"kamu mau mendoan, felix?" tanya chan meletakkan sepiring penuh tempe yang hangat di atas meja.
felix segera bangkit dari bangku rotan dan mengunyah makanan tersebut. chan tersenyum mengelus kepala felix sebelum ikut duduk di sebelah felix dan membuka buku catatannya.
felix termenung damai menatap air hujan yang mengalir dari atap seng. matahari terlihat ramah dan cuaca sedikit lebih dingin. ia tak tahu harus melakukan apa.
entah sejak kapan felix mulai bosan main hape. padahal dulu dia sangat suka main game untuk mengisi waktu luang.
sekarang permainan itu tak lebih dari hiburan kosong yang tidak berarti bagi felix. selain karena sinyal yang biasanya buruk di pegunungan juga karena felix menemukan kegiatan fisik lain yang jauh lebih menyenangkan daripada simulasi farming biasa.
hanya saja, hujan begini felix jadi tidak bisa bertemu jisung dan kawan kawan lagi. dia terjebak di rumah bersama chan yang tenang mencorat coret buku dengan angka yang tidak felix mengerti.
"kak chan sedang apa?" tanya felix melongokkan wajah ke buku tersebut.
"hitung hitungan bahan yang diperlukan buat bangun konstruksi villa nanti." jawab chan lembut.
"pasti merepotkan, ya?" kata felix meringis lihat angka angka besar disana yang melihat saja bikin felix pusing.
"tidak juga. justru kakak senang melakukannya. ini adalah impian kakak sejak dulu. desa waringin sebenarnya sangat indah dan kakak ingin orang mau melirik desa kecil yang asri ini. makanya kakak sampai jauh jauh belajar ke ibukota buat kuliah teknik dan pariwisata."
chan tertawa saat felix terperangah dengan chan yang mengambil dua jurusan yang sama sekali berbeda.
"terus kalau sudah kakak mau apa?"
"hmmm entahlah. mungkin bangun villa di tempat lain. terus sukses. dan kita berdua bisa menikmati hidup mewah untuk keluarga kecil kita nanti." wajah felix memerah.
"kak chan romantis sekali.." kata felix setelah tak menemukan komentar lain yang lebih baik.
"tentu saja aku akan melakukan apapun buat calon suamiku ini" kekeh chan mengetuk ujung hidung felix.
chan bersandar di punggung bangku rileks. ia bawa kepala felix menyandar di dadanya dan felix tak protes. setelahnya chan tersenyum dan fokus lagi pada bukunya.
felix melamun sendiri. bagaimana kalau semua yang dikatakan chan bukanlah mimpi yang felix inginkan?
apa yang akan terjadi kalau apartemen mewah, uang milyaran, dan pakaian mahal bukan sesuatu yang felix mau dari chan?
bisa jadi karena felix sudah terlalu lama dikekang dalam kehidupan penuh tuntutan seperti itu.
atau bisa jadi juga karena felix bosan dengan kehidupan mewahnya. yang jelas, felix tidak menginginkan semua itu.
felix berpikir, mungkin desa ini adalah tempat yang tepat untuknya. tempat dimana felix mengenal semua orang dan semua orang mengenal felix.
tempat felix bisa memiliki kehidupan sederhana tanpa beban. tempat dimana kebutuhan semua orang tercukupi. tak kekurangan. tak meminta lebih.
di sisi lain, mungkin felix sudah terlalu nyaman bersama teman teman barunya. changbin, jeongin, terutama jisung.
🍯🍯🍯
"kamu gak akan kena, felix" kata jisung meyakinkan felix.
felix mendengus sambil melempar lempar batu di tangannya, "sungguh?"
"kalaupun kena mungkin gak akan sampai bikin jatuh" jeongin realistis.
"cih, lihat saja nanti!" felix melemparkan batunya ke atas pohon.
mengincar buah mangga yang kuning keemasan montok tersebut. batu itu melambung namun bahkan tak sampai dekat dengan mangga itu.
jisung dan jeongin menahan tawanya masing masing sementara felix mencubiti mereka satu persatu. menyuruh keduanya berhenti memermalukan felix.
"sudah, gantian aku. biar aku tunjukin caranya." jisung percaya diri meletakkan kedua tangan di pinggang.
ia menggosok tangannya sebelum memanjat pohon mangga tersebut. belum mencapai setengah tingginya, jisung sudah jatuh karena gatal digigit semut.
jeongin mengeluh, "goblok sih, makanya."
jeongin mencari batu besar di sekitarnya dan mengabaikan felix yang tengah membantu jisung mengusir semut yang berkeliaran di badan jisung.
"aw, ada yang gigit penisku" jisung meringis, bukan karena semutnya tapi karna digeplak felix.
"dasar semuanya goblok. mending aku aja dari awal yang kuat dan tinggi."
jeongin mengangkat batunya, mengukur posisi sambi memejamkan sebelah mata. sejauh ini jeongin lah yang kelihatan paling meyakinkan.
jeongin mengambil kuda kuda. ia mundur ke belakang sekali kemudian melangkah dua kali dan melempar batu tersebut.
batu itu melesat lurus namun bukannya terkena mangga malah menjatuhkan sarang burung. jeongin langsung berlarian karena diserang pemilik sarang tersebut.
"tadi dia sendiri yang ngatain goblok" kekeh jisung penuh kemenangan walaupun dia sendiri gak berhasil ambil mangga tersebut.
changbin yang sedari tadi diam geleng geleng kepala, "udah puas main mainnya? sekarang minggir!"
changbin angkat tongkat tersebut. ia dengan terampil mengambili satu persatu mangga yang matang. mereka berjatuhan dengan mudah. jeongin, jisung, dan felix terdiam.
"kenapa gak dari tadi woiii?!?!?" ujar trio tersebut menyerbu changbin bersamaan. changbin terkekeh, mungkin ia sedikit ingin lihat ketiganya berusaha seperti orang bodoh.
"udahlah! cepet ambil mangga yang jatuh itu, masukin ke karung!" seru changbin gak kalah ganas.
© HONEY, 301221
ahh sayang banget gak ada yang bener :') kaget juga banyak yg nebak dari christmas eveL. favoritku 24 to 25, kalau kalian?
![](https://img.wattpad.com/cover/294506190-288-k633534.jpg)
KAMU SEDANG MEMBACA
❪ 恋 ❫ HONEY • sunglix ✔
Fanfic🎠 ꒰ jisung x felix ꒱ ━━━ ❝ apa bedanya kunyit sama kunir? ❞ ❝ seriusan nih kamu gak tahu?!? ❞ ••• [ desc.] felix, si anak kota sedih karena dijodohkan dengan anak kepala desa. tapi ternyata hidup di desa terpencil itu sangat damai dan menyenangkan...