Lfb 36

9 4 1
                                    

Hari ini tepat umur Alby yang menginjak sebulan. Evan membawa Rian ikut bersamanya dan membelikan sesuatu untuk Alby.

Rian dan Evan membelikan beberapa mainan baru yang cocok untuk Alby, Evan juga membelikan sebuah dress untuk Elsa.

Alby terlihat begitu senang saat Rian mengajaknya bermain. Bayi itu beberapa kali membulatkan matanya kala mendengar suara kerincingan dari maianan pemberian sang ayah yang sengaja Rian bunyikan.

Elsa juga kelihtan sangat menyukai dress yang dibelikan Evan untuknya.

***

"Alby menunggumu pulang dari kantor dari tadi, Kak. Dia selalu melihat ke arah kamarmu."

"Ahh, benarkah?" Evan dengan tidak sabaran menghampiri anakanya yang sedang berbaring di atas kasur Elsa. "apa jagoan kecil ayah sedang menunggu ayah pulang dari tadi? Hmmm? Apa si tampan ini sedang menunggu ayahnya?" Evan bermain- main dengan sang anak, dia mengucapkan banyak hal pada Alby, bahakan saat kejadian di kantor hari ini, tentang betapa lelahnya dirinya bekerja. Walaupun Alby belum mengerti ucapannya, Evan seakan tidak peduli dan terus menceritakan hal apapun.

Elsa kali ini benar-benar melihat kakaknya yang berubah snagat derastis kelakuaannya saat bersama Alby, anaknya.

Seakan Elsa sama seklai tidak menemukan kehidupan kelam Evan yang dulu dan sifat dingin serta arogan sang kakak.

***

Evan banyak belajar tentang menjaga Alby pada Elsa. bagaimana cara menggantikan pakaian sang anak, cara menggantikan popok Alby bahkan Evan sudah paham cara memandikan Alby walaupun dia belum begitu mahir.

Evan yang dulu biasanya sering keluar dari rumah dan menginap di apartment ataupun rumah Bram, kali ini dia lebih banyak menghabiskan waktunya di rumah, bermain bersama Alby ataupun membantu Elsa melakukan pekerjaannya sebagai seorang ibu.

"Biar aku saja yang memakaikan pakaiaanya. Kau beristirahatlah, kau terlihat sangat begitu lelah."

***

Beberapa orang yang dibantu juga oleh beberapa pelayan dari rumah Elsa, sedang sibuk menyiapkan pesta pernikahan yang akan digelar kurang dari satu minggu lagi. Mereka mulai sibuk memilih dekorasi serta menyiapkan beberapa undangan untuk disebar.

.

.

Sangat bertolak belakang. Orang-orang yang pada gembira dan tidak sabar menunggu hari pernikahan Elsa dan Ozra. kini malah Elsa yang sedang bertengkar dengan Evan di dalam kamar.

Elsa tidak ingin menjalani ini sendirian. Namun, Evan juga tidak sanggup berada di sini, melihat seseorang yang amat sangat dicintainya kini harus dia saksikan mengucap janji suci kepada orang lain dan bukan dirinya.

"Kakak ku mohon jangan lakukan ini. Aku tidak mungkin bisa menjalani hari-hariku tanpamu."

"Elsa jangan jadi bodoh. Ini keputusanmu, menikah dengannya. Kau yang bersih keras mengakhiri hubungan kita kan? Lalu kenapa sekarang kau memintaku untuk tetap di sini bersamamu?"

"Kau tetap ingin meninggalkanku?"

"Aku sama sekali tidak ingin meninggalkanmu bahkan berada jauh darimu saja aku sudah merasa gelisah. Namun, kau yang membuatku terpaksa melakukan ini. Aku tidak mungkin bisa melihatmu menjadi pedamping orang lain di hari itu nanti."

"Kau akan membiarkanku sendirian melewati ini?"

"Kau tidak sendirian, Elsa. semua orang bersamamu. Semua orang akan menghiburmu. Dan jika kau sedih, masih ada Alby yang akan selalu menemanimu."

Love for BrotherTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang