Malam ini sesuai yang tadi siang sudah dibilang oleh Ralin bahwa akan ada pertemuan antara Ralin dan Jenan. Ini bukan pertemuan biasa melainkan pertemuan penting antara keluarga Ralin dan Jenan. Jenan hanya bisa menuruti kemauan orang tuanya untuk hadir di acara dinner tersebut dan menyimak pembicaraan. Sudah 30 menit Jenan menyimak dan kini ia merasa emosi dan kecewa dengan perbincangan yang disimaknya tadi karena membahas tentang perjodohan.
"Maksudnya apasih jodoh-jodohin gue sama Ralin, jaman apaan masih kek begini buat urusan bisnis bener-bener aneh" ujar Jenan dalam hati.
Jenan memutuskan untuk pergi dari restoran tersebut dengan alasan dia ada urusan membeli bahan untuk tugas kelompok, awalnya orang tua Jenan tidak mengizinkan tetapi Jenan tetap memaksa dan bilang kalau tugas itu benar-benar penting karena temannya sudah menunggunya untuk memberikan bahan untuk tugas tersebut.
Kini Ralin hanya bisa tersenyum palsu melihat kepergian Jenan dari restoran, sementara ia ditahan orang tuanya untuk tetap berada di restoran sekedar menyimak pembicaraan.
Jenan berhasil kabur dari acara tadi, dan kini ia memutuskan untuk pergi ke sebuah mall yang tak jauh dati restoran sekedar berkeliling untuk menghibur diri. Tapi ia tak heran lagi jika nanti kedatangannya di mall akan sangat menarik perhatian, bagaimana tidak ia saja kini masih memakai setelan jas rapih dengan wajah yang sungguh tampan dan menawan sehingga sudah pasti akan banyak wanita yang meliriknya.
Sampailah Jenan di mall, dan sepanjang ia berjalan di dalam mall banyak mata yang memandangnya dengan penuh kekaguman bahkan sampai ada yang meminta foto bersamanya dan ada juga yang meminta nomor teleponnya namun untuk nomor telepon ia tolak karena baginya nomor teleponnya privasi bukan untuk umum.
"Gila! liat deh itu cowok ganteng banget mirip kek artis Korea" bisik seorang gadis kepada temannya yang terkagum melihat ketampanan Jenan.
Jenan masih santai berjalan di mall, dan kini ia memilih untuk mengunjungi sebuah toko baju. Namun, di toko tersebut tak sengaja Jenan melihat sosok yang tidak asing baginya. Jenan melihat Senja yang sedang memilih-milih baju laki-laki.
Tanpa berpikir panjang, Jenan segera menghampiri Senja.
"Eh Senja ketemu lagi nih kita, kayaknya jodoh ga sih" ujar Jenan yang tersenyum manis menunjukkan lesung pipinya.
"Tandanya lo itu kurang kerjaan di mana-mana ketemu tapi kegiatannya gajelas" ujar Senja yang masih asik memilih baju.
"Eh lo lagi milih baju buat siapa? Kok milihnya baju laki?" tanya Jenan.
"Buat ayah gue" jawab Senja dengan wajah datar.
"Pilihin buat gue juga dong, kebetulan gue juga mau beli baju disini" ujar Jenan.
Senja memutar bola mata malas, tapi ia menyetujui permintaan Jenan sekedar sebagai imbalan karena tadi siang Jenan telah mengantarnya pulang ke rumah.
Kini Senja dan Jenan mulai asik memilih baju-baju. Dan akhirnya dipilihlah beberapa baju yang dirasa cocok. Dan tanpa basa basi Senja dan Jenan segera pergi ke kasir dan membayar baju yang mereka ingin beli.
"Sen, abis ini lo mau ke mana?" tanya Jenan yang baru saja selesai membayar belanjaannya.
"Mau makan" jawab Senja.
Mendengar jawaban dari Senja membuat Jenan tersenyum sumringah dan merasa itulah kesempatannya untuk lebih dekat dengan Senja yakni makan malam bersama Senja. Awalnya Senja menolak untuk makan malam bersama Jenan, tapi Jenan memaksa dan beriming-iming makan malam itu sebagai traktiran Jenan karena sebelumnya Senja telah memberikan contekan tugas kepada Jenan, padahal yang sebelumnya lagi Jenan telah menawarkan untuk pulang sekolah bareng tapi Senja tak mau diantar pulang oleh Jenan.
"Makanannya enak ga?" tanya Jenan.
"Enak, kan ditraktir" jawab Senja yang membuat Jenan tertawa.
Jenan dan Senja telah selesai dengan kegiatan mereka di mall sehingga mereka memutuskan untuk pulang ke rumahnya masing-masing. Senja dijemput oleh supirnya, sementara Jenan pulang naik taxi karena ia sengaja tidak mau kembali ke restoran untuk melanjutkan acara dinner dengan keluarga Ralin.
Sampailah Jenan di rumahnya yang sungguh mewah dan megah, baru beberapa langkah ia berjalan masuk ke rumahnya rupanya orang tuanya juga baru saja pulang dari restoran. Sontak orang tua Jenan pun membanjiri pertanyaan kepada Jenan yang tadi pergi dari restoran untuk urusan tugas sekolah.
"Udah beli bahan buat kerja kelompok, Nan?" tanya bunda Jenan.
"Eh, udah kok bun" jawab Jenan yang kaget.
"Emang tugas apaansih? Kok kayak penting banget harus malem itu juga dibeli bahannya" tanya ayah Jenan.
"Tugas kerajinan, harusnya dikumpul dari kemarin tapi kelompok aku baru bikin tadi, udah ya aku mau masuk ke kamar" ujar Jenan yabg baru saja ingin melangkahkan kakinya menuju lantai dua untuk ke kamarnya.
"Heh, main kabur aja sini dulu" ujar ayah Jenan.
"Apaan lagi ayah?" tanya Jenan.
"Itu apaan di paperbag?" tanya ayah Jenan yang penasaran.
"Ehm, anu tadi aku sekalian beli baju hehe" jawab Jenan sambil tersenyum canggung.
"Beli baju mulu paling juga yang dipake bajunya yang itu-itu terus ga ganti, baju yang ga kepake donasiin aja mending Nan" sahut bunda Jenan.
"Eh janganlah bun, baju mahal itu" ujar Jenan.
"Nan, gimana kamu setuju kan sama perjodohan tadi?" tanya ayah Jenan dengan raut wajah serius.
Jenan sontak terdiam dan memasang wajah datar tanda ia tak senang tentang pertanyaan tersebut.
"Aku gatau, aku males bahas begituan" ujar Jenan yang langsung pergi ke kamarnya.
Sementara orang tua Jenan terdiam melihat Jenan yang langsung pergi ke kamar. Dan kini bunda Jenan mulai bersuara.
"Tuh kan, kamu jangan tiba-tiba nanya begitu anaknya belom siap kali, dia masih muda juga masih mau nikmatin masa mudanya gausah cepet-cepet bahas pernikahan lulus SMA aja belom" ujar bunda Jenan ke ayah Jenan.
"Hm, yaudah bahas nanti-nanti aja, ya walaupun ini penting untuk bisnis" ujar ayah Jenan.
Kedua orang tua Jenan memutuskan untuk pergi ke kamar mereka dan berisitirahat.
Makin akrab dan semakin akrab, Jenan berhasil membuat Senja mulai terbuka padanya. Hampir setiap hari mereka berkomunikasi lewat chat, dan kadang mereka juga kerap ketemuan sekedar berjalan-jalan ataupun makan bersama. Tapi status mereka masih tetap sebagai teman.
Malam ini, Senja dan Jenan kembali bertemu di sebuah mall sekedar untuk makan malam bersama sambil berbincang-bincang biasa.
"Lo ga jenuh apa baca buku terus?" tanya Jenan.
"Engga" jawab Senja.
"Gue denger lo jago ngelukis, kapan-kapan tunjukkin hasil lukisan lo dong ke gue, eh kalo engga coba deh lo lukis wajah tampan gue" ujar Jenan sambil tersenyum.
"Idih, males buang-buang cat" balas Senja.
"Ih kok lo gitu sih sama gue" ujar Jenan yang sedikit cemberut.
"Lo siapanya gue emangnya?" tanya Senja.
"Gue masa depannya elo" ujar Jenan sambil tersenyum manis.
Seketika mendengar kalimat tersebut wajah Senja sedikit memerah, sedikit merasa kaget dan tersipu malu. Sementara Jenan hanya bisa terkekeh melihat wajah Senja yang memerah dan sedang tersipu malu.
KAMU SEDANG MEMBACA
ONLY 1
Teen Fiction"lo siapanya gue emangnya?" -S "gue masa depannya elo" -J Langsung baca aja, baca ampe akhir sksksk happy reading!