Bonus✨
Yok kencengin lagi like, comment, sama follow-nya💃
"Jadi, ada apa, Pangeran Mahkota? Seems carry the whole world in your tiny mind." Rash melenggang masuk tiba-tiba tanpa pemberitahuan. Ia bahkan melanggar salah satu aturan dasar yang selalu aku tekankan pada siapapun, mengetuk pintu.
"Kamu terlihat mengerikan," kataku sambil menyernyit heran. Mengingat ini adalah seorang Arashati Hanggara, mustahil ia membiarkan kemeja linen dan palazzonya terlihat kusut dan kotor. Apalagi rambut tidak tertata, bukan Rash sekali.
"Pangeran Mahkota, kamu memanggilku seakan ada hal mendesak yang tidak bisa ditunda. Asal tahu saja, aku langsung pergi dari pacuan sesaat setelah membaca email super singkat yang kamu kirim."
"Riding with that linen and palazzo? Really?"
"Quick ride. Ada yang salah, Pangeran Mahkota?"
"Berhenti memanggilku seperti itu, Arashati," decakku tidak suka. Hal itu membuatku kembali mengingat pada keputusan Hanggara Manan. Mengingatkanku pada kebebasan yang tengah kupertaruhkan. Mengingatkanku pada bendera persaingan yang mungkin akan segera Harsa kibarkan. Sangat membuang waktu. Dan yang terpenting, mengingatkanku pada ketakutan Tara yang sejak dulu menghindari spotlight. "Mendengarnya hanya semakin membuatku muak. Hanggara Manan-your dearest grandpa, terlalu sembrono memutuskan hal sebesar itu. Don't you think?"
"Apa kamu baru saja memanggil the Great Hanggara Manan sembrono, Naren?" Rash mengambil posisi duduk berhadapan denganku di sofa baca.
"Ya, aku baru saja menyebut kalau Hanggara Manan sangat-sangat sembrono. Penerusnya dia bilang? Cih. Seseorang sekeras Hanggara Harsa tidak akan pernah membiarkan semua itu terjadi." Aku bukan tipe orang yang senang bersaing, apalagi untuk hal yang tidak kuminati. Menjadi orang nomor satu di ranting kekuasaan Hanggara bukan tujuanku, sejak awal tempat itu milik Harsa dan please let it be. Aku tidak tertarik ikut beperan dalam perebutan jabatan. Tapi sepertinya Kakek tidak paham akan itu. "Jadi, katakan padaku Rash kalau Harsa mustahil akan mengotori kedua tangannya demi merebut kembali kursi besar yang katanya akan menjadi milikku itu."
"Jangan berlebihan. Hidup kita bukan drama seri."
"Kita tidak tahu keinginan berkuasa bisa membuat orang menjadi seberbahaya apa, Rash. Manusia itu rumit, lebih rumit lagi isi kepalanya."
Rash mencemooh. "Apa ini? Kamu takut padanya? Pada seseorang sekeras Hanggara Harsa? Benarkah? Seorang Hanggara Nareno?"
"Bukan itu poinnya."
KAMU SEDANG MEMBACA
The Home He Lives In [COMPLETED]
RomanceKinanti Laudyara adalah seorang PA profesional. Jasanya sudah terdengar hingga ke selesar istana para konglomerat tanah air maupun mancanegara. Dalam kurun waktu sepuluh tahun, ia sudah pernah bekerja pada belasan keluarga old-money yang tersebar di...