3

1.4K 543 80
                                    

"Jadi jadi guys, gue punya tetangga baru. Hot daddy, ganteng banget. Udah gitu anaknya pinter, guanteng kek bapaknya."

Asma sedang menceritakan kisahnya lewat live di instagramnya. Sambil becerita, dia membaca komentar dan menjawabnya.

"Banyak yang minta spill orangnya. Tapi sorry, gue gak bisa. Privasi guys."

"No no, anaknya juga gak boleh. Kalian cuma boleh denger dari gue aje, ye."

"Iya nih, gue sebutin ciri-cirinya. Tingginya sekitar 180an ke atas. Mungkin 185. Yes, dia tinggi banget. Gue cuma sepundaknya kalo berdiri sama dia. Pokoknya yang tingginya 160 can relate."

"Punggungnya lebar. Pelukable banget. Tapi jangan yah, bukan mahrom. Dia kalo lagi ngerasin rahangnya keliatan gahar banget, kek sugar daddy. Orangnya emang agak galak, sih. Eh, bukan galak. Apa yah sebutannya..."

"Nyinyir."

"Assalamu'alaikum."

"Assalamu'alaikum, Tante Asma."

"ASTAGHFIRULLAH. GUYS, udah dulu, yah. Bye."

Asma buru-buru mematikan siaran live nya dan memasukkan ponselnya ke dalam saku celana kulot hitamnya. Sore hari begini dia emang paling suka nongkrong di teras. Kadang sambil live atau scroll tiktok. Tapi siapa sangka pas lagi gibahin orang, orangnya malah dateng. Sama anaknya pula.

"Wa'alaikumussalam, anak ganteeeng. Bapak ganteng juga, wa'alaikumussalam."

Asma menjawabnya tanpa canggung. Baru dua hari bertemu dua orang itu tapi Asma merasa seperti sudah mengenal lama. Mungkin itu karena kepribadiannya yang emang suka SKSD sama orang baru.

"Tante Asma lagi apa?"

"Lagi memandangi ciptaan Tuhan, sayang. Sangat indah," jawabnya dengan ceria. Yang dia maksud adalah kedua lelaki di hadapannya.

Rama sampai menghela napas mendengar jawaban Asma pada putranya.

"Pak RT-nya ada?" tanya Rama.

"Bapak lagi gak ada, Mas. Lagi pergi kondangan sama mama. Ada urusan apa? Nanti saya sampein ke bapak."

"Saya mau ngundang buat pengajian besok sore. Abis ashar. Tolong sampein, yah."

"Oke siap, Mas."

Rama menunduk melihat ke arah putranya yang tangannya sedang ia genggam. Mempertimbangkan sesuatu.

"Eumm, saya mau pergi ngundang tetangga yang lain. Boleh titip Rhaja sebentar?"

"Aaaaa, boleh banget. Lama juga gak papa."

Asma tak bisa menahan kehisterisannya. Ia langsung berjongkok untuk menyamakan tingginya dengan Rhaja.

"Saya jadi ragu."

Asma langsung cemberut dan mendongak memberi tatapan kesal pada Rama. "Gak akan saya apa-apain ya ampuuun. Posesip banget si bapak."

"It's okay, Daddy."

Rhaja bahkan ikut menenangkan ayahnya.

"Karena banyak berita buruk akhir-akhir ini tentang penculikan anak dan sebagainya, saya jadi lebih khawatir."

Kayaknya di mata dia, gue punya tampang-tampang psikopat.

"Jadi gimana dong, Mas? Masa Rhaja mau diajak keliling-keliling juga. Kasian, cape. Belum lagi nanti orang-orang asal pegang-pegang dia, cubit-cubit, diunyel-unyel. Anaknya ganteng gini. Jadi mending dititip aja, deh. Kan cuma sebentar."

Love And Pain (SEGERA TERBIT)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang