Lfb 12

30 4 1
                                    

Angeline sebenarnya tidak terlalu suka dengan kedatangan Jenika ke rumah ini. Karena Jenika, hubungan keluarganya agak sedikit canggung sekarang. Ingin rasanya dia mencampakan saja wanita itu dari rumahnya. Namun, apalah daya, Angeline masih terlalu kecil untuk mengambil keputusan itu.

Jenika sudah mendapat kamar lain. Kamar Elsa yang bersebelahan dengan kamar Evan yang begitu sangat dia idam-idamkan kini dia harus rela melepaskan harapan untuk menempati kamar tersebut. Tinggal di rumah ini saja dia sudah sangat bersyukur. Untung-untung keluarga Permana tidak mengirimnya kembali pulang ke apartmentnya.

***

Siang ini, setelah pulang dari sekolah. Angeline dan Rian langsung mengahampiri Elsa di kamarnya, niat mereka adalah untuk menghibur serta menghilangkan rasa sedih yang semalam dialami kakak mereka.

Saat Angeline nyelonong masuk begitu saja ke dalam kamar Elsa, dia bukan hanya menemukan Elsa tapi juga Evan yang berada di dalam kamar.

Untungnya Elsa dan Evan sedang tidak melakukan hal yang senonoh, yang pasti seketika hubungan rahasia mereka pasti akan langsung ketahuan.

Elsa sedang menggambar di atas kasurnya sedangkan Evan sedang duduk di sofa sembari membaca sebuah buku. Entah apa buku yang dibacanya, covernya saja terlihat mengerikan dengan baground hitam polos dan beberapa lukisan aliran darah berwarna merah pekat.

Angeline langsung melangkah masuk menghampiri Elsa yang disusul dengan Rian. "Kakak, kau sedang gambar apa?" Angeline ikut naik ke kasur Elsa.

Evan hanya menghela napas kasarnya, para perusuh mulai mengganggu keheningannya.

"Tidak ada, hanya lukisan sederhana." ucap Elsa.

"itu kak Evan kan? Wah! ... benar-benar sangat mirip." teriak Angeline antusias.

Elsa sedang melukis diri Evan yang sedang fokus membaca sebuah buku di sofa kamarnya. Lukisan yang sangat detail dan sempurna, walaupun hanya menggunakan pinsil hitam saja.

Evan yang namanya disebut-sebut ditambah dia sudah tidak fokus untuk membaca bukunya, akhirnya dia memutuskan untuk bergabung naik ke atas kasur bersama para adik-adiknya.

Evan mengambil buku gambar Elsa dan melihat hasil lukisan tangan sang adik. Ternyata memang benar dirinya yang sedang menjadi objek lukisan Elsa.

Evan menatap Elsa sekilas dengan tatapan takjub. Elsa membalas tatapan datar Evan dengan senyum manis di bibirnya. Evan meletakan buku itu di atas meja lalu memberingkan tubuhnya di atas kasur dengan paha Elsa menjadi bantalannya.

Elsa mengelus lembut kepala Evan yang membuat kakaknya merasa nyaman dalam posisi seperti ini.

"Kakak, lusa nanti aku dan kak Angeline akan pergi study tour bersama." Rian tidak kalah manja, dia memeluk Elsa dari samping.

"Benarkah? Apa kalian akan menginap?" tanya Elsa.

"Iya, 3 hari." jawab Rian.

"3 hari? Lama sekali. Kakak pasti akan kesepian karena kalian tidak di rumah." Elsa merangkul tubuh Rian dengan tangan satunya lagi.

"Study tour-nya berhubungan tentang pelajaran sejarah, karena itu kami menginap." ucap Angeline.

"Nah! Bagus tuh. Kalau bisa seminggu menginapnya pun tidak masalah." sambung Evan.

"Kakak ingin kami pergi lama? Kenapa?" tanya Rian polos.

"Karena aku hanya ingin berdua dengan kakak kalian ini." Evan memeluk perut Elsa dan membenamkan wajahnya di sana.

Elsa yang mendengar ucapan Evan, terbelalak kaget. Evan benar-benar membuat dirinya berada dalam masalah.

"Tidak boleh! Kak Elsa hanya milikku!" Rian melepas peluakan Evan dari tubuh Elsa lalu dia memepererat pelukannya pada tubuh kakak kesanyangannya.

Love for BrotherTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang