Chapter 9: Seorang Teman?

67 19 2
                                    

Keesokan harinya, sehari setelah aku dan Seanu secara resmi menjadi teman yang sama-sama menyukai bacaan, buku maroon yang mirip sekali dengan History of the Ring tetap tak luput dari pikiranku, meskipun aku sudah kembali disibukkan karena Sahya telah kembali setelah empat hari berada di kerajaan Maitreya.

Kini, aku tengah berjalan ke Halaman Tengah istana sambil membawa air minum dan handuk kecil di atas nampan sempit. Aku membawanya karena Sahya dan Seanu akan melatih kemampuan masing-masing. Tentunya, kemampuan berpedang.

Istana kerajaan Sadhana ini berbentuk huruf O besar. Tepat di tengahnya, terdapat lapangan atau Halaman Tengah yang biasa dipakai untuk latihan bersama para keluarga kerajaan. Hanya untuk latihan bersama. Namun, dengar-dengar dari para pelayan senior, katanya tempat latihan setiap anggota keluarga kerajaan sengaja dibedakan. Entah karena apa.

Mulailah terdengar bunyi mata pedang yang sengaja dibenturkan satu sama lain ketika aku telah sampai di ujung selasar, koridor luar ruangan berukuran sedang yang memutar ke seluruh sisi Halaman Tengah. Aku memposisikan diri di sebelah Meera, yang ternyata sudah ada di sini sejak tadi, sambil sama-sama menopang nampan di tangan.

"Sudah datang? Pas sekali, Yang Mulia dan Pangeran Seanu baru saja memulai latihan perang tanding. Satu lawan satu!" kata Meera kegirangan.

Aku tidak menyangka, perempuan sepolos dan selembut Meera ternyata begitu antusias melihat keahlian berpedang seseorang yang sangat memungkinkan untuk melukai satu sama lain. Kukira, seperti perempuan yang sudah banyak kulihat, Meera akan menggigiti kuku jarinya karena khawatir sambil terus memandang mereka yang bertarung dengan alis berkerut.

Mengabaikan perkataan Meera, aku beralih memusatkan perhatianku sepenuhnya ke depan sana. Tanah di lapangan Halaman Tengah sampai berkepul, sebegitu cepatnya mereka menghindari serangan satu sama lain.

Tubuh Sahya dan Seanu tidak terlihat terlalu jelas dari arah di mana aku berdiri, cukup jauh, tetapi masihlah wajar untuk ditonton. Mereka bergerak lihai di balik kepulan, entah bagaimana caranya tanah-tanah itu tidak masuk ke dalam mata sehingga akan membuat mereka menangis.

Dengan jarak, di samping kedua lelaki yang sedang menjalankan latihannya itu, berdiri seorang pria lanjut usia dengan pakaian coklat tua yang sudah sobek-sobek di berbagai titik. Dia melipat kedua lengannya di depan dada, mata dan alisnya berkerut mengamati pertandingan berkedok latihan.

"Seanu, perhatikan arah serang kakakmu! Jangan hanya berfokus pada mata pedangnya saja, berfokuslah pada penyerangnya juga!" teriaknya keras-keras, aku sampai terlonjak mendengarnya.

Kembali pada dua bersaudara, mereka masih tetap melanjutkan kegiatan adu pedang. Aku bahkan tidak bisa melihat apa yang mereka lakukan, dan siapa yang saat ini tengah unggul di balik kepulan tebal itu.

Hingga tiba-tiba, kepulan asap itu hilang beringsut-ingsut ketika sebuah kaki panjang memukul tanah dengan keras. Kedua orang itu menghentikan pergerakannya, membatu bagaikan patung.

Pria tadi tersenyum, lebih tepatnya menyeringai. Dia berjalan mendekati Sahya yang dengan tepat mengarahkan mata pedangnya ke leher lawan, dan Seanu yang mati kutu, tidak bisa berbuat apa-apa selain menatap balik tatapan mata kakaknya yang tajam.

"Kerja bagus, kalian berdua," ujarnya.

Mereka langsung bergerak kembali, menegakkan tubuhnya masing-masing setelah Sahya membantu Seanu untuk berdiri. Wajahnya tidak bersih, sedikit kusam karena terpapar debu dan tanah yang berterbangan selama mereka bertarung.

Dengan terengah-engah, Seanu menundukkan kepalanya hormat sebagai tanda terima kasih. Terkecuali Sahya, yang memang kedudukannya lebih tinggi daripada siapapun di seluruh penjuru Sadhana. Namun, bukan berarti pria itu kedudukannya lebih tinggi dari Seanu, tetapi karena dia adalah seorang guru yang sudah diutus untuk mengajari ilmu pedang kepada mereka berdua sejak kecil, terlebih lagi Sahya.

The Story of King Sahya - Park SunghoonTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang