Lfb 34

9 4 1
                                    

Semakin hari perut Elsa semakin membesar, waktu kelahiran juga sudah semakin dekat. Bahkan dokter memperkirakan bahwa Elsa akan lahiran kurang dari sebulan itu artinya, Elsa harus menyiapkan diri untuk hari kelahiran nanti.

Kamar bayi juga sudah mereka siapkan, karena setelah beberapa bulan lahiran, Elsa akan masih tinggal bersama keluarganya sembari menanti waktu pernikahannya dengan Ozra yang tidak pernah dia nantikan sebenarnya.

Sikap Evan yang sangat keras kepala semakin hari semakin berubah manis pada Elsa, walaupun pria itu terkadang masih suka menginap di apartment dari pada di rumahnya sendiri.

Kamar bayi yang didekorasi oleh Evan, Angeline juga Rian sekarang menjadi tempat wajib yang dikunjungi Evan sebelum berangkat pergi bekerja atau kemanapun dia pergi. Dia benar-benar sudah tidak sabar menanti kehadiran malaikat kecilnya.

"Kakak Tunggu!" Angeline berlari menghampiri Elsa yang hendak mengambil gelas di atas lemari gantung mereka. "apa kau ingin minum? Biar aku saja yang mengambilkannya untukmu, kau duduklah di sini." Angeline menuntun Elsa untuk duduk di kursi.

"Angeline tidak apa-apa, aku bisa sendiri." ucap Elsa.

"Tidak, Kak. Biar aku saja yang ambilkan untukmu."

Setelah kehamilan Elsa yang sudah mendekati ujung tanduk. Semua orang di rumah ini melarang Elsa untuk melakukan tugas apapun di rumah, bahkan pekerjaan memasaknyapun sudah digantikan oleh pelayan yang dipercaya untuk menggantikan Elsa.

Untuk menghilangkan kebosanan Elsa selama seharian, Angeline dan Rian selalu mengajak Elsa dan menemani kakaknya untuk berolahraga ringan sejenak. Mereka berjalan santai di sore hari, menyusuri sebagian kecil jalanan area rumah mereka, jikapun mereka tidak mendapat izin dari ibu. Angeline dan Rian tetap membawa Elsa untuk melakukan jalan santai walaupun hanya berkeliling taman di samping dan belakang rumah mereka.

Pikiran Elsa ssbenarnya belum tenang, masih kacau balau. Namun, sebisa mungkin dia menghiraukan semua kecemasan juga keraguan dalam dirinya, demi kebaikan calon bayinya.

***

"Elsa apa kau sudah makan? Apa kau sudah meminum vitaminmu?" seketika Ozra membuka pintu kamar Elsa dan langsung menanyakan hal itu.

Elsa menoleh kaget ke arah pintu kamarnya dan saat dia mengetahui bahwa Ozra-lah yang masuk ke kamarnya, dia kembali pada sebuah buku yang sedang dipegangnya.

"Elsa?" panggil Ozra saat sahabatnya itu tidak memberikan jawaban apapun atas pertanyaannya tadi.

Elsa hanya menganggukan kepalanya tanpa mengalihkan perhatiannya pada buku itu.

"Apa kau melakukan susuatu yang berat hari ini? Atau kau---"

"Tidak Ozra, tidak ada masalah. Aku menjalankan perintahmu dengan benar." potong Elsa.

Ozra menganggukan kepalanya pelan. "bagus kalau begitu." ucapnya.

Ozra berjalan mendekati Elsa lalu duduk di samping sahabatnya. pria itu merampas sebuah buku yang ada di tangan Elsa lalu melemparkannya ke kasur.

"Ozra apa yang kau lakukan?!" ucap Elsa kesal.

Ozra menolehkan wajah cemberut Elsa ke arah dirinya. "ada kejutan yang sedang menunggumu di bawah." ucap Ozra.

"Apa?"

Ozra mengangkat kedua bahunya, dia enggan memberitahu Elsa.

Elsa mengkerutkan dahinya, tatapan kesal ditunjukannya untuk Ozra lalu dia beranjak pergi meninggalkan Ozra untuk mencaritahu kejutan apa yang dimaksud Ozra tadi.

Elsa menuruni anak tangga dengan sangat perlahan dengan Ozra yang mengawasinya dari belakang.

Wajah heran Elsa tampak jelas saat dia melihat Jenika dan Arka sedang mengobrol dengan ibunya dan Angeline di sofa.

Love for BrotherTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang