Lfb 06

60 4 1
                                    

"Elsa?" panggil Evan.

Elsa yang sedang membaca novel di kasurnya langsung menoleh ke arah Evan.

Evan sudah berdiri di depan pintu kamarnya. "Iya. Ada apa Kak?" tanya Elsa. Dia menaruh buku novelnya di atas meja lalu menatap Evan.

"Aku bosan di rumah terus. Apa kau bisa menemaniku keluar malam ini?" ucap Evan.

Elsa tersenyum sembari menganggukan kepalanya, mengisyaratkan setuju dengan ajakan Evan.

Malam ini terihat sedikit mendung tidak seperti biasanya yang tampak cerah. Hawa dingin siap menerpa masuk ke kulit siapa saja yang sedang menikmati malam. Termasuk Elsa yang kini mengenakan baju kaos lengan pendek bewarna putih serta celana jeans panjang yang menutupi kaki jenjangnya.

Mereka sekarang sedang berada disalah satu taman popular di kota ini. Tamannya begitu indah, banyak bunga-bunga cantik yang sedang bermekaran. Terdapat juga danau buatan yang begitu cantik. Beberapa pohon dihiasi dengan lampu warna-warni, sungguh tempat yang begitu sempurna. Namun, tidak seperti biasanya yang selalu ramai jika Elsa dan Ozra mengunjungi taman ini. Ini sedikit sepi dan sunyi, hanya ada beberapa orang saja yang sedang duduk di bangku taman.

"Apa kau kedinginan?" tanya Evan.

Elsa mengaguk membenarkan ucapan Evan.

Evan segera membuka jaket kain tebalnya lalu memasangkannya pada tubuh Elsa. Elsa tersenyum indah pada Evan. Ternyata kakaknya begitu manis.

Elsa meminum susu kotak yang sempat mereka beli di minimarket tadi. Dia meminum sembari sesekali memandangi wajah Evan. Taman ini memang begitu indah. Namun, wajah teduh dan tampan Evan, lebih indah dari apapun.

"Apa wajahku begitu tampan sehingga kau tidak bisa mengalihkan padanganmu dari ku?" ucap Evan saat dia menoleh ke arah Elsa dan mendapati adiknya sedang memandanginya dengan begitu lekat.

Elsa mengangguk sembari tersenyum. "hmmm. Kenapa wajahmu bisa setampan ini?"

"Entahlah," jawab Evan "dan kau kenapa wajahmu bisa sesempurna ini?"

"Sebaiknya kau tanyakan itu pada ibu, dia yang melahirkan kita. Aku tidak tau apa-apa tentang wajahku."

'Dia yang melahirkan kita' wajah Evan murung seketika saat mendengar perkataan itu. "Elsa, apa kau bisa menjadi orang lain saat bersamaku? Lupakan asal-usul dirimu, hanya menjadi wanita lain tanpa mengingat ikatan hubungan kita."

"Tidak bisa, Kak. Kau Kakakku, tidak mungkin aku bisa menganggap dirimu sebagai orang asing."

"Tapi dulu aku terasa asing bagimu kan?"

"Ya. Dulu kau juga belum mencintaiku." Elsa menyeruput susu kotaknya dengan sedotan.

"Aku mencintaimu dari pertama kali aku melihatmu." ucapnya lalu mencium bibir adiknya dengan begitu lembut. Elsa yang awalnya hanya terpaku diam, lama kelamaan terbawa suasana akan permainan lidah Evan pada bibirnya.

Gila! Bibir dan lidah Elsa terasa manis dari susu yang diminumnya, membuat Evan semakin ketagihan oleh bibir mungil yang sedang diraupnya kini.

Mereka larut dalam ciuman yang awalnya dimulai dengan lembut kini beralih menjadi ciuman panas penuh dengan nafsu?

Seketika hujan turun disela-sela ciuman mereka. Orang-orang juga sudah pada berhamburan pergi untuk melindungi diri dari hujan. "Kak, hujan." ucap Elsa setelah berhasil menyelamatkan bibirnya dari aksi liar Evan. Biarkan saja aku masih menginginkannya lagi. Evan kembali meraup bibir itu memainkan lidahnya pada mulut Elsa. Elsa bahkan mulai kewalahan menandingi permainan Evan.

Elsa mendorong tubuh atletis Evan dan berhasil membuat Evan melepaskan ciumannya. Napas Elsa terlihat sesak "kau gila, Kak." ucap Elsa yang hanya dibalas tawa oleh Evan.

Love for BrotherTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang