↳˳⸙;; ❝ page 09 ]

760 159 150
                                    



selepas memanen mangga yang ternyata pohon tersebut punya keluarga changbin, mereka akan ke pasar utama untuk dijual pada distributor. 

pasar utama agak jauh dari desa waringin namun perjalanannya tak terasa karena pemandangan perbukitan yang hijau dan matahari yang mendung.

sesampai di pasar utama, felix langsung semangat karena tempat itu jauh lebih ramai dan luas daripada yang felix bayangkan. 

penjual sembako, bahan alam, gorengan, bahkan peralatan rumah tangga semuanya ada disini.

"jisung, itu apa?"

"kenitu"

"kalau ini?"

"kenikir"

"jisung! kepitingnya berenang"

"iyaaa felix. dan itu rajungan saudaranya kepiting."

changbin dan jeongin tertawa ngelihat jisung yang gak sabaran bisa menjawab semua pertanyaan sederhana felix. meski wajahnya kelihatan banget melas dan capek. 

namanya juga anak kota. semangat sekali ngelihat sesuatu baru seperti ini.

jisung harus berkali kali megang tangan felix yang udah mau ngilang saja tertarik sama semua hal. felix juga sering kali nabrak orang yang berlalu lalang. 

sering juga berhenti karena pengen ngelus kambing yang melewatinya.

setelah perjalanan panjang yang melelahkan bagi jisung, mereka sampai di truk besar pemilik distributor. 

changbin meminta bantuan untuk menurunkan karung mangga tersebut dari gerobak dan diletakkan di timbangan.

"berapa pak cik?"

"23 kilo. 200 ya." kata pak cik yang megang buku aus dan tangan yang lihai main sempoa.

"kok cuman segitu pak cik? mangga baru panen masih segar ini tahan seminggu bisa. 300 ya?"

"heh, ngarang kalau nawar. ini juga banyak yang panen mangga!"

"kualitas bagus ni pak cik, coba dilihat dulu deh." kata changbin membuka karungnya.

lelaki tua yang hanya memakai kaus kutang dan celana tiga perempat itupun menghela napas. 

meskipun agak kesal tapi dia cukup puas dengan buah buah yang montok dan keemasan tersebut.

"ya sudah. 230."

"250 pak cik."

"240. kalau gak mau kasih yang lain saja."

changbin pun tertawa puas dan menjabat tangan distributor tersebut. ia menerima beberapa lembar uang dengan senang dan menyimpan baik baik di dompet.

"nah gitu gais, kalau bisa nawar, tawar sampai titik darah penghabisan!" seru changbin dan hanya ditanggapi seadanya oleh yang lain.

setelahnya mereka berkeliling pasar. pergi kemanapun yang felix inginkan. 

mereka juga mengajak felix untuk mencoba bakpau legendaris pasar tersebut. mereka hampir saja kehabisan saat itu.

"wah, ini cantik" kata felix terpukau dengan kalung zamrud biru tua yang minimalis dengan desain kayu terukir rumit dan indah.

"asli ini, dek. batu mineral dari sungai waringin. kayunya diukir sama pemahat lokal." kata nenek penjual tersebut dengan ramah.

"mau beli felix? kamu pasti cocok makai nya" kata jeongin ikut berdiri di samping felix.

felix menggeleng, "enggak deh. hanya karena cantik bukan berarti aku juga mau beli."

felix berterima kasih dan mengembalikan kalung itu pada tempatnya. 

ia mengikuti langkah jeongin dan kembali menyusuri pasar dengan senyuman lebar. jisung termenung memandangi felix kemudian kalung itu lagi.

begitu felix dan jeongin sudah agak jauh, jisung mengeluarkan uangnya dan membeli kalung tersebut. 

changbin yang sedari tadi memerhatikan akhirnya bertanya, "buat felix?" dan jisung menjawab dengan anggukan.

"katanya mau beli gitar" ujar changbin mengerti kalau uang itu sebenarnya adalah tabungan jisung buat beli barang impiannya.

"diam, kamu gak akan ngerti. lagipula ukulele ku juga masih bagus." jisung angkat bahu.

"iya deh iya mana ngerti aku soal jatuh cinta" jisung tersedak ludahnya sendiri dan changbin terkekeh jahil.

jisung mendelik sama sobatnya itu, "ya udah iya terus kenapa? emangnya aku bisa apa?"

ini sudah hampir seminggu sejak jisung bertemu felix. awalnya mungkin jisung gak paham tapi lama kelamaan jisung mulai menikmati hari harinya bersama felix. 

jisung gak tahu sejak kapan ia mulai jatuh hati dengan lelaki manis itu.

"felix nggak akan selamanya disini kan. dia bilang cuma pendatang."

"aku tahu! aku juga tahu kalau kita beda. felix emang orang kaya dan aku tahu aku gak ada hak. felix juga bisa aja pergi kapanpun kalau dia harus." keluh jisung rendah.

"makanya cepet ungkapkan. biar felix tahu. yang penting coba dulu kan" changbin tersenyum.

"ck, memang itu yang mau aku lakukan. tau apa kamu soal cinta" seringai jisung usil membalikkan kata kata changbin.

"gak tahu apa apa. tapi aku tahu tempat yang bagus buat ngelakukan hal itu" jisung tertegun.

"jisuuuung! changbiiin! cepat, aku mau naik gerobak!" panggil felix yang sudah duduk manis di gerobak yang kosong. changbin dan jisung gak tahan untuk tersenyum.

"nanti aja aku bilangin" kata changbin menepuk pundak jisung.

© HONEY, 020122

penasaran nih, kalian wp nya pake dark mode/white mode?

❪ 恋 ❫ HONEY • sunglix ✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang