14.

1.1K 478 67
                                    

"Bye bye, Aunty Asma. And thank you for today."

Asma membalas lambaian tangan Rhaja dengan senyuman ceria. Dia tidak sempat membalas ucapan anak itu karena mobil yang dinaiki Rhaja sudah melaju lagi. Ya, Rama masih marah tidak jelas padanya. Sepanjang perjalanan pun pria itu tak mengajaknya bicara dan hanya membalas ucapan Rhaja.

Sementara Asma tidak tahu kesalahannya apa.

Tapi sudah jelas ada yang salah. Pada saat berangkat dan ketika pulang, mood Rama benar-benar jauh berbeda.

Sementara itu di dalam mobil. Anak lelaki berambut poni yang duduk di belakang melipat tangannya di bawah dada dan menatap kesal sang ayah. Alisnya sampai bertaut dan bibirnya maju beberapa senti. Alih-alih terlihat seram, dia malah terlihat menggemaskan.

"What's wrong, Dad?" tanyanya dengan nada tak santai.

Namun denga nada malas ayahnya menjawab, "What?"

"Kenapa cuekin tante Asma?"

"I'm not."

"I can see it clearly!"

Rama menghela napas berat, memarkirkan mobilnya di garasi.

"Rumit," ujarnya, mematikan mesin lalu melepas seat belt.

"Kenapa di dunia orang dewasa semua hal mereka bilang rumit?"

"Karena memang seperti itu."

"Kalo gitu Rhaja gak mau jadi dewasa."

Rama memutar posisi duduknya agar bisa menatap putranya yang masih empat tahun dan sudah protes tidak mau jadi dewasa.

"Jadi dewasa juga seru. Lebih banyak deritanya, sih. Apa-apa jadi serba salah." Si bapak malah curhat.

Ketika memandangi putranya yang terlihat bingung, Rama jadi tersenyum. Sepertinya memang lebih enak jadi anak-anak saja. Menjadi tidak mengerti dengan banyak hal kadang rasanya akan lebih baik.

"You are my sunshine," gumamnya tiba-tiba. Tapi karena kalimat itu Rhaja jadi tersenyum padanya.

"I'm sorry, Dad," bisik Rhaja, kepalanya sedikit tertunduk.

"Kenapa minta maaf?"

"I crying a lot."

"It's okay. That's normal for children. And i'm sorry too."

"Untuk apa?"

"Untuk gak mencoba mewujudkan apa yang kamu mau meski sebenernya daddy tau kemauan kamu apa."

Anak itu hanya mengulum bibir tipisnya. Lalu beberapa saat kemudian, dari bibir merah mudanya keluar sebuah kata-kata mutiara.

"Sometimes, we can't get what we want. But it's okay. That's not the end of the world."

Alhasil tawa Rama langsung pecah. Ia tak menyangka putranya bisa mengeluarkan kata-kata seperti itu.

"Siapa yang bilang itu ke kamu?" tanyanya setelah berhasil meredakan tawa.

Dengan jujurnya Rhaja menjawab, "Opa."

"Iya, emang gak salah juga, sih. Dunia gak akan berakhir walau kita gak bisa dapetin apa yang kita mau. Jadi itu artinya, mungkin kita gak bisa mendapatkan itu detik ini juga atau sesegera mungkin. Tapi bisa jadi kita dapetin itu di masa depan, atau bahkan bisa jadi kita bisa dapet sesuatu yang seribu kali lipat lebih baik dari keinginan kita."

"Allah itu lebih tau apa yang kita butuh. Jadi jangan terlalu terlena sama apa yang kita inginkan. Misalnya, Rhaja minta uang sepuluh ribu ke daddy, tapi daddy gak punya uang, jadi gak daddy kasih. Terus Rhaja sabar, ikhlas, gak marah, gak nangis. Eh tau-tau, dua hari kemudian, opa kasih Rhaja uang seratus ribu karena Rhaja bantuin opa kasih makan ikan-ikannya."

Love And Pain (SEGERA TERBIT)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang