Lfb 03

64 6 0
                                    

Evan membawa Elsa ke kamar, mendudukannya  dengan perlahan di atas sofa lalu dia beranjak mencari kotak obat untuk luka Elsa.

Evan dengan tergesa-gesa mengambil kotak obat lalu kembali menghapiri Elsa.

Darah gadis itu tidah henti-hentinya mengalir, itu membuat Evan tambah panik.

"Kak aku tidak apa-apa." ucap Elsa saat melihat wajah pucat Evan karena khawatir.

"Kenapa bisa seperti ini?" Evan sibuk mengobati luka adiknya.

"Aku tidak sengaja memecahkannya."

"Bodoh! Kenapa tidak kau panggilkan pelayan saja untuk membersihkannya!"

"Kak, aku tidak apa-apa, ini hanya tergores."

Elsa memperhatikan kakaknya yang sedang sibuk mengobati lukanya. Elsa bahkan melupakan rasa sakit di tangannya, begitu khawatirnya kah Evan pada dirinya?

"Kakak maafkan aku, karena aku wajahmu jadi pucat seperti ini." Elsa mengangkat dagu Evan lalu mengelus lembut pipi pria itu.

Evan menatap lekat mata Elsa yang juga menatapnya. Ditariknya tengkuk Elsa dengan perlahan "Kak ...." panggil Elsa, saat dia rasa sisi lain dari kakaknya telah muncul.

"Jangan hentikan aku, untuk terakhir kalinya."

Elsa mengangguk perlahan membiarkan Evan menciumnya dengan lembut, untuk terakhir kali pikirnya.

"Kau beristirahatlah." Ucap Evan setelah puas meraup bibir mungil adiknya.

"Kak ..." Evan mengurungkan niatnya beranjak dari kamar Elsa saat gadis itu kembali memanggilnya.

"Ada apa? Apa kau butuh sesuatu?"

"Tidak. Aku hanya ingin bertanya suatu hal padamu."

Evan menganggukan kepalanya pelan "silahkan."

"Kenapa kau peduli dengan waktu kami saat aku bersama Ozra jika kau mencintaiku?" Elsa bertanya pelan dan sedikit menundukan pandangannya.

"Hmmm?"

"Rian bilang, kau menyarankan pada ayah agar tidak menghubungi Ozra saat ponselku tidak aktif, Rian juga bilang kalau kau tidak ingin mengganggu waktuku bersama Ozra."

"Aku sebenarnya membenci pria itu Elsa, namun jika ayah menghubunginya kau pasti akan segera pulang dan ikut menjenguk nenek, aku hanya berusaha menciptakan waktu berdua bersamamu."

"Kenapa kau membencinya? kau bahkan belum mengenalnya."

"Karna dia lebih mengenal mu daripada aku," Evan menggenggam erat tangan Elsa "Elsa, jika saja kita tumbuh bersama, mungkin aku orang yang akan berdiri di sampingmu, yang akan menjagamu bukan dia."

Elsa mengelus punggung Evan, memberi semangat pada pria itu "kau dan Ozra adalah dua orang yang berbeda, Ozra adalah sahabatku kami tidak punya ikatan apapun selain persahabatan sedangkan kau, kau adalah kakakku ikatan kita tidak pernah putus walau kau ada di ujung dunia sekalipun, darah yang mengalir pada tubuh kita sama, bahkan aku seperti duplikat dirimu walaupun kita tidak pernah bertemu, jadi jangan bandingkan dirimu dengan Ozra." Elsa mencoba memberi pengertian pada Evan.

Evan menatap lekat kedua mata indah adiknya yang juga dibalas tatapan lembut dengan sang pemilik mata "namun sekarang aku berharap kau bukan saudaraku, bukan adikku."

"Kak, kita akan berusaha berada di jalan yang benar, kita akan hilangkan perasaan itu."

Evan beranjak dari sofa melangkah secepat mungkin meningglkan Elsa sendiri. Kini hatinya rapuh bukan hanya penolakan yang didapatnya namun Elsa juga ingin menghilangkan perasaan cinta di hatinya, perasaan yang menempati hatinya untuk pertama kali.

Love for BrotherTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang