"Halo, Mas Rama. Rhaja udah tidur belum?"
"Belum. Kenapa?"
"Saya tadi liat mainan pesawatan, bisa nyala, ada suara tembak-tembakannya. Terus keinget Rhaja, jadi dibeli. Mau dikasiin, nih."
"Jangan sering-sering beliin Rhaja mainan, ya. Nanti kebiasaan."
"Baru kali ini doang, Maaas."
"Iya. Kan saya ngingetin. Yaudah ke sini aja. Atau saya sama Rhaja yang ngambil?"
"Enggak-engggak. Saya ke sana aja. Tapi tungguin dong di teras, di luar udah sepi. Lampunya belum dibenerin pula."
"Tadi sore saya liat udah ada yang benerin, kok."
"Oh, ya. Tapi kok belum nyala yah."
"Yaudah saya tunggu di teras."
"Oke, saya meluncur. Jangan dimatiin telfonnya."
"Kamu penakut banget, ya."
"Kan udah dibilang kenapa."
"Iya iya."
Asma memakai sandalnya sambil bicara pada Rama yang menurut untuk tidak mematikan telfonnya.
"Udah di luar, Mas?"
"Masih jalan."
"Cepetan! Saya udah keluar teras nih."
"Halo?"
"Mas Rama?"
"Udah di teras."
"Oke."
Asma pun langsung berlari sambil memeluk box berisi pesawat mainan untuk Rhaja, melawati gerbang rumahnya yang memang masih terbuka. Secepat kilat sampai di gerbang rumah Rama. Benar pria itu sudah berdiri di sana dengan tangan yang mengarah telinga karena sedang memegang ponsel yang tersambung telfon dengannya.
"Udah sampe, hehe," cengirnya lalu ngos-ngosan karena berlari.
Rama berdecak tiga kali sambil menggelengkan kepala.
Asma mematikan telfon dan berjalan ke arah pria itu. "Mana Rhaja?"
"Di dalem. Lagi makan di ruang tengah."
"Ya ampun, dia baru makan malem?"
"Iya, tadi dia keasyikan main jadi gak mau makan. Sekarang baru laper."
"Kalo saya kasih sekarang, nanti dia udahan dong makannya."
"Saya rasa dia bisa dengerin rayuan kamu biar abisin makannya dulu."
"Ah, betul. Oke, saya masuk, ya. Silakan masuuuk."
Rasanya Rama sudah tidak heran dengan tingkah seenaknya itu. Yang punya rumah malah ditinggal di luar.
Ah iya. Rama lupa. Di dalam masih ada Aaron. Adiknya itu ada di kamar mandi ketika Asma menelfon. Jadi Rama lupa kalau dia masih di rumah. Apa tidak papa bagi Asma melihatnya? Kali pertama bertemu di rumah ini, Asma sampai menjatuhkan gelas.
Rama buru-buru menyusul masuk dengan langkah lebar.
"Asma," panggilnya.
Asma berhenti di pertengahan antara ruang tamu dan ruang tengah tempat Rhaja sedang makan. Anak itu duduk di lantai dan bersandar pada sofa.
"Aaron lagi main ke sini."
Rama dapat melihat perubahan raut wajah itu dengan cepat.
"Kalau gitu saya titip ke Mas Rama aja."
KAMU SEDANG MEMBACA
Love And Pain (SEGERA TERBIT)
Short StoryShort Story!!! *** Asma memiliki trauma yang disebabkan oleh mantan kekasihnya bernama Aaron. Hubungan mereka tidak berakhir dengan baik sehingga menimbulkan masalah yang cukup serius. Untungnya Asma memiliki seorang sahabat bernama Jake yang selalu...