Lfb 27

15 2 0
                                    

Evan mengkerutkan dahinya saat dia membuka kamar Elsa dan tidak menemukan Elsa di sana. ini belum terlalu larut malam, biasanya di jam segini Elsa masih terjaga dan mencari kesibukan sendiri, ini kenapa Elsa tidak berada di kamarnya sekarang?

Evan berfikir bahwa Elsa sedang bersama Angeline. Dia segera bergegas ke ruangan Angeline untuk menemui Elsa. Namun sayangnya Elsa juga tidak ada di sana. Angeline juga tidak tau di mana keberadaan Elsa.

Evan kembali ke kamarnya, meraih ponselnya dan segera menghubungi Elsa. ponsel Elsa bordering, namun Elsa tidak kunjung mengangkat panggilan itu.

Evan menaruh kembali ponselnya ke atas meja dengan kasar.

"Di mana kau?" dia menghempaskan tubuhnya ke kasur, menatap langit-langit kamar sembari memikirkan Elsa.

***

Elsa duduk diam di dalam mobil. Pandangannya tidak kunjung lepas dari kedua pria di depannya. Entah mau di bawa kemana dirinya oleh dua pria ini.

"Paman, kita mau kemana?" pertanyaan ini sudah berkali-kali Elsa ucapkan. Namun, paman masih enggan untuk memberitaunya.

"Kau akan tau saat kita sampai nanti."

Setelah sekian lama menunggu, akhirnya Arka memarkirkan mobil mereka disalah satu bangunan megah.

Tunggu! Inikan apartment Jenika, untuk apa mereka ke sini?

Elsa turun dari mobil, mengikuti langkah Paman dan Arka.

Benar saja, tujuan mereka adalah apartment Jenika.

"Untuk apa kita kesini?" Elsa mulai merasakan sesuatu yang tidak beres akan terjadi.

Belum sempat paman maupun Arka menjawab, seketika pintu Apartment Jenika terbuka. Dan semakin terkejutnya Elsa saat mendapati Ozra, sahabatnya itu lah yang membukakan pintu bukannya Jenika. Untuk apa Ozra berada di dalam apartment Jenika?

Seketika Ozra menarik lengan Elsa untuk masuk ke dalam, mendahului paman dan juga Arka.

"Hai Elsa." sapa Jenika dari belakang.

Elsa menoleh ke arah wanita itu. Jujur dia belum begitu suka dengan Jenika. Namun, dia tidak bisa menunjukan kebenciannya di hadapan orang-orang ini.

Jenika memeluk Elsa. Elsa hanya tersenyum kecil dan tidak berniat untuk memebalas pelukan Jenika.

"Silahkan duduk." Jenika memepersilahkan semuanya untuk ikut duduk juga.

Kini Elsa tampak sangat bingung. Wajah orang-orang di sekelilingnya terlihat begitu serius.

"Ozra, apa yang terjadi? Apa ada masalah?" bisik Elsa pelan pada telinga Ozra.

"Duduklah dan dengarkan saja pamanmu." ucap Ozra.

Elsa tampak heran, Ozra bahkan bersikap tidak seperti biasanya.

Esa duduk diam, tangannya saling menggenggam erat, matanya tidak berhenti memperhatikan orang-orang yang berada di sekelilingnya.

"Elsa," panggil paman. Elsa segera menoleh ke arah sang Paman. "sebelumnya paman minta maaf karena sudah membuatmu kebingungan seperti ini."

Elsa hanya tersenyum kecil pada pamannya.

"Elsa, apa paman pernah minta sesuatu padamu sebelumnya?" tanya Paman.

Elsa menggelengkan kepalanya, seingatnya sang paman tidak pernah meminta apapun darinya.

"Kalau begitu apa paman boleh minta sesuatu padamu untuk pertama kalinya?"

"Ya, tentu. Jika aku mampu aku pasti akan memberikannya."

Love for BrotherTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang