Kinanti Laudyara adalah seorang PA profesional. Jasanya sudah terdengar hingga ke selesar istana para konglomerat tanah air maupun mancanegara. Dalam kurun waktu sepuluh tahun, ia sudah pernah bekerja pada belasan keluarga old-money yang tersebar di...
Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
Aku menggeram malas saat celah tirai kamar meloloskan seberkas cahaya matahari pagi yang menyorot menyebalkan. Rasa pening yang menyerang kepalaku semakin menjadi karena warna terangnya membuat mataku yang bahkan baru terbuka setengah menyernyit silau. Tsk. Kenapa orang-orang di rumah ini cenderung tidak becus menutup tirai dengan sempurna? Tidak tahukah mereka kalau majikan mereka ini baru saja melalui malam yang buruk dan butuh waktu lebih dari tiga jam untuk tidur?!
Dan lagi siapa yang membuat ponselku berbunyi di pagi hari seperti ini?! It's freaking saturday fucking morning! What's wrong with these people?! Seharusnya semalam aku mematikan benda itu, persetan dengan panggilan penting yang nantinya akan masuk. Aku akan membiarkan mereka mengganggu Gara atau Kinanti. Itu tugas mereka, kan? Diganggu dan menganggu.
Kinanti. Tsk, wanita satu itu! Aku menutup mata dengan lengan lalu mendengus lelah. Mendengar namanya membuat ingatanku mundur beberapa jam sebelum di sini.
"Where's Gara?" tanyaku begitu menginjakkan kaki di pelataranrestoran fine dining yang dijadikan tempat wine testing party Malvin Bottega kolaborasi Higi Câlin---cabang bisnis Hanggara di bidang F&B.
"Sudah menunggu di dalam, Sir. Mari," katanya sambil menunjukkan jalan ke arah barat hotel. sebelum itu, dengan ringkas---as always, Kinanti menunjukkankartu pass khusus pada penjaga di pintu masuk. "Apa kamu baru saja menunjukkankartuundangan, Kin? Really? We don't need that thing. I owned the party."
Kinanti membawa tubuhnya satu langkah di belakang tubuhku ketika berjalan dan menjawab, "Mereka tidak akan sadar kalau saya membawa seorang Hanggara Nareno, Sir. Di belakang Anda hanya ada saya, tidak ada lusinanboduguard yang seharusnyamengkawal orang sepenting Anda."
"Jadi maksud kamu mereka tidak mengenal saya sama sekali? Even in single glance?" tanyaku tidak serius. Aku tidak butuh dikenal semua orang as a personal, mereka hanya perlu tahu nama besar Hanggara dan bisnis-bisnisnya.
"They're not aware of your presence, it's not like they don't know who you are, Sir. Di suasanaramai seperti ini hal tersebut bisa terjadi. Lagipula---please don't misunderstand me but, mayoritas orang-orang yang luput dari lingkungan Anda hanya tahu siapa Anda by name, not by look."
Aku terkekeh. Ah, wanita serius ini benar-benar! Dedikasinya terhadap aturan-aturanagensi yang memberinya pekerjaan sangat mengagumkan. Kalau saja langkah kami tidak segera sampai di pusatkeramaian pesta, aku akan mengolok---lagi, kekakuannya yang sudah tak tertolong itu.