Kado

4 1 0
                                    

Jam istirahat kedua, para murid antusias untuk segera meninggalkan kelas dan melakukan kegiatan lain seperti ibadah, makan siang, dan sekedar berkumpul sambil menyantap jajanan. Kini Jenan dan kawannya berada di kantin dan beberapa dari mereka ada yang baru saja selesai memesan minuman.

Tetiba saja ditengah perjalanan, Tio yang sedang membawa es teh ditabrak oleh seorang gadis bernama Ralin yang tak lain adalah teman sekelas Senja. Kini baju Tio bawah terkena tumpahan es yang dibawanya tadi. Sementara Ralin kini terlihat sedikit panik dan malu serta Meyla yang menemani Ralin pun merasa kaget.

"Woi lu jalan liat-liat dong basah kabeh nih baju gue" ujar Tio.

"Ya maaf ga sengaja" jawab Ralin.

"Maaf, maaf, gomen!" ujar Tio.

"Etdeh wibu" sahut Joni.

"Eh lo Ralin kan cewek yang naksir Jenan?" tanya Tio sambil menatap Ralin.

Ralin disitu hanya bisa membeku dan kaget dengan ucapan Tio karena ia pun sadar di situ juga ada Jenan yang melihat ke arahnya. Sebenarnya Jenan sendiri juga sudah tau kalau Ralin memang sudah sejak lama suka terhadap nya, namun tak sedikit pun Jenan menyukai balik gadis tersebut.

"Eh, audeh udah yuk Mey balik ke kelas aja" ujar Ralin sambil menarik tangan Meyla untuk segera pergi dari kantin.

Setelah Ralin dan Meyla pergi dari kantin kini Tio mulai berbicara lagi.

"Et bukannya tanggung jawab malah kabur" ujar Tio yang kesal.

"Sabar Yo, panik kali dia gegara lo tanya tentang Jenan tadi" ujar Dimas.

"Lo jangan mau Nan ama cewek kek begitu entar nyesel" ujar Tio.

Lantas Jenan yang mendengar perkataan dari Tio tadi hanya bisa memasang mimik wajah bingung dan merasa tidak peduli dengan gadis bernama Ralin itu.

"Gue ga tertarik sama dia" ujar Jenan.

"Lo pasti lebih tertarik sama sepupu gue" sahut Juan.

Jenan masih tidak merespon dan memasang wajah datar.







Masih jam istirahat, Jenan dan Juan kini sedang berjalan menuju kelas sementara kawan mereka yang lainnya masih beribadah.

"Sst, Ju buruan jalan ke kelasnya gue mau nitip" ujar Jenan.

"Hah nitip apaan?" tanya Juan.

"Udah ayok buru ke kelas mumpung masih sepi" ujar Jenan yang langsung masuk ke dalam kelasnya.

Tak lama, di kelas Jenan mengeluarkan sebuah paperbag yang kemudian ia titipkan ke Juan.

"Nih, lo kasih ke Senja" ujar Jenan sambil menyodorkan paperbag tadi.

"Lah kok gue, lo aja sono yang ngasih" ujar Juan.

"Biar rahasia Ju, lo bilang aja ini barang dari lo dah" ujar Jenan.

"Aneh lo, dalam rangka apa coba gue tiba-tiba ngasih dia barang" ujar Juan.

"Apa kek, sebisa lo aja ngeles" ujar Jenan sambil menyodorkan uang 200 ribu sebagai imbalan.

"Siap bos" ujar Juan yang langsung sumringah.

"Kasih duit aje cepet lo" ujar Jenan.





Tanpa basa basi lagi Juan pun langsung menjalankan misinya untuk memberikan barang titipan Jenan ke Senja.

"Sen, nih kado ultah lo tahun kemarin dari gue buat lo di jaga baik-baik" ujar Juan yang menyodorkan paperbag tersebut.

"Hah, tumben banget lo ngasih kado ke gue, mana udah telat lagi ngasihnya" ujar Senja.

"Hehe, ya karena gue baik hati dan tidak sombong" ujar Juan.

"Idih, tapi thanks" ujar Senja.

Usai memberikan barang tersebut Juan pun segera pamit dan kembali ke kelasnya. Dan kini Senja yang masih di depan kelas membuka barang isi dari paperbag tersebut.

"Eh inikan buku yang mau gue beli kemarin tapi kehabisan stock di toko, kok Juan tau sih gue pengen banget beli nih buku, ga nyangka tengil-tengil gitu tapi perhatian dia" ujar Senja dalam hati.

Senja mulai tertarik dengan buku pemberian Juan, dan kini ia memilih untuk duduk di bangku yang ada di teras kelasnya sembari melihat-lihat isi buku tersebut.

"Hai Senja" ujar Jenan yang tiba-tiba sjaa menghampiri Senja dan duduk di samping Senja.

"Ngapain lo kesini?" tanya Senja.

"Mau duduk di samping lo emang gaboleh?" tanya balik Jenan namun pertanyaan itu tak direspon oleh Senja yang kini justru fokus pada buku barunya.

"Bukunya bagus, baru beli ya?" tanya Jenan yang masih berusaha untuk membuat Senja meresponnya.

"Engga beli, dikasih sama Juan" jawab Senja.

"Oh, ehm Senja cantik deh" ujar Jenan sambil tersenyum.

"Apasih, lo mau ngapain sih sebenarnya?" tanya Senja.

"Mau muji lo aja, cantik-cantik jangan galak-galak dong Sen" ujar Jenan.

"Buaya banget lo" ujar Senja.

"Nih lebih buaya lagi, lo ngerasa ga sih kita duduk berdua di bangku panjang kek gini berasa lagi duduk di pelaminan" ujar Jenan.

"Engga, gue ngerasa lagi duduk sama jamet" ujar Senja.

"Gue ga jamet, lebih jamet si Yudha ama Tio" ujar Jenan.

"Berisik" ujar Senja yang memutuskan untuk pergi masuk ke kelasnya guna menghindar dari Jenan yang kurang kerjaan.

Jenan masih saja tersenyum melihat tingkah Senja, dan tak lama Ralin menghampiri Jenan dan duduk di sampingnya.

"Hai Jenan" sapa Ralin dengan senyuman.

"Hm" balas Jenan dengan cuek.

"Jangan lupa nanti malem kita bakal ketemuan gue jadi gasabar" ujar Ralin yang sumringah.

"Berisik lo" ujar Jenan dengan ketus yang kemudian pergi dari Ralin dan Jenan memutuskan untuk kembali masuk ke kelasnya.

Sementara Ralin hanya bisa menahan emosi karena dirinya merasa diacuhkan oleh Jenan, sementara sebelumnya ia sempat melihat Jenan yang bersikap sangat manis kepada Senja sehingga timbul rasa iri dalam dirinya.

ONLY 1Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang