Part 17

49 4 0
                                    

Semua masih gelap matanya masih tertutup . Namun , bibir dan tangannya sudah tak ada lagi lakban.

Bagian bawahnya masih terasa ngilu . Runa mencoba membuka kain yang menutup matanya. Sebuah pedang panjang tepat berada di leher Runa siap untuk menebas kepala Runa . Tampak seorang laki- laki memakai masker warna hitam dan wajahnya nyaris tak terlihat. Dia memberikan meja berisi makanan untuk Runa dan beberapa butir obat

" Makan " suruh orang itu
Runa memegang Roti dengan tangan gemetar. Dunianya seakan hancur ingin rasanya dia menangis dengan begitu keras . Tapi bukan saatnya untuk menangis dia harus pergi dari sini.

Matanya tampak mencari cela . Hanya ada satu pintu keluar tak ada jendela
" Cepat ! " Suruh orang itu yang membuat Runa tersendak . Buru- buru Runa makan tanpa ditelan .

" Minum obat ini " kata orang itu sambil mengacung jari.

Runa meminum obat itu dan berpura-pura menelannya .
Orang itu menyemprotkan sesuatu ke kain bersih .
" Hirup! " Kata orang itu Runa mengambil nafas dalam dan menghirup kain itu sedikit . Rasanya semuanya terasa gelap tapi Runa masih setengah sadar . Matanya berkunang-kunang. Kepalanya serasa berat hingga dia jatuh ke atas meja makan.

" Kamu perempuan beruntung " kata orang itu sambil membaringkan Runa
di atas kasur .

" Kasih dia baju mahal , mandikan dia , beri riasan paling cantik , beri semua yang terbaik " suara seorang laki-laki dari balik pintu memecah keheningan
" Baik Tuan " pintu kamar Runa terbuka tampak 6 orang perempuan dengan pakaian rapi masuk ke dalam .

" Kerjakan dengan cepat dan rapi " suara itu mulai kembali memecah keheningan
" Saya rapat dulu , setelah itu saya akan langsung naik pesawat bersama perempuan saya "
" Rapat 20 menit lagi , suruh seorang supir mengantar dia ke pesawat saya ,"
" Baik tuan "

Salah seorang dari 6 perempuan menutup pintu kamar dan berjalan kearah Runa satu persatu pengait di baju Runa dilepas . Badannya kini diselimuti kain warna putih . Runa bak seperti boneka didandani hingga tampak cantik. Runa mengintip sedikit lewat ekor matanya.
Runa tampak mengunakan mini dress cantik berwarna biru tua .

Sebuah mobil BMW warna hitam tampak menunggu di sebuah halaman Rumah bergaya kontemporer .
" Nanti kita ketemu dikantor , saya siapkan pesawat untuk Tuan dulu "
" Siap bos , "
Runa berpikir keras kesempatannya tak datang 2 kali . Runa mengintip dari sudut matanya . BMW tidak mudah untuk diakali. Mobil mulai berjalan pelan . Jelas supir yang didepannya tak akan pingsan jika di pukul dengan sepatu hak tingginya .

Runa memegang pintu mobil , mencoba menerka dimana dia akan berhenti . Sebuah gedung pencakar langit tampak begitu gagah terlihat di kaca mobil . Supir ini tidak akan di dalam mobil ini selamanya saat sampai dia akan berhenti . Mobil yang ditumpanginya serasa berbelok masuk

" Hey , bang mampir dulu , bos lagi rapat "
" Ok siap gue parkir dulu "

Benar dugaan Runa orang ini akan berhenti dan keluar mobil . Runa mengambil sepatunya yang sudah berusaha dilepaskan dari tadi .
" Ok parkir bentar disini " Supir itu tampak menghentikan mobilnya dan mencabut kunci mobilnya . Runa memaksa membuka pintu mobil dan berlari secepatnya tanpa alas kaki .

" Taksi! Taksi ! "
Runa mencoba menghentikan taksi yang lewat beruntungnya sebuah taksi berhenti didekatnya
" Mau kemana neng " Tanya supir taksi
" Jalan aja dulu pak yang cepat ya , "
" Siap neng "

Banyak orang tampak begitu panik diluar gedung tempat Runa berhenti tadi . Runa mengambil nafas dalam . Tapi pikirannya tak berhenti untuk terus panik .

SisterTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang