Kinanti Laudyara adalah seorang PA profesional. Jasanya sudah terdengar hingga ke selesar istana para konglomerat tanah air maupun mancanegara. Dalam kurun waktu sepuluh tahun, ia sudah pernah bekerja pada belasan keluarga old-money yang tersebar di...
Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
"Dia masih tidak mau menjawab telepon saya."
"Biar saya coba hubungi beliau lagi," kataku entah untuk yang keberapa kali semata-mata agar perasaan wanita nomor dua di hidup bosku itu merasa lebih baik.
Sejak menjemput keluarga Shuji di bandara lalu mengantar mereka ke Andara, hingga urusan di sana selesai, aku belum melihat Naren lagi. Begitupun dengan Tarasha Shuji.
Entah apa yang terjadi selama di rumah besar Hanggara Manan, namun melihat raut wajah Tara yang jauh dari kata baik, aku berasumsi—apapun itu, semuanya tidak berjalan dengan lancar. Masalah besar sepertinya. Dan mungkin saja melibatkan dirinya sendiri.
"Tidak perlu, kamu bisa pulang. Terima kasih sudah mengantar kami." Tarasha Shuji tersenyum tulus. Wanita muda itu baik sekali, membuatku tidak tega jika tidak mengerahkan usaha lebih keras mempertemukannya dengan Naren.
"Mungkin Anda bisa menunggu beliau di kediamannya. Saya yakin tuan Naren tidak akan kemana-mana kalau Anda sedang di sini."
Benar, kan? Tara jarang sekali berada di Indonesia, Naren tidak mungkin menyia-nyiakan waktu kebersamaan yang mungkin akan mereka miliki.
"Saya lebih yakin kalau dia sedang ingin sendiri. Menjauh sementara dari saya, he deserves it." Tara menunduk dalam. "We deserve better. Terlebih Naren, poor him. Aku telah banyak membuatnya kecewa."
Oke, kalau yang satu itu sudah bukan ranahku untuk ikut campur.
"Tapi aku minta tolong kalau nanti Naren bisa dihubungi atau kamu bertemu dengannya, tell him to talk to me," ucap wanita itu dengan nada khawatir yang tersirat.
Aku mengangguk singkat. "Baik, akan saya sampaikan."
Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
"Sir, nona Tara meminta agar Anda segera menghubunginya. She's worried."
"Ya. Nanti akan saya hubungi," jawabnya masih dalam keadaan menutup mata di atas Fujimedic Kumo yang menyala halus.
Dia terlihat begitu nyaman meski tubuhnya hanya terbalut bathrobe hitam tebal sehabis mandi. Sedangkan aku ... hah lupakan. Selarut ini masih dalam balutan kemeja kusut bekas seharian beraktivitas. Belum lagi keadaan perut perih minta diisi makanan yang lebih pantas dari sekadar snacks.