LAF S2. Chapt 3. Orang dewasa membingungkan

1.1K 284 95
                                    

"Jake, lo lagi apa?"

"Anjir, gue langsung merinding denger lo tiba-tiba tanya lagi apa."

"Serius, iihh. Gue mau curhat."

"Ya lo pikir aja, ini jam sebelas malem, masa iya gue lagi main bola."

Asma melihat ke arah jam dindingnya. Dia tidak sadar sudah selarut ini. Padahal hari ini Asma sangat lelah. Karena setelah selesai dengan pekerjaannya, dia langsung bersiap untuk menemui Rama. Asma berharap dia bisa langsung tidur setelah pulang dari makan malam itu. Tapi ternyata, apa yang Rama sampaikan membuat pikiran Asma lebih bekerja keras dari fisiknya hari ini.

Dan mengingat Jake mengangkat telfonnya agak lama, juga suaranya yang agak serak, sepertinya pria ini terbangun dari tidurnya. Jake sebenarnya sudah bilang kalau ia akan tidur lebih awal malam ini karena baru pulang dari perjalanannya di luar kota. Tidak heran Jake memberitahukan jadwal tidur malamnya pada Asma karena Asma sering sekali menelfonnya malam-malam, entah hanya untuk mengisengi Jake, curhat tentang kesehariannya, atau minta ditemani cari makanan. Dan anehnya, Jake selalu meladeni wanita itu. Jadi jangan salahkan Asma yang jadi tidak tahu diri dan selalu menelfonnya ketika butuh.

Dan malam ini adalah contohnya.

"Gue mau curhat."

"Hm, kenapa lo?"

Meski kadang terdengar cuek, sebenarnya Jake itu pendengar yang sangat baik. Saat Asma ada dalam masa terpuruknya pun, Jake tak pernah meninggalkannya. Bahkan ia selalu datang menemui Asma setiap hari di sela kesibukannya. Meskipun kadang Asma sudah terlelap karena Jake datang terlalu larut. Dan karena itu, jika ditanya siapa orang yang paling berharga di hidup Asma selain keluarganya, tentu itu adalah Jake.

Asma membenarkan posisi duduknya, memeluk boneka boba berukuran besar yang ia dapatkan sebagai hadiah ulang tahunnya dari Jake. Di sebrang telfonnya pun, Asma mendengar suara seperti Jake sedang mengubah posisinya. Entah dia sedang rebahan atau duduk.

"Kan tadi gue dinner sama Mas Rama."

"Terus?"

Asma menggigit bibir bawahnya. Ia mempertimbangkan kembali haruskah menceritakan ini pada Jake. Tapi setelah dipikir lagi, dirinya kan selalu bercerita kalau ada pria yang mendekatinya.

"Terus dia nyatain perasaannya ke gue."

Hening.

Asma rasa Jake ingin mendengarkan lebih detil.

"Gue kaget banget, dong. Kita udah lama banget gak ketemu, terus tiba-tiba dia bilang cinta sama gue. Katanya dia yakin sama perasaannya sejak ngajak gue piknik ke Bogor itu."

"Terus lo bilang apa?"

"Gue gak bilang apa-apa. Maksudnya, dia gak yang nuntut jawabannya sekarang juga karena sebelumnya gue bilang kalau gue gak mau nikah sebelum lulus kuliah. Jadi ya sekitar satu tahunan lagi."

"Jadi maksudnya lo pun gak nolak dia?"

"Dia kan gak minta jawabannya. Dia bilang mau usaha dulu."

"Maksudnya?"

"Mas Rama mau pindah lagi ke rumah depan itu. Jadi kita bakal sering ketemu lagi. Mungkin itu yang dia maksud dengan usaha."

"Hm, terus lo nya gimana?"

"Apanya?"

"Ya perasaan lo ke dia. Gimana?"

"Gak tau. Gue gak yakin sama apa yang gue rasain. Dan lagi, kita punya masa lalu yang cukup rumit. Meskipun dia bilang gak ada masalah dengan itu, tapi di sisi lain gue tetep merasa bersalah."

Love And Pain (SEGERA TERBIT)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang