❝Kamu satu-satunya orang yang mau berteman sama aku.❞
Di masa sekolah pasti ada yang namanya bullying. Ini sempat dirasakan cowok pendiam, Azka Ravenska. Melanjutkan sekolah SMA karena beasiswa dan terlahir dari keluarga kurang mampu membuat dirinya...
Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
♡ Happy Reading, Vote & Komentar ♡ . . .
Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
❝ Setiap pertemuan pasti ada perpisahan.❞
Sore ini semua orang tengah menyaksikan pemakaman seorang Azka Ravenska yang baru berusia 18 tahun.
"Azka ... anakku ...," Mamah Reta memekik, ia menangis terisak yang masih berada didekapan Kella.
Wajah mereka yang sembab dan tangisan memilukan terdengar menggema di tempat pemakaman.
Semua keluarga datang untuk melihat proses pemakaman ini. Tak ada yang tidak menangis, kesedihan berlangsung sedari tadi.
Azka Ravenska... Iya, sosok lelaki kuat dan tabah. Hidupnya penuh kesedihan dan penderitaan. Tiada hari tanpa di bully dan dikucilkan oleh semua teman di sekolahnya.
Dia tetap kuat bertahan bahkan semakin kejam dan jahat perlakuan teman-temannya, dia tetap tak membalas.
Ia menghembuskan napas terakhir dengan membawa penyakit gegar otak karena ulah licik teman dan saudaranya yang sengaja mencelakainya, mungkin jika itu tak terjadi Azka tidak akan meninggalkan Dunia ini dan masih bersama Kella.
"Selamat pagi, tuan putri."
"Selamat pagi, pangeran."
Kalimat itu terngiang kembali di otak Kella.
Senyuman Azka, candaan Azka, omelan Azka, tingkah usil Azka, semua masih terekam jelas di otak gadis itu.
Ia ingin merasakan pelukan hangat Azka lagi. Apapun akan Azka lakukan asal Kella tak menangis.
Kella menepuk kedua pipinya kasar. "Tante, ini mimpi kan?"
Wanita berhijab hitam itu menggeleng dengan wajah yang amat basah.
"TANTE BILANG KALO INI CUMAN MIMPI, AZKA MASIH HIDUP KAN?!"
Mamah Reta kembali meraih badan kecil gadis itu, memeluknya erat serasa memeluk putranya yang kini telah pergi untuk selama-lamanya.