Side Story 1

2K 537 99
                                    

Bibir mungil berwarna merah cerah itu mengerucut. Iya, pemiliknya sedang sangat kesal. Setelah dimarahi di hadapan banyak orang di depan lapangan sekolah, dia juga mendapat hukuman untuk membersihkan seluruh lapangan sekolah itu. Sebenarnya tidak hanya sendirian, ada beberapa anak juga yang dihukum karena melanggar aturan.

Dalam kasusnya sendiri, itu karena dia datang ke sekolah dengan sedikit riasan di paras cantiknya. Hanya polesan liptint pada bibir mungilnya yang berwarna merah muda. Sekarang masih berwarna merah cerah karena polesan liptint nya sulit dihapus walaupun kakak kelasnya yang merupakan anggota osis tadi sudah menggosoknya dengan kasar menggunakan tisu. Itulah yang membuatnya sangat kesal. Dia sendiri heran, kenapa para kakak kelasnya yang perempuan sangat kasar, padahal yang laki-laki baik semua.

Oh iya, gadis itu namanya Asmara Hasnabila. Gadis yang baru memasuki hari kedua masa orientasi siswa di sekolah menengah atasnya. Tak bisa dipungkiri, bahwa sejak awal pendaftarannya di sekolah itu, dia sudah cukup menarik perhatian. Kulitnya sangat putih, ukuran wajahnya begitu mungil, membuatnya terlihat imut, apa lagi ketika ia sedang cemberut, rasanya tidak tahan untuk mencubit pipinya.

Bukan hanya itu yang membuatnya jadi sangat menarik, nyatanya dia juga gadis yang ceria. Jenis orang yang selalu berteriak saat merasa senang atau sedang berkumpul bersama temannya. Meski untuk sekarang, teman yang dia punya di sekolah itu hanya Jake. Ya, seorang lelaki yang rumahnya satu komplek dengannya. Tapi sayangnya sekarang Asma dihukum tanpa lelaki itu.

Potongan karton berukuran persegi panjang mengalung di lehernya bertuliskan "Angsa Cantik. Gugus 1" padahal harusnya nama yang dia tulis hanya Angsa saja, dia tambahin kata cantik nya sendiri. Dan perihal itu lah yang membuatnya dihukum kemarin, tepat di hari pertamanya MOS. Sebenarnya ia disuruh untuk mengubahnya hari ini, tapi Asma pun tak melakukan itu. Para anggota osis laki-laki tak berkomentar apa-apa soal itu, tapi yang perempuan emang agak rese', itu menurut Asma yang tentu berdasarkan pengalaman pribadi.

Sekarang Asma sedang memunguti dedaunan yang mengotori lapangan. Tangannya dilapisi dengan plastik es yang ia jadikan sebagai sarung tangan agar tak bersentuhan langsung dengan sampah yang dia punguti. Bukannya Asma jenis orang yang gila kebersihan, hanya saja semalam hujan dan sampah yang dia punguti ini basah, jadi agak gimanaaa gitu kalo ambil langsung pake tangan.

"Dihukum lagi?"

Asma yang sedang berjongkok harus mendongak untuk melihat sosok yang baru saja bertanya. Sepasang sepatu convers nya menapak satu langkah di depan posisi Asma yang sedang berjongkok.

"Enggak, Kak. Saya lagi kerja bakti." Itu hanya sarkasme. Bibir tipisnya yang tadi cemberut kini tersenyum lebar. Namun hanya beberapa saat, karena dua detik kemudian setelah menunduk, dia cemberut lagi.

Suara tawa lelaki itu dapat Asma dengar. Asma tidak tahu nama kakak kelasnya ini siapa, namun sejak kemarin dia sudah mengajak Asma bicara duluan. Dan situasinya sama, yakni saat Asma sedang dihukum.

"Kayaknya suka banget kerja bakti, yah. Kalo gitu abis ini bisa lanjutin bersihin toilet juga."

"Iiiihhhh."

Asma langsung berdiri dengan ekspresi kesalnya hingga wajahnya merah padam. Kakinya menghentak sekali dengan kasar.

"Emangnya saya keliatan ikhlas kerja bakti begini?!"

Tiba-tiba saja lelaki itu mengibas-ngibaskan tangannya di hadapan wajah Asma, menciptakan semilir angin menerpa parasnya yang memerah, itu membuat raut kesal Asma berubah jadi ekspresi kebingungan. Apa maksudnya nih? Tanya Asma dalam hati. Dan seakan bisa mendengarnya, lelaki itu berkata,

"Muka kamu kayaknya kepanasan, merah banget, makanya kakak kipasin."

Tak bisa berkata-kata, Asma hanya bisa terperangah dengan mulut terbuka. Lalu dua detik selanjutnya dia cemberut lagi. Malas meladeninya, Asma berjalan pergi membawa sampah-sampah di tangannya menuju tong berisikan kawanan sampah lainnya.

Love And Pain (SEGERA TERBIT)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang