♡ Happy Reading, Vote & Komentar ♡
.
.
."Kella, lo kemarin tetep ngerjain hukuman Pak Dikta?" tanya Rara terus gue cuman ngangguk.
"Oh terus pulang jam berapa?" lanjut Rara bertanya kesekian kalinya, gue yang lagi sibuk catat tugas nggak respon pertanyaan dia.
Oliv natap gue tajam, entah kenapa dia begitu.
3 detik kemudian, dia berpaling natap Azka yang duduk paling depan di bagian kanan.
"Woy Kell, gue tanya!" sentak Rara.
Gue mendongak, lalu mata gue ngeliat jam dinding di atas papan tulis. "Sekitar jam lima sore." jawab gue.
"Oh."
"Oh bulat."
"Apanya yang bulat?"
"Tahu bulat, digoreng dadakan."
"Wih bikin ngiler cuk!"
Gue ketawa kecil, Rara itu sebenarnya baik cuman kelakuan dia ngeselin ke Azka. Bagai musuh bebuyutan.
"Hm ... kemarin lo liat Azka pulang?" nggak ada angin nggak ada hujan, tiba-tiba Oliv bicara pake bisik-bisik.
Gue noleh ke arah Azka sebentar terus naikin satu alis ke atas. "Liat, kenapa memang?"
"Roda sepeda dia kempes atau bocor gitu?" tanya Oliv lagi yang bikin gue curiga.
Perasaan gue udah mulai ngira kalo kelakuan Oliv sama Rara, tapi kenapa waktu itu Satya sama Mahesa datang? Entahlah.
Gue nempelin pulpen ke pipi, tapi tenang sebelumnya gue tutup dulu biar nggak kecoret ke muka. "Ulah kalian ya?"
Nggak disangka Rara geleng kepala kukuh. "Bukan-bukan!" serunya.
Gue makin bingung di sini siapa pelakunya. Soalnya selain mereka berdua siapa lagi yang berani lebih nakal ke Azka?
Kalo Satya sama Mahesa palingan cuman adu mulut doang. Mereka suka ceplas-ceplos nggak tau perasaan orang.
"Bukan kita sih tapi kemarin gue bilang ke Satya kalo Azka bikin gue kena hukuman." ujar Oliv.
"Anjir lo, gila." mulut gue refleks aja bilang begitu.
Rara natap sinis ke arah gue. "Kenapa? Bukannya lo juga nggak suka sama anak culun itu."
"Iya ... gue memang nggak suka tapi lebih baik kita diam aja deh kalo ulah kita berlebihan bisa-bisa kita kena skors, mau kalian?" tutur gue.
Biar mereka sadar aja.
"Kena skors? Nggak mungkinlah, bapak gue kan komandan polisi jadi guru juga pasti takut." balas Rara.
Gue ketawa banget dengar ucapan Rara. "Haha, ya terserah kalian tapi sekarang gue cuman fokus belajar di sekolah."
"Cih, sok ambis." cibir Oliv.
Oliv narik Rara biar pergi dari tempat gue. Gue nggak peduli, mungkin gue udah dapat hidayah dari Tuhan biar nggak buat ulah nakal lagi.
"Jadi yang buat bocor roda Azka itu Satya sama Mahesa?" gue membatin sambil noleh ke arah Azka sekilas.
~~~
Jam pelajaran udah berganti jam ke lima, fisika.
Pelajaran yang paling bikin pusing plus stres. Siapa sih yang suka sama fisika?
Pak Jamal, guru fisika. Dia itu gagah perkasa cuman suka ngebug kalo ngajar bikin otak murid tambah ngelag.
"Oke, anak-anak silakan buka buku lks halaman 56." perintah Pak Jamal.
Gue langsung buka buku dan pas gue liat, gue syok. "Hukum Kirchoff? Astaga."
"Jadi ada tugas kelompok, bapak akan bagi anggota maksimal 3 orang aja."
Tepat Pak Jamal bilang begitu, gue mulai berdoa biar anggota kelompok yang gue dapat itu anak pinter semua.
"Di catat yang ada nama kalian."
"Baik Pak."
Gue serius liat papan tulis, Pak Jamal lagi nentuin anggota kelompok.
Pas nama Azka Ravenska ditulis, gue mulai deg-degan. Dia anak pintar bisa juga gue masuk kelompoknya biar nggak pikir pusing banget.
Kelompok 1
1. Azka Ravenska
2. Kella Varadila
3. Rara Diajeng"Kok gue sama Azka sih!" seru Rara di seberang sana, kecewa.
"Fisika itu mudah yang susah otak kamu malas berpikir."
To Be Continue...
KAMU SEDANG MEMBACA
Bully Then Love ; Jake (✔)
Fanfic❝Kamu satu-satunya orang yang mau berteman sama aku.❞ Di masa sekolah pasti ada yang namanya bullying. Ini sempat dirasakan cowok pendiam, Azka Ravenska. Melanjutkan sekolah SMA karena beasiswa dan terlahir dari keluarga kurang mampu membuat dirinya...