Lfb 35

8 2 1
                                    

Entah mengapa Elsa merasakan kegelisahan dari tadi, dia sudah berusaha untuk terlelap namun, selalu gagal. Sedangkan Evan sang kakak sudah tidur nyenyak di sebelahnya.

Elsa berkali-kali merubah posisi berbaringnya, karena perutnya yang merasa sakit. Bukan mual seperti biasa yang dia alami namun, kali ini perutnya terasa kram.

Elsa mengambil segelas air di meja sebelah kasurnya, air itu sudah disediakan Evan agar Elsa tidak perlu berjalan jika ingin minum di tengah malam.

Elsa meminum segelas penuh tanpa sisa. Untuk beberapa saat perutnya terasa nyaman, namun beberapa saat kemudian perut itu kembali kram, dan lama-kelamaan terasa sakit yang hebat di area perut atas hingga pinggulnya.

Elsa mengelus-elus perutnya, berusaha menenangkan sang bayi yang terus memberontak di dalam, pikirnya.

Namun, sakit itu tidak kunjung reda dan semakin menjadi-jadi. Elsa bahkan mengeluarkan banyak sekali keringat pada tubuhnya.

"Kakak ... Kak bangun ...." Elsa membangunkan Evan dengan suaranya yang lemah karena harus membagi rintihan pada rasa sakit.

"Kak, ku mohon bangunlah."

Evan yang sudah tidak lagi nyenyak akibat gangguan dari Elsa akhirnya dia terbangun juga.

"Kak ... perutku sakit sekali ...." ringis Elsa.

Evan yang belum setengahnya sadar mengira bahwa Elsa hanya merasakan sakit perut seperti biasa saja.

"Apa kau butuh sesuatu? Apa yang bisa ku bantu untukmu?" tanya Evan, dia mengusap-usap wajahnya yang baru setengah sadar.

"Kak, perutku sakit sekali, aku tidak tau apa yang terjadi."

Evan menghela nafas kasarnya, dia hendak meraih ponsel miliknya untuk menghubungi dokter dan meminta bantuan atas masalah perut Elsa. namun, tanpa sengaja Evan melihat baju bawah Elsa basah dan pangkalan pahanya dialiri air kental dan sedikit darah.

Evan sontak kaget melihat hal itu.

"Apa yang terjadi padamu?"

"Aku tidak tau, tapi perutku sakit sekali ...."

Evan bingung harus melakukan apa, wajah Elsa sudah sangat pucat dan dia masih memikirkan apa yang harus dilakukannya.

"Kakak, ku mohon jangan diam saja, ini sakit sekali ...."

Evan segera turun dari kasur. Dia tergesa-gesa hendak mengambil ponselnya. Namun, saat di lihatnya cairan kental itu semakin banyak membasahi pangkalan sang adik. Dengan segala kecepatan Evan memutar arah lalu berlari ke arah pintu kamar Elsa.

"Ibu!! Ibu!!" Evan menjerit-kan nama ibunya berkali-kali dan tidak butuh waktu lama ibu datang berlari menghampirinya disusul dengan sang ayah.

"Ada apa Evan? Kenapa kau berteriak-teriak di tengah malam seperti ini?"

"Elsa- Elsa ...." Tangan Evan sampai gemetaran menunjuk ke arah dalam kamar Elsa.

"Ada apa dengannnya?" Ibu segera berjalan dengan tergesa untuk menghampiri Elsa.

"Aku tidak tau, apa yang terjadi dengannya." ucap Evan sembari mengikuti langkah sang ibu.

Saat ibu masuk ke kamar Elsa dan melihat Elsa yang sudah meringis menahan sakit juga paha Elsa yang basah, dengan segera Ibu menyuruh Evan untuk membawa Elsa ke rumah sakit.

Ibu menelepon dokter yang menangani Elsa sedangkan Evan sudah sibuk menggendong Elsa dan membawanya naik ke mobil.

Semua orang di dalam rumah itu tampak sangat bingung dan khawatir.

Love for BrotherTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang