11

1.5K 586 226
                                    

"Lo beneran gak mau ketemu gue?"

"Gue belum siap keluar."

"Udah tiga hari. Lo bahkan belum cerita apa-apa. Gue baru denger-denger dari emak-emak rumpi komplek doang. Gak bisa dipercaya."

"Nanti gue cerita, kok."

"Padahal gue udah di depan rumah, nih. Nemenin babe ngopi."

"Yaudah ngobrol sama babe gue aja."

"Babe mah cuma jawab, biasa cinta lutung anak muda."

Asma tertawa. Padahal malam itu babenya sangat keren sekali, ibaratnya seperti memisahkan dua kucing jantan yang berkelahi tanpa disiram pakai air. Terjun langsung ke perkelahian karena putrinya ikut jadi korban. Seketika lupa statusnya sebagai RT.

"Gitu dong ketawa."

"Lu jangan ampe jatuh cinta ama anak babe, Jaka. Tuhan kalian gak merestui."

Suara babe terdengar. Sekarang Asma tertawa bersama Jake juga.

"Iya ya, Be. Dibantu dua Tuhan bukannya lancar malah terlarang."

"Apaan sih, lo!?"

"Biasa, guyonan bapak-bapak. Gak usah serius-serius. Siapa juga yang mau sama lo."

"Kurangajar ya lo."

"Sini dah lu keluar, gampar gue."

Asma mencebik. Mengubah posisi berbaringnya di kasur empuk itu. Tak terpancing dengan hasutan Jake.

"Awas aja kalo gue liat batang idungnya si Aaron."

"Katanya lo gak percaya omongan emak-emak rumpi."

"Insting gue bilang Aaron yang salah. Dia tuh sinting soalnya."

"Anak babeh kok bisa-bisanya cinta sama orang sinting?"

"Ya namanya juga cinta lutung, beh."

Asma geleng-geleng kepala mendengar obrolan mereka.

"Bilangin si Asma, dari kemaren dicariin Rhaja. Sekarang Rhaja babe denger sering nangis, padahal biasanya pinter banget."

Hati Asma rasanya tercubit. Ia tak tahu soal itu. Rama pun mengirimnya pesan hanya berisi permintaan maaf dan tak menyebut-nyebut Rhaja. Mungkin Rama turut merasa bersalah dan tak mau mengganggunya.

"Denger gak lo?"

"Iya."

"Katanya Rhaja juga ada di tempat kejadian waktu Rama sama Aaron berantem?"

"Iya. Dia langsung nangis. Gue aja takut banget, apalagi dia masih kecil."

"Lagian Rama kok bisa ikutan lepas kontrol? Gue kira dia orangnya ademan. Gak gampang kepancing emosi."

"Dia marah karena Aaron ngatain gue jal—"

Asma melotot terkejut. Hampir keceplosan dan membuat gunung emosi Jake meledak.

"Apa?"

"Dia ngatain lo apa?"

Sekarang saja nada suaranya sudah berubah.

"Enggak-enggak. Bukan apa-apa."

"BRENGSEK. Berani-beraninya dia ngatain lo kaya gitu."

"Buju buset, anak mude jaman sekarang kagak ade takut-takutnye ngucap di depan orang tua."

Love And Pain (SEGERA TERBIT)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang