✨019 [ last day ]✨

778 208 26
                                    

♡ Happy Reading, Vote & Komentar ♡

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

♡ Happy Reading, Vote & Komentar ♡
.
.
.


































Hari berganti, pagi ini gadis itu tengah terbaring lemah di atas kasur. Siapa sangka bahwa ia akan sakit demam karena tak kunjung berhenti memikirkan sosok cowok itu.

Ia tertidur pulas sembari memeluk bantal guling. Suhu badan yang tinggi serta rasa lemas yang terasa. Sebelumnya tadi malam ia telah meminum obat karena bujukan dari Bunda Kara, jika tidak dibujuk sampai sekarang pun tidak akan mau minum obat.

"Selamat pagi, tuan putri."

Suara dan kalimat yang tak asing baginya tiba-tiba melewati telinga yang membuat merinding dan terbangun dari tidur.

Matanya terbuka perlahan, lalu menatap sebuah foto kecil yang terpajang di sana. Foto polaroid mereka berdua dilapisi bingkai kaca sekaligus dipajang di dinding kamar.

Gadis itu menghembuskan napas pelan, tak ada semangat hidup sekarang. "Ka, gue sakit." lirihnya.

"Gue sakit tapi nggak seberapa sakitnya pas liat lo kecelakaan."

"Katanya kita ketemu lagi di sekolah tapi lo malah—"

PRAK!

"AZKA!!" serunya saat mendapati foto itu jatuh dan pecah ke lantai.

"Kella, ada apa nak?" suara Bunda Kara dari lantai bawah, Kella tak merespon justru ia beranjak turun dari kasur.

Menatap lantai yang sekarang berserakan kaca serta foto mereka berdua yang terpisah menjadi dua. Bagaikan sebuah pertanda sesuatu?

Bunda Kara datang, lalu membuka pintu kamar putrinya tanpa memberi aba-aba.

Ia sontak terkejut. "Nak, kamu gapapa?!" serunya jalan menghampiri.

"Bunda, Azka ...," tubuh Kella gemetar, ia sangat khawatir pada Azka.

Bunda Kara memeluknya sebentar untuk memberi rasa tenang pada gadis itu. "Mungkin ini jatuh karena angin." ucapnya.

"Aku mau ke rumah sakit liat Azka."

"Tapi kamu sendiri masih sakit, nak."

"Gapapa, Bunda." ia tetap kukuh memaksa agar diizinkan pergi, ia tidak peduli jika dirinya sekarang sakit.

Perasaannya mulai tak enak dan sangat khawatir pada Azka.

~~~

"Terima kasih, Pak."

"Sama-sama."

Kella telah beranjak turun dari mobil taksi, ia tak berani mengendarai mobil sendiri dalam kondisi yang kurang sehat.

Bola matanya melihat sebuah rumah sakit besar yang dulu ia juga pernah dirawat pada saat SMP.

Menahan terjangan angin yang menghempas dirinya, ia sedikit menggigil karena dingin.

Tidak lama langkah kakinya mulai jalan masuk ke dalam. "Ka, gue khawatir banget sama lo."

Saat pertengahan jalan, ia melihat beberapa suster dan dokter saling berlarian dengan raut wajah yang panik.

"Dok, keadaan pasien semakin memburuk."

"Cepat!"

Kella tampak mengingat wajah dokter tersebut. "Bukannya itu dokter yang kemarin?"

Mata Kella membulat, ia bergegas lari secepat mungkin mengikuti mereka. Benar, mereka masuk ke dalam ruangan Azka.

Kella menatap kaca ruangan itu dengan serius dari luar.

Demi Tuhan, di dalam ruangan Azka tampak menutup matanya tapi grafik monitor tak stabil membuat semua orang panik.

"KA!! AZKA!!" teriak Kella yang berusaha masuk tapi ditahan oleh seorang suster.

"KA!! LO NGGAK BOLEH BEGINI KA!!"

"AZKA!!"

Terdengar suara tangisan keras dari dalam ruangan, tangisan Mamah Reta dan Papah Saka menggema.

"Ini semua gara-gara kamu, dok! Telat menangani anak saya!!" Papah Saka menatap tajam Sang dokter, lalu kedua tangan terkepal ingin memukul wajahnya, namun Mamah Reta menahannya dengan kuat.

"Pah, udah!"

"Maaf, saya sudah berusaha semaksimal mungkin tapi takdir berkata lain." ujar Sang dokter.

"Halah!"

"Papah istighfar!"

"Astaghfirullah mah ... Azka udah nggak ada." lirihnya, Mamah Reta berusaha memeluk hangat.

"Inna lillahi wa inna ilaihi raji'un."

Kella yang masih di depan ruangan berusaha keluar dari tahanan suster tersebut, ia masuk ke dalam ruangan dengan wajah yang sudah sembab.

Ia langsung memeluk Azka yang masih terbaring di atas bangsal. Suara monitor yang bergaris lurus itu membuat merinding semua orang di dalam.

Hari ini, Kella kehilangan seorang Azka Ravenska untuk selamanya.

Sosok cowok yang baik hati dan selalu berada disisinya kapan pun.

Seorang Azka yang hidupnya penuh kesedihan, kekejaman dan penderitaan akhirnya selesai di ujung sini.

"Azka, ini gue Kella."

"Lo jahat banget udah ninggalin gue, Ka!!"

"Lo janji kita bakal bersama selamanya!!"

"Sakit gue, Ka."

Tetesan deras air mata membasahi baju Azka, ia tetap memeluknya erat bahkan ia tak ingin melepaskan pelukan ini.

Hatinya sangat hancur mendapati kabar duka. Hatinya sangat sakit melihat Azka yang tak lagi bernapas.

Mamah Reta jalan mendekat, ia meraih badan kecil Kella untuk ia peluk. "Sabar nak, ikhlaskan."

Gadis itu masih menangis sesenggukan, sungguh ia tak rela Azka pergi dari dunia ini.

Kella melepaskan pelukan, lalu menatap Azka yang kini sangat pucat pasi. Ia menggenggam tangannya yang dingin dan kaku.

"Tuhan lebih sayang sama lo, Ka."

"Lo berhak bahagia walaupun bukan di dunia, yang tenang di sana Ka."

"Kisah kita berakhir hanya sampai sini, aku harap kita bertemu lagi di kehidupan selanjutnya dan bersatu selamanya tanpa luka duka."


















































To Be Continue..

To Be Continue

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
Bully Then Love ; Jake (✔) Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang