Berita mengenai perubahan pewaris utama Hanggara Grup sudah mulai menyebar luas sejak beberapa hari terakhir. Belum ada pernyataan resmi dari pihak Hanggara sebenarnya, namun berita dari mulut ke mulut lebih cepat berhembusnya. Bahkan sedikit demi sedikit media bisnis besar mulai menampakkan hidungnya dan bergantian menghubungiku dan Gara meminta janji temu ekslusif dengan bos kami.
Sementara media di luar sana sibuk dengan spekulasinya, di dalam sini bos kami malah sibuk dengan kritikan-kritikan pedas mengenai jadwalnya yang merasa perlu banyak rombakan. Aku dan Gara hanya bisa diam mendengarkan selagi dia berbicara ketus mengenai 'jadwal yang ini jangan di simpan after lunch' atau 'ini seharusnya bisa di skip satu-dua jam' dan juga kalimat ketus lainnya seperti 'jum'at malam. Atau akhir pekan sekalian, i don't give a shit.'
Seakan-akan pekerjaan kami memang tidak sebecus itu. Padahal susunan jadwal tersebut sudah kami sesuaikan dengan ketersediaan waktu kedua belah pihak, khususnya waktu pria itu sendiri. Melobi waktu orang lain juga tidak mudah, sama seperti waktunya. Apa Naren tidak berpikir sejauh itu atau memang dia sedang ingin bersikap menyebalkan saja?
"Pak Gubernur memiliki jadwal rapat pengesahan Raperda sebelum jam makan siang, Sir. Beliau hanya memiliki waktu luang setelahnya," jawabku mengenai permintaannya untuk tidak menempatkan janji tinjau langsung lapangan dengan Gubernur setelah makan siang.
"Kalau begitu pastikan penerbanganku ke Bangkok setelahnya tidak terkendala apapun."
Mungkin maksudnya kalau tidak ada janji setelah makan siang, Naren bisa ke Bangkok lebih awal. Dan tentunya dia akan memiliki banyak waktu. Jadi, meski ada kendala apapun dia masih bisa datang tepat waktu.
"Baik, Sir. Akan saya usahakan."
Naren menoleh sekilas, tidak lama. Seharian ini dia seperti enggan bersitatap denganku lebih dari lima detik. "Pastikan, Kinanti. Bukan usahakan."
Aku mengulas senyum paksa. "Akan saya pastikan, Sir."
"Lalu untuk rapat internal dengan tim finance sepertinya tidak bisa dipersingkat hingga dua jam, Bos. Data terbaru yang Anda minta perlu waktu untuk di review."
"Usahakan persingkat minimal hingga 30-40 menit, Agara. Aku perlu waktu setelahnya untuk evaluasi singkat. I don't want to spoil my next appointments by taking a bit of their time."
"Baik, Bos."
Aku melirik Gara yang diam-diam menghela napas dengan iPad menyala di tangannya. Rambutnya terlihat berantakan dengan kacamata yang sesekali melorot saat sedang menulis sesuatu di atas layar sepuluh inci tersebut. Poor him. Entah karena kesalahannya beberapa waktu lalu atau karena memang jadwal Naren sedang hectic, pria itu dibuat kewalahan. Aku tidak bisa membantu banyak karena sejak awal Naren memberiku job desc yang minim untuk masalah kantor.
KAMU SEDANG MEMBACA
The Home He Lives In [COMPLETED]
RomanceKinanti Laudyara adalah seorang PA profesional. Jasanya sudah terdengar hingga ke selesar istana para konglomerat tanah air maupun mancanegara. Dalam kurun waktu sepuluh tahun, ia sudah pernah bekerja pada belasan keluarga old-money yang tersebar di...