Part 7

76 4 0
                                    


Sebuah mobil BMW warna hitam melaju memasuki perumahan elite didaerah Jakarta Selatan. Runa melihat kearah luar jendela mobil. Lampu-lampu seperti bekejaran dengan mobil yang di tumpanginya . Topeng warna pink menutup sebagian wajahnya . Make up yang di pakainya tipis karena luka di wajahnya.
" Bisakah besok libur sekolah? Apa besok mati saja?" Batin Runa , Runa tampak terkejut dengan suara batinya sendiri
" Iya , ayo mati besok bunuh diri " batin Runa berbisik
" Pak masih jauh ? " Tanya Runa
" Enggak udah sampai itu didepan "
" Ok " jawab Runa sambil memegang erat tas mini di tangannya . Melamun bukan hal baik Runa harus fokus . Runa memegang kepalanya yang sedikit cenat cenut .
" Itu nyoya baru saja sampai " kata Pak Adi yang menghentikan mobil didekat Mama Runa
" Ayo " panggil Mama sambil membukakan pintu untuk Runa
" Kamu sakit , kenapa nggak bilang tadi sama Mama , tau gitu tadi nggak usah ikut" kata Mama
" Nggak papah Ma , udah reda nyerinya "
" Ayo , " kata Mamanya sambil mengadeng tangan Runa
" Banyak banget , kolega Mama di dalam , jaga sikap kamu " kata Mama sambil memberikan udangan untuk reservasi
" Nanti kita duduk dibelakang "
" Kenapa duduk dibelakang ma?" Tanya Runa
" Besok kamu sekolah apalagi kamu lagi sakit nanti habis sambutan terus makan-makan kita pulang , atau kamu nanti pulang duluan "
" Ngikut Mama aja kalau gitu " ucap Runa
" Eh , Bu Dewi baru sampai ya , " tanya seorang perempuan memakai baju warna pink tua
" Hallo , Bu Ratna ya ? " sapa Mama
" Kelihatan ya ? Saya udah pakai topeng loh padahal " jawab Bu Ratna
" Iya lah , cantik gini mau pakai topeng sekalipun masih ketahuan kalau ini tuh Bu Ratna "
" Ih , Bu Dewi bisa aja " kata Bu Ratna yang dengan santainya mengandeng tangan Mama Runa
" Ini anaknya Bu Dewi Aruna itu ya? " Tanya Bu Ratna
" Iya , tante " jawab Runa sambil mencium tangan Bu Ratna
" Cantiknya , ini yang excel 2 kali itu kan ? "
" Iya , Tante " jawab Runa sambil tersenyum
" Duduk sini aja yuk " ajak Mama Runa
" Oh oke ," satu meja masih kosong ada 5 buah kursi sandar yang mengitari meja bulat yang diatasnya tertata banyak sekali cake warna-warni .
" Eh Bu Dewi , Bu Ratna , boleh gabung nggak nih "
" Oh Bu Siska mari Bu silahkan"
" Hallo Runa " sapa Bu Siska
" Hallo Tante " sapa Runa sambil tersenyum
" Udah lama sampainya? "
" Baru saja " jawab Bu Ratna . Mama dan kedua koleganya tampak berbincang-bincang dengan asiknya . Semantara Runa tampak terpesona dengan kue didepan matanya ada chess cake , macaron yang membuatnya menelan ludah dari tadi. Di tambah ada banyak kue pavlova yang dibawa beberapa peramu saji dari meja ke meja . Terlalu banyak kue favorit Runa di pesta ini .
" Mau pavlova Runa ? Kamu suka pavlovakan ? " Tanya Mama Runa
" Boleh Ma "
" Runa suka pavlova ? " Tanya Bu Ratna
" Lumayan Tante " jawab Runa sambil menyedok pavlova ke mulutnya . *Ting.....ting..... Mohon perhatianya ibu Jenny akan memberikan sambutannya "
" Terima kasih sebelumnya sudah datang di acara kami malam ini "
" Seperti sambutan pada umumnya " batin Runa yang kini tampak tak peduli dengan isi sambutan itu . Chess cake dan macaron belum mendarat di mulutnya.
" Acara perusahan yang mulai hari ini  "
" Pasti lama " batin Runa lagi saat pavlova nya hampir habis
" Enak ? " Tanya Mama dan Runa tampak tersenyum sambil mengangguk

" Acara ini adalah bentuk syukur kami karena putri kami yang kebetulan tidak bisa hadir pada malam hari ini karena sedang diluar negeri telat menjuarai olimpiade matematika tingkat provinsi "

" Plok.....plok...." Suara tepuk tangan terdengar di seluruh penjuru ruangan
" Kamu kemarin olimpiade matematika juara satu tingkat provinsi , anak ini juara berapa ? " Bisik Mama tepat di kuping Runa tangan Runa ikut bertepuk tangan kepalanya tampak menggeleng tanda tau

" Putri kami bernama Aruna Felicia  Hartanto semoga lebih diberi keberkahan , kemudahan , dan kesehatan "

Sekali lagi ruang penuh dengan suara tepuk tangan Runa tampak melihat kearah Mamanya yang tampak canggung bercampur marah.

" Bisa sama , mirip namanya sama Runa "
" Iya sama , kok bisa kebetulan gitu ya " kolega Mama tampak melihat ke arah Runa
" Maaf permisi sebentar ya , bu " kata Mama sambil menarik tangan Runa

" Kamu pulang duluan ," kata Mama Runa
" Aneh banget acaranya , bisa-bisanya namanya sama diaku-aku pula , tau gini tadi nggak berangkat " Mama

Mama Runa tampak begitu tersulut emosinya sambil menutup pintu mobil keras-keras

"Kamu duluan nanti Mama nyusul "
" Nggak sekalian Mama ikut "
" Hilang nanti pamor Mama kalau langsung pergi "
" Ya udah terserah Mama "
" Iya kamu hati-hati "
" Iya Ma ,"

Mobil Runa mulai berjalan meninggalkan rumah megah bercat putih tempat acara itu berlangsung .

" Kok bisa ," ucap Runa karena seingatnya entah yg harapan atau yang jadi juara olimpiade matematika yang bernama Aruna hanya dirinya namanya hanya berbeda di belakangnya saja .

"Ini mobil pas banget parkir ditengah jalan nutupin yang lain lewat . Seorang laki-laki bertubuh tegap dan tinggi keluar dari mobil bermerek Ferrari warna abu  dia tampak berlari terbirit-birit

" Tolong parkir mobil saya di garasi "
" Siap mas  " ucap seorang laki-laki paruh baya sambil memberikan sebuah topeng warna hitam
" Runa nya udah datang belum ? " Tanya lelaki itu
" Udah tadi kayaknya lagi makan pavlova "
" Ok " kata lelaki itu yang kemudian kembali berlari
" Pak buruan pak " suruh sopir Runa
" Oh iya pak maaf "

Runa tak pernah tau siapa orang tadi kenapa dia dicari-cari .

SisterTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang