundak. Beberapa diantaranya berbincang-bincang terlebih dahulu, memilih tempat mengobrol yang baik untuk memulai hari beristirahat, karena esok adalah hari Sabtu.

Tas punggung milikku masih terduduk diam di kursi kayu sebelah yang kosong. Tak pernah ada seorangpun yang menduduki kursi itu. Aku memang terlahir untuk sendirian.

Dipandang sebagai kutu buku sekolah memang tak selalu bagus. Beberapa diantara mereka menjauhiku, sebagian lagi bertingkah seolah aku tidak ada. Namun, tak ada yang berani merundungku karena aku memiliki kedudukan yang tinggi di mata para guru, ditambah dengan gelar ketua kelas yang sudah kujabat sejak aku duduk di bangku kelas sepuluh.

Sudah hampir enam tahun aku selalu menduduki kursi tertinggi di dalam kelas, Sekolah Menengah juga terhitung. Itu membuatku ditakuti oleh mereka-mereka yang memiliki niat buruk terhadapku, mereka menciut. Aku dapat dengan mudah membuktikan bahwa untuk menjadi manusia yang terpandang tak perlu memiliki tubuh yang seksi dan wajah yang rupawan. Cukup memiliki otak cerdas dan jenius, lalu menyambar semua kekuasaan yang mampu kumiliki.

"Plue, mau pulang sekolah bareng enggak?" Seseorang bertanya padaku. Dia tengah berdiri tepat di samping kanan meja yang ada di hadapanku. Pemilik suara bariton yang ceria itu adalah satu-satunya suara yang kukenal sebagai teman, sahabat yang asli. Kami sudah berteman sejak kecil. Ricky adalah anak dari temannya Mama, sekaligus tetanggaku.

Meskipun Ricky adalah teman sejatiku, dia tetap tidak bisa menduduki kursi di sebelahku karena orang-orang selalu mem-booking Ricky layaknya benda. Kebanyakan yang melakukan itu adalah para perempuan gatal, yang rasa malunya sudah tidak ada. Ricky pun sebenarnya risih karena hal itu, tetapi kini, peraturan teman sebangku telah ditetapkan dan tak dapat diubah lagi sampai kami lulus.

The Story of King Sahya - Park SunghoonTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang