"Lo yakin mau lanjutin?"
Asma terkesiap di depan pintu toilet itu. Tidak menyangka ada seseorang yang menunggunya di luar. Karena setelah mematung di depan pintu dan melihat pria yang sudah lama tidak nampak wujudnya itu berjalan mendekatinya, Asma langsung izin ke toilet hanya untuk menenangkan dirinya. Dan Jake mengikutinya.
"Iya, gue gak papa."
"Gak papa tapi kabur ke toilet," cibir pria itu.
"Ya terus gimana? Masa gue pulang gitu aja. Gak enak sama Tasha."
"Tasha pasti ngerti."
Asma menggeleng. "Gue tadi kesel sama photographer sebelumnya dan ngatain dia gak profesional. Masa gue jilat lidah gue sendiri. Cuma karena masalah pribadi gue mau lari."
Jake menghela napasnya. "Ok. Gue ada di sisi lo."
"Thanks."
Akhirnya mau tidak mau Asma keluar bersama Jake untuk melakukan sesi pemotretan dan pembuatan video pendek. Ketika keluar Tasha dan Halin menatapnya seakan menanyakan kondisinya. Asma pun memberikan senyumnya dan mengangguk. Tidak papa. Ia pasti bisa.
"Gue duluan," kata Halin. Lalu dia bergegas pergi ke lokasi pemotretan sehingga pria yang memegang kamera itu tidak jadi mendekat. Sepertinya dia sangat ingin menyapa Asma.
Tangan Asma berkeringat dingin memperhatikan pemotretan itu. Pria tersebut memberikan arahan pada modelnya seperti seorang profesional. Tidak Asma sangka satu setengah tahun tak bertemu pria itu sudah berhasil mewujudkan mimpinya. Wajahnya tidak banyak berubah. Hanya saja dia terlihat lebih dewasa.
"Gue dulu atau lo duluan?"
"Gue dulu aja," kata Asma pada Jake yang bertanya.
"Abis ini nanti Jake gantian foto sama kalian berdua, yah." Halin memberikan arahan. "Terus masih ada tiga baju lagi."
Asma tersenyum mendengar nada tak enak hati dari Tasha. Dia menggandeng lengan sahabatnya itu dan berucap dengan riang. "Hey, gue gak papa. Mau sepuluh baju lagi juga gak papa, say."
Tasha jadi terharu. Berpura-pura percaya meski Asma pasti tidak baik-baik saja.
Sekarang sudah giliran Asma. Dia berjalan ke lokasi pemotretan itu. Halin menyentuh pundaknya ketika berpapasan, seakan menguatkannya. Asma tersenyum. Ya, dia tidak sendirian. Semuanya baik-baik saja.
Pria itu, Aaron, memandangi Asma dengan sendu namun tak bicara apa-apa. Dia mungkin tahu kalau kehadirannya membuat Asma tak nyaman. Tapi tetap saja, Aaron sangat ingin bicara dengannya.
"Miring sedikit, lihat ke samping."
Asma mengikuti arahan.
"Lihat ke sini. Senyum."
Wanita itu juga seorang profesional. Senyuman manis di wajah cantiknya bukan hanya abadi di kamera, tapi juga diingatan Aaron. Pria itu memfokuskan lensa kameranya hanya pada wajah Asma dan memotret beberapa kali. Dia kehilangan akalnya lagi.
Ketika bagian pembuatan video Asma harus menunjukkan wajah ceria. Itu sangat sulit karena Aaron mendekatinya untuk mengambil gambaran bahan pakaiannya dengan jelas sampai ke jilbab yang dia pakai. Meski terhalang kamera di depan wajahnya, Asma merasa pria itu bisa menusuknya dengan tatapannya.
"Oke, selesai."
Senyuman Asma langsung menghilang bersama dengan ucapan itu.
Aaron bahkan tidak sempat bicara lagi karena Asma langsung pergi begitu saja. Sekarang berganti giliran Jake. Pria tinggi itu tidak menunjukkan wajah ramah.

KAMU SEDANG MEMBACA
Love And Pain (SEGERA TERBIT)
ContoShort Story!!! *** Asma memiliki trauma yang disebabkan oleh mantan kekasihnya bernama Aaron. Hubungan mereka tidak berakhir dengan baik sehingga menimbulkan masalah yang cukup serius. Untungnya Asma memiliki seorang sahabat bernama Jake yang selalu...