Keesokan harinya, kerajaan yang awalnya sepi berubah menjadi sangat ramai. Di luar gerbang kompleks istana, sudah banyak orang-orang yang berkumpul dan antusias untuk menyambut pemimpin baru mereka.
Pengabulan permintaan Sahya benar adanya. Dia langsung memerintahkan para pekerja, menyiapkan segala hal yang sekiranya dibutuhkan untuk menyapa rakyat-rakyatnya hari ini. Katanya, Sahya juga berencana untuk menjarah ke suatu tempat, sekedar menghibur diri.
Di sisi lain, Reyvan, pelayan, dan para pekerja istana sangat terkejut akan apa yang diperintahkan oleh tuannya. Namun, mereka pun turut senang dan bahkan berterima kasih kepadaku karena telah membuat Yang Mulia kembali keluar dari sangkarnya.
Kini, aku tengah berada di kamar besar Raja seperti biasanya, membantunya memakaikan pakaian terluar untuk kedua kalinya. Sahya meminta untuk memakaikan setelan yang tidak terlalu mewah. Maka, aku memintanya untuk mengenakan sebuah kemeja putih, dan memakaikan outer rajutan biru tua.
Sahya terlihat sempurna. Usianya yang masih belia terpancar jelas ketika dia memakai pakaian sederhana seperti ini. Dengan balutan celana panjang berwana coklat, Sahya sudah siap untuk bertemu dengan rakyatnya lagi, tentunya dengan status baru yang dia genggam.
"Yang Mulia siap?" tanyaku, sembari berjalan di sampingnya, menyelusuri lorong-lorong panjang dengan langkah lebar untuk menuju ke pintu utama istana.
Sahya mengangguk mengiakan. Dia terlihat cukup gugup, wajah datarnya menyiratkan. "Ya. Kapan pun."
Meskipun begitu, aku tetap tersenyum. Sangat bersyukur ternyata permintaanku dikabulkan dan langsung dilakukan olehnya. Aku sungguh tidak menyangka dia akan mengadakan pertemuan dengan rakyatnya secepat ini, tetapi ini bukanlah hal buruk.
Hanya saja, ternyata Sahya cukup patuh terhadapku yang bukan siapa-siapanya.
Sampailah kami di depan pintu besar. Ketika aku hendak meminta dua orang penjaga tua untuk membukakan pintu, Sahya justru mendorongnya tanpa aba-aba. Pintu pun terbuka dengan mudahnya. Lelaki itu langsung berjalan ke luar tanpa sepatah kata.
Aku menyusul dari belakang, kembali mensejajarkan langkahnya yang lebar itu, membuatku sedikit tertatih-tatih. Sejauh mata memandang, pagar raksasa, gerbang atau pintu masuk melalui kompleks istana, dipenuhi oleh sorak-sorai orang-orang.
Mereka menyerukan nama Sahya, dengan gelar yang dia sandang di hadapannya. "Hidup Raja Sahya! Hidup Saya Sahya!" kata mereka. Mulai dari anak-anak sampai yang lanjut usia berada di depan sana, menjulurkan tangan-tangannya ke sisi gerbang.
Dibuat bergidik aku oleh mereka. Seruannya yang menggelegar bak raungan hewan buas membuatku berpikir bahwa mereka bisa saja adalah mahkluk mengerikan seperti zombie. Namun, aku tidaklah sedang berada di dalam buku seram bermusuh mayat hidup, melainkan di dalam buku usang yang berceritakan tentang seorang Pangeran Mahkota Sadhana, yang kini sudah menggantikan posisi ayahnya menjadi raja.
Langkahku melambat. Bukan dia yang takut, ternyata aku. Bagaimana jika aku terbawa arus dan tersesat nanti? Ini adalah kali pertamanya aku akan keluar dari gerbang dan ruang lingkup kompleks istana.
Aku tidak tahu kebiasaan atau adat mereka. Bagaimana jika aku terbawa arus, lalu bertemu dengan orang asing dan dikucilkan? Apa aku akan selamat? Aku lupa bahwa dunia ini asing untuk aku jamah.
Melewati tanaman-tanaman hijau dan kolam berisikan teratai, aku berjalan di belakang Sahya yang melangkah dengan percaya diri, melewati belasan atau mungkin puluhan paviliun yang disinggahi oleh para bangsawan.
Mereka yang berpakaian mewah santun itu sudah berdiri di depan pintu paviliun dan rumah besar, mereka menunduk hormat selama Sahya berjalan.
Lalu, ketika suara-suara yang berteriak antusias itu semakin dekat, bahkan di depan mata, aku berhenti. Di belakang punggung Sahya, aku merasa bahwa orang-orang di depan melirikku karena tidak sopan.
KAMU SEDANG MEMBACA
The Story of King Sahya - Park Sunghoon
FanficHiatus! "Ketika dua insan saling menyatu dan melengkapi, waktu seolah-olah berhenti. Terkadang, kita ingin waktu berjalan mundur, sehingga kejadian yang indah itu terulang kembali." Namanya Plue Kezanna, perempuan introvert yang duduk di bangku kela...