Lfb 07

48 3 0
                                    

Pagi harinya Elsa diantar pulang oleh Ozra. Hatinya merasa was-was, bagaimana jika dia bertemu dengan sang kakak di dalam apa yang harus dikatakannya?

Dengan sisa-sisa keberanian Elsa melangkah masuk ke dalam. Sepertinya rumah sedang tampak sunyi.

"Elsa?"

Elsa menoleh ke sumber suara saat mendengar namanya di panggil. "ibu."

Ibu berjalan mendekati Elsa. "kau sudah pulang?" tanya ibu.

"Iya, bu."

Ibu mengangguk sembari tersenyum, lalu hendak melangkah meninggalkan putrinya.

"Ibu, di mana semua orang?" tanya Elsa yang berhasil menghentikan langkah ibu.

"Seperti biasa. Adik-adikmu sedang sekolah. Ayah sedang ke kantor." jawab ibu.

"Kak Evan?"

"Dia ikut ke kantor bersama ayah dan paman."

Elsa akhirnya bisa bernapas lega mendengar ucapan ibu.

Mungkin sekarang dia bisa bernapas lega. Namun, bagaiman nanti jika Evan sudah pulang?

***

Elsa terbangun dari tidurnya saat dia rasa ada yang sedang mengusik tidurnya. Betapa terkejutnya dia saat mendapati siapa yang sekarang sedang berada di sampingnya.

"Kak Evan?"

Elsa menoleh ke arah jam dinding. Jam masih menunjukan pukul 14.00, ini masih terlalu siang untuk Evan pulang dari kantor.

"Bagaimana malammu bersama Ozra? Apa menyenangkan?" Evan mengusap-usap pipi Elsa.

Walaupun usapan yang di berikan Evan cukup lembut. Namun, ucapannya terdengar mengerikan bagi Elsa.

"Kak." Elsa bingung hendak mengatakan apa sekarang, dirinya begitu ketakutan bahkan lebih takut dari perintah Ozra tadi malam.

Evan beranjak dari kasur melangkah mendekati pintu kamar Elsa. Dikuncinnya pintu tersebut lalu dia meraih remote AC untuk menurunkan suhu ruangan agar terasa lebih dingin.

Evan kembali melangkah mendekati Elsa yang kini sedang memasang raut wajah bingung juga takut.

"Apa Ozra juga sudah menyentuhmu?" nada suara Evan seperti sedang meremehkan Elsa. Elsa terlihat seperti wanita murahan dalam nada suaranya.

"Kami tidak melakukan apapun. Sungguh." Elsa benar-benar ketakutan sekarang.

"Buka bajumu." tegas Evan.

Kenapa Ozra dan Evan suka sekali melihat Elsa tanpa baju?

"Kakak."

"Buka bajumu Elsa!" nada suara Evan sudah mulai meninggi.

Elsa dengan gemetar membuka bajunya.

"Seluruhnya!" perintah Evan lagi.

Elsa sungguh membenci ruangan kamarnya yang sangat kedap suara ini. Dengan sisa-sisa kekuatan Elsa melepas seluruh pakaian dari tubuhnya.

Tubuh Elsa sudah benar-benar polos sekarang. Saat melihat Elsa sudah tanpa kain sehelaipun di tubunya, Evan juga melakukan hal yang sama menanggalkan seluruh pakaiannya.

Evan dengan paksa menidih tubuh polos Elsa, lalu memeriksa setiap inci tubuh mulus tersebut.

Terdapat dua tanda merah keunguan di tubuh Elsa. Satu di bagian lehernya dan satu lagi di bagian dada kirinya.

"Ozra yang melakukannya kan. Kau bilang dia tidak berbuat apa-apa padamu, lalu ini apa?" tatapan mata Evan tersorot tajam ke arah Elsa.

"Kakak. Hiksss ...." tidak ada yang bisa dia katakana selain menagis.

Love for BrotherTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang