Kita kembali ke Rumah Sakit...
Suasana mendadak menjadi sunyi. Seorang Dokter dan perawat keluar dari ruangan Fajri di rawat.
Ricky, Fenly serta Raka menunggu sejak tadi di luar. Ketiganya menatap sang Dokter untuk memberikan penjelasan.
"Dok, bagaimana keadaan Aji?" tanya Ricky langsung.
Raka dan Fenly masih menopang tubuh Ricky yang lemas. Sebelumnya Ricky sempat memberontak untuk masuk ke dalam ruangan Fajri di rawat.
Sang Dokter menatap ketiganya dengan tatapan sulit diartikan. Dokter bernama Fauzan menghelan napas perlahan.
"Dokter! Tolong jawab! Bagaimana keadaan Aji?!" Ricky menuntut jawaban yang belum didapatkan.
Fenly melirik sekilas ke arah sang Abang. Ia semakin sedih melihat Ricky seperti itu.
"Ini semua gara-gara Fajri!" batin Fenly menahan emosi.
Fenly tak mungkin mengeluarkan emosi terpendam di saat tak kondusif begini. Fenly tidak mau dianggap sebagai Kakak yang tak memiliki rasa sedih, padahal dalam hati sungguh berbeda.
"Maaf," ucap Dokter Fauzan pelan.
Jantung mereka berdebar-debar kencang. Maksud jawaban dari Dokter Fauzan penuh teka-teki.
"Maaf apa Dok?" tanya Ricky tak mengerti.
"Ky, kamu harus tenang ya," ujar Raka walau ia juga sangat khawatir.
Sedangkan Fenly memilih diam. Ia sudah siap menunggu jawaban dari Dokter di depannya.
"Semoga sesuai harapan gue. Selamat tinggal Fajri," batin Fenly tersenyum sangat tipis.
Dokter Fauzan menatap lagi ketiga pria di depannya. "Maaf, kami sudah berusaha semaksimal mungkin. Tetapi Tuhan berkata lain. Pasien bernama Fajri Zakno, sudah meninggal dunia."
Deg!
Jdarr!!
Seakan waktu terhenti. Sambaran petir seakan menyambar tubuh mereka, terutama Ricky.
Ricky melepaskan kedua pegangan tangan di bahunya. Tubuh Ricky seakan kaku tak bisa digerakan.
"Keluarga boleh melihat pasien untuk terakhir kalinya," ucap Dokter Fauzan sedih.
"Dok... ini ng-nggak mungkin kan?" tanya Ricky.
Dokter Fauzan diam. Ia menepuk pelan pundak Ricky memberikan rasa simpati yang mendalam atas kehilangan sang Adik.
"Aji... Abang Iky di sini. Aji...," ujar Ricky penuh kesedihan.
Air mata sudah jatuh membasahi di kedua pipi Ricky. Raka pun sama. Ia masih belum siap merasakan kehilangan untuk kesekian kalinya.
Fenly. Ia hanya diam sejak tadi. Fenly menatap sosok Ricky yang rapuh dan kehilangan.
"Bang Iky," panggil Fenly pelan.
"Vel! Coba bilang ke Abang. Aji masih hidup kan? Benar kan Ovel?!" tanya Ricky memegangi kedua bahu Fenly erat.
Fenly semakin meringis ketika Ricky memegan kedua bahunya kuat. "Bang... kita harus ikhlas. Aji sudah tenang sekarang, nggak merasakan sakit lagi," jawabnya. Kedua netra Fenly sudah berlinangan air mata.
"Bohong! Itu pasti bohong kan!" Ricky menolak jawaban Fenly termasuk sang Dokter.
Fenly langsung memeluk erat tubuh Ricky. Ia sudah tak kuat menahan sakit dan sedih melihat keadaan Ricky yang seperti ini.
KAMU SEDANG MEMBACA
My Brother's [END]
FanfictionHanya sebuah karya fanfiction tentang UN1TY. Jika ada kesamaan nama tokoh, tempat dan latar cerita. Ini hanyalah cerita fiktif belaka. Terima kasih :)