Hujan (1)

3 1 0
                                    

----

Bel sekolah berbunyi tanda pelajaran di sekolah hari ini telah selesai dan ini hal yang ditunggu-tunggu Senja daritadi karena ia sudah tidak sabar ingin cepat pulang sekolah untuk segera menuju ke toko buku langganannya.

Sesampainya Senja di toko buku dia tanpa disengaja bertemu lagi dengan seorang laki-laki yang memang juga langganan beli buku di toko tersebut dan Senja memang sudah akrab dengan laki-laki tersebut.

"Eh hai, Jevan" ujar Senja yang menatap wajah seorang lelaki bernama Jevan yang kini berada tepat di depan Senja dengan wajah sumringah.

"Eh hai, Senja ketemu lagi kita ternyata haha" jawab Jevan yang membalas sapaan Senja sambil tersenyum.

"Haha iya, lo kesini mau nyari buku apalagi bukannya minggu lalu lo abis beli banyak buku ya kok cepet banget lo baca itu buku semua" ujar Senja sambil mulai melihat buku-buku yang ada di rak toko buku.

"Gue mau beli buku sejarah, Sen. Buku yang minggu lalu gue beli juga belom selesai gue baca" jawab Jevan yang kini juga ikut melihat dan mencari buku yang ia ingin beli.

"Oh kirain" ujar Senja.

"Lo sendiri mau beli buku apa lagi? Buku Fantasi lagi?" tanya Jevan.

"Engga, gue mau beli buku komik" jawab Senja yang kini tengah memegang sebuah komik.

"Dih tumben lo beli buku komik, biasanya juga beli yang fantasi biar bisa berhalusinasi" ujar Jevan.

"Suka-suka gue lah, udah ah gue mau cari bukunya dulu" ujar Senja yang masih fokus mencari buku yang ingin ia beli.

"Yaudah gue juga mau nyari buku dulu" ujar Jevan yang akhirnya memutuskan untuk berkeliling di dalam toko buku tersebut untuk mencari buku yang ia inginkan.

Setelah Senja dan Jevan berhasil menemukan buku yang mereka cari dan inginkan, lantas mereka pun segera membayar buku tersebut dan memutuskan untuk membaca buku bersama di dalam toko bukunya. Di toko buku disediakan beberapa tempat duduk sekedar untuk tempat bersantai dan membaca untuk para pembeli bukunya. Jevan dan Senja sangat menikmati suasana hari itu, bagi mereka toko buku ini benar-benar tempat yang nyaman untuk healing sejenak melepas rasa lelah.

Mereka masih asik membaca bukunya masing-masing dan tak terasa waktu sudah menunjukkan pukul 5 sore, Senja memutuskan untuk pulang lebih dahulu khawatir orang rumah akan mencarinya karena ia belum pulang ke rumah dari sepulang sekolah.

"Jev, gue pulang duluan ya takut entar gue disamperin lagi ke sini" ujar Senja sambil memasukkan barang bawaannya.

"Oh iya, Sen. Hati-hati ya" ujar Jevan sambil menatap Senja yang hendak pamit untuk pulang ke rumah.

"Iya" ujar Senja dan kemudian ia pergi keluar dari toko buku tersebut.

----

Ditengah perjalanan tiba-tiba saja cuacanya mendung dan kini mulai gerimis. Namun, Senja sedikit khawatir karena jarak dari toko buku menuju rumahnya cukup jauh sementara ia lupa membawa payung maupun jas hujan dan ia sendiri yang meminta supirnya untuk tidak menjemputnya karena ia ingin berpergian dan pulang ke rumah sendiri.

"Duh gimana ya gue gamau minta dijemput tapi gue lupa bawa payung. Eh ujannya udah mulai deres lagi gue harus cepet-cepet nyebrang ke halte" ucap Senja dalam hati.

Dengan cepat Senja segera berlari dan menyebrang jalan untuk segera meneduh dan menunggu bus di halte seberang.

Sampailah Senja di halte, ia memilih untuk segera duduk di kursi halte sembari menunggu bus yang hendak ditumpanginya. Dari jauh terlihat seorang lelaki yang sedang mengendarai sepeda motornya dengan kecepatan sedang dan tanpa sengaja lelaki itu melihat Senja yang sedang berteduh di halte sendirian. Tanpa berpikir panjang laki-laki itupun mengubah arah tujuannya dan kini ia hendak menghampiri Senja dengan sepeda motornya itu.

Laki-laki itu sampai di halte bus dan membuka kaca helmnya.

"Woi Sen ngapain lo disitu?" Tanya lelaki itu.

"Lagi minta sumbangan, ya neduh lah ngapain lo nyamperin gue Juan?" Tanya Senja ke lelaki si pengendara motor yang bernama Juan dan yang tak lain adalah sepupunya sendiri.

"Sini nebeng sama gue, gue anterin lo pulang" ujar Juan yang memutuskan turun dari motornya dan menawarkan tumpangan kepada Senja.

"Gausah entar ngerepotin lo" jawab Senja yang mulai merasa kedinginan.

"Yaelah ngerepotin apasih, buruan sini naik jas ujan gue muat buat dua orang lo gausah khawatir ga gue culik juga" ujar Juan yang berusaha membujuk Senja agar mau diantar pulang ke rumah olehnya.

"Ish yaudah iya, sebentar gue pakein tas gue jas ujan dulu takut entar basah buku-buku gue" ujar Senja yang kemudian membuka tasnya dan mengambil sebuah barang yakni pelindung untuk tas agar tidak basah.

"Wih canggih bener tas ada jas ujannya, kapan-kapan beliin buat gue dong, Sen" ujar Juan.

"Dih norak lo, dasar ada maunya" ujar Senja dengan raut wajah sinis.

Senja pun naik ke motor Juan dan kini ia tertutupi oleh jas hujan Juan yang cukup besar.

"Jas ujan lo kek sayap kelelawar, gue mau ngakak bawaannya make jas ujan kek gini" ujar Senja yang bersembunyi di dalam jas hujan Juan.

"Dih jas ujan mahal ini, Sen. Lo sih ke mana-mana naik mobil mulu jadi katro, tapi seru kan naik motor pake jas ujan kek begini apalagi yang boncengin orang ganteng lagi hehe" ujar Juan sambil menyetir motornya.

"Dih kepedean, lo bawa motornya jangan ngebut gue ngeri kepental" ujar Senja yang mulai panik karena Juan menambah kecepatan motornya.

"Yailah santuy, gini-gini gue pembalap motor yang handal" ujar Juan dengan nada santai.

ONLY 1Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang