WARNING!!!
Part ini mengandung konten sensitif, terkait dengan mental illness, blood & suicide.***
Mas, saya ajak Rhaja keluar. Sama Jake. Jadi mama Mas gak usah dateng. Kita kayaknya bakal pulang sore
Kalian pergi kemana?
Nanti saya kasih kabar kalau udah sampe tempat
Yaudah, hati hati
Okeh
Mas Rama pulang jam berapa?
Kurang tau
Mau dibeliin makan malem, gak?
Gak usah. Nanti kalo pulang telat, saya beli sendiri
Oke deh
"Lo dengerin gak sih gue ngomong?"
"Gue gak bisa dengerin lo kalo lagi balesin chat."
"Emang dasar keong."
Jake kesal karena dari tadi diabaikan. Sementara Asma hanya tersenyum, memutar duduknya untuk melihat ke belakang, memastikan sabuk pengaman Rhaja terpasang dengan baik.
"Tadi maksud Rama ngomong kaya gitu apa?"
"Ngomong apa?"
"Soal kartu."
"Oh, kartu ATM dia di gue."
"Kok bisa?"
"Iya, kan gara-gara jadi baby sitter itu."
"Kan udah gak lagi."
"Iya, gue lupa kasiin. Tapi berhubung Rhaja masih sering main sama gue, kata Mas Rama gak usah dikasiin, pake aja."
"Lo juga boleh pake?"
"Iya, tapi tetep gak gue pake lah. Paling buat jajanin Rhaja doang."
"Tau diri juga ya lo."
"Yaiyalaaah."
"Aunty Asma."
Asma langsung memutar kepalanya ke arah Rhaja. "Ya, sayang?"
"Aku pengen ke toilet."
"Astaga, bukannya minta tadi pas di rumah," keluh Jake. Alhasil Asma langsung memukulnya. "Kan baru kebeletnya sekarang!" kesalnya pada sahabatnya itu.
"Rhaja tahan sebentar, yah. Nanti kita berhenti di pom."
Rhaja mengangguk.
"Emang dia gak pake pempes?"
"You think anak sepinter ini masih pake pempers?!"
Jake tertawa hambar. Benar juga. Mana mungkin anak seperti Rhaja masih pake pempers. Beberapa saat yang lalu bocah itu bahkan membicarakan topik-topik berat dengannya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Love And Pain (SEGERA TERBIT)
Cerita PendekShort Story!!! *** Asma memiliki trauma yang disebabkan oleh mantan kekasihnya bernama Aaron. Hubungan mereka tidak berakhir dengan baik sehingga menimbulkan masalah yang cukup serius. Untungnya Asma memiliki seorang sahabat bernama Jake yang selalu...