"Kin?" Usapan lembut hinggap di lenganku saat tanpa sadar aku sudah berjam-jam duduk termenung menatap Raka dan Luke yang sedang terlelap di atas ranjang yang sama.
Keadaan mereka sudah jauh lebih baik. Bahkan sudah bisa bercanda dan saling mengejek perban satu sama lain. Bergantian menggambar macam-macam karakter acak di atas perban itu tanpa memikirkan kemalangan apa yang telah terjadi pada tubuh-tubuh kecilnya.
"Kamu jadi pulang ke apartemen?" Ran yang baru datang setelah seharian penuh menemani Leo di Semi, berdiri di sebelahku dengan kantong kertas menggantung di salah satu tangannya. "Aku bawa baju ganti. Jaga-jaga kalau kamu malas kalau harus pulang dulu."
"Aku jadi pulang ke apartemen dulu, Ran. Sekalian ada yang mau aku ambil dari sana."
"Sudah makan?" Tanyanya lengkap dengan picingan mata. "Aku liat-liat semenjak di rumah sakit kamu jarang makan, harus selalu aku ingetin dulu."
Aku tersenyum kecil. "Udah. Tadi turun sebentar ke kantin rumah sakit. Gulai ayamnya lumayan."
Ran berlebihan. Waktu makanku selalu tidak pas dengan kehadirannya di sini. Wajar saja tidak terlihat. Lagipula aku tidak bodoh, untuk bisa menjaga anak-anak hampir 24 jam, tubuhku perlu asupan yang cukup agar tidak ikut tumbang.
"Gimana kata dokter? Anak-anak sudah boleh pulang besok?"
Aku mengangguk sekilas. "Besok siang mereka sudah boleh pulang. Dengan beberapa syarat dan anjuran dari dokter yang bisa kita jalankan di rumah."
Kata dokter, tidak ada luka dalam serius yang berakibat fatal pada keduanya. Hasil CT-scan juga tidak menunjukkan adanya bagian tubuh yang kemungkinan mengalami cidera akibat kecelakaan itu. Semuanya baik-baik saja kecuali fakta kalau luka luar Raka dan Luke cukup parah dan memerlukan perawatan khusus. Tapi itu bisa dilakukan di rumah, dengan menyewa perawat berpengalaman untuk membersihkan dan mengganti perban mereka secara berkala.
"Syukurlah. Aku akan lebih tenang kalau mereka bisa kita rawat di rumah. Fokusku agak terbagi, Livi lagi rewel-rewelnya nggak mau ditinggal."
Aku beranjak dari duduk untuk meraih kardigan di atas sofa dan kunci mobil. "Aku, kan, udah bilang kalau kamu di Semi aja. Anak-anak di sana lebih butuh kamu. Aku bisa jaga sendiri di sini."
"Dan membiarkan kamu sibuk 24 jam sampai lupa makan juga istirahat?" Ran menggeleng. "Nggak, Kin. No offense, tapi kamu nggak terbiasa ngurus anak-anak 1x24 jam, aku sudah melihat dengan jelas bagaimana kesulitannya kamu selama beberapa hari ini mengurus keperluan Raka dan Luke."
Aku meringis. Ran benar. Aku memang sedikit kerepotan memenuhi semua kebutuhan Raka dan Luke sekaligus selama di sini. Tapi bukan berarti aku tidak bisa, hanya belum terbiasa. Mengurus anak-anak selama itu memang spesialis Ran dan Leo. Kontribusiku tidak terlalu banyak mengenai itu, hanya sesekali ikut membantu saat akhir pekanku luang.
KAMU SEDANG MEMBACA
The Home He Lives In [COMPLETED]
RomanceKinanti Laudyara adalah seorang PA profesional. Jasanya sudah terdengar hingga ke selesar istana para konglomerat tanah air maupun mancanegara. Dalam kurun waktu sepuluh tahun, ia sudah pernah bekerja pada belasan keluarga old-money yang tersebar di...