1

4.5K 763 236
                                    

Gadis itu berdiri di depan halaman rumahnya sambil memperhatikan video yang sudah dia putar ulang berkali- kali. Latar belakang musiknya cukup berisik, tapi seakan tak terganggu, dia mengeraskan volumenya sampai full. Lalu yang membuatnya terus memperhatikan video itu adalah koreografi dari orang yang ada di video tersebut. Yap, dia mencoba untuk menirunya.

Di sore hari yang cerah dengan pemandangan langit yang sangat biru, dia tidak mau menyia-nyiakan pencahayaan yang sangat baik di luar rumahnya. Dan lagi, pemandangan taman di depan rumahnya sangat cantik dan aesthetic untuk dijadikan background. Siapa dulu tukang kebunnya?! Ya emaknya lah.

"Oke, waktunya eksekusi," ujarnya, bicara sendiri.

Dia meletakkan ponselnya, diposisikan berdiri dan disandarkan pada kursi teras rumahnya yang dia tarik sampai ke pinggiran keramik teras. Niatnya sudah sangat terlihat jelas. Dia ingin membuat video dance yang sedang viral berdurasi satu menit untuk diunggah pada aplikasi kekinian berlogo salah sebuah tangga lagu dengan dominasi warna hitam. Yak sebut saja Tiktok.

Setelah memastikan jilbab pashminanya terpasang rapih, ia menekan tombol rekam dan musik terdengar, gadis itu langsung mengambil posisi dan menarikan gerakan yang tadi sudah ia perhatikan selama lebih dari setengah jam.

Tangan dan kakinya bergerak dengan lincah. Ekspresi wajahnya terlihat ceria. Dia sudah terbiasa melakukan hal-hal seperti itu. Maksudnya membuat video dance singkat untuk diunggah ke Tiktok. Kebanyakan dari video unggahannya masuk FYP. Followers nya pun semakin banyak. Dia bahkan mendapat tawaran endors dan menghasilkan uang dari sosial media. Itulah yang membuatnya menjadi bersemangat untuk melakukan hobinya ini. Tentu saja kontennya bukan hanya joged-joged saja.

Tidak cukup puas dengan hasil pertamanya, ia mengulanginya lagi. Saking sibuk dan fokusnya dengan apa yang sedang ia lakukan, ia tidak sadar ada seseorang yang memasuki gerbang rumahnya.

Pria itu berhenti selangkah dari gerbang dan menunggu gadis itu selesai merekam. Sesekali ia melihat jam tangannya, atau melihat ke arah luar, tepatnya ke arah mobilnya yang terparkir, karena di dalam sana ada seseorang yang sedang tidur. Baru setelah suara musik tidak terdengar lagi dan dilihatnya gadis itu selesai dengan rekaman videonya, ia berjalan lagi.

"Assalamu'alaikum."

Di tangannya ia membawa amplop map berwarna cokelat yang berisi berkas-berkas kepindahannya. Setelan nya rapih, berupa kemeja putih lengan panjang dan celana hitam panjang, sepatunya pun pantofel hitam mengkilap. Separuh wajahnya tertutup masker berwarna putih. Namun ketampanannya tak mampu tertutupi.

"Eh, wa'alaikumussalam."

Gadis itu, Asmara, tertegun sesaat. Tidak menyesal sudah berdandan sangat cantik di penghujung hari hanya untuk konten. Karena siapa sangka kalau seorang pangeran berkemeja putih akan datang ke rumah di sore menjelang petang begini.

"Cari siapa, yah?"

"Bapaknya ada?"

Suaranya adem bangeeet.

Eh, ngapain yah nanyain bapak?

Jangan-jangan... Dia mau ngelamar gue. Aaaaa.

Di pikirannya, Asma sudah sibuk menghalu. Padahal wajah pria itu bahkan belum terlihat jelas. Mungkin dia lupa betapa seringnya dia kecewa pada wajah pria di balik masker karena saat dibuka, wajahnya ternyata tak sesuai ekspektasinya.

"A-ada apa ya cari bapak?"

"Saya ada perlu sama Pak RT."

Ah, iya. Asma sampai lupa kalau bapaknya adalah ketua RT.

Love And Pain (SEGERA TERBIT)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang