My Brother's (12)

510 121 32
                                    

Bugh!

"Cepat serahkan uang jajan lo!" seru siswa berambut gondrong.

Siswa itu menarik kerah Fenly erat. Fenly hampir tak bisa bernapas. Dia terus memberontak, tetapi sebuah pukulan kembali mendarat manis di pipi kanan.

Bugh!!

"Lo berani sama kita, hah!" Siswa lain memiliki codet di pipi. Dialah pelaku yang memukul Fenly tadi.

"Le-lepasin gue!"

Fenly masih tetap berusaha melepaskan tangan siswa di kerah seragamnya. Fenly menatap tajam ketiga preman sekolah di depannya.

"Hahaha... lo itu cuma anak pintar di sini. Lebih baik serahkan uang jajan lo atau lo bakal menerima sesuatu yang lain!" ejek siswa terakhir memakai behel.

"Hajar saja bos!" sahut siswa ada codet.

Fenly tak bisa berkutik. Dia kalah jumlah dan tak pandai berkelahi. Fenly berharap ada seseorang yang akan menolongnya.

"Oke!" seru siswa sebagai bos.

Saat akan melayangkan tinju ke arah perut Fenly. Seseorang telah lebih dulu menendang tubuh siswa berpangkat bos preman.

Bugh!

Brak!

"Sialan! Siapa yang mengganggu kita!" kesal siswa memakai behel.

"Gue!" jawab Fajri berdiri tegak di depan mereka.

Salah satu di antara mereka ada yang mencoba menyerang Fajri, namun Fajri berhasil menghindar. Fajri langsung memukul siswa itu tepat di perut hingga terjatuh.

Bugh!

Brakk+

"Kurang ajar!" umpat siswa memiliki codet di pipi.

"Kalian pecundang! Mainnya keroyokan!" ejek Fajri.

Hal itu membuta siswa codet geram. Dia memukul dan menendang Fajri, tetapi Fajri berhasil menangkis. Tak salah jika Fajri jago ilmu beladiri. Dia mengikuti latihan Karate dan sekarang berada di sabuk hitam.

Fajri berhasil mengenai wajah serta perut siswa tersebut. Tubuhnya terpental hingga mengenai kedua siswa lainnya. Mereka pun kabur sambil menatap tajam Fajri.

Fenly hanya diam membisu. Dirinya cukup terkejut melihat sang Adik yaitu Fajri menolong ya dari para preman sekolah.

"Bang Ovel, lo gagapa kan?" tanya Fajri bernada khawatir.

Fajri membantu Fenly berdiri, namun langsung di tepis kasar olehnya. Harga dirinya sebagai Abang merasa tercoreng.

"Gue nggak butuh bantuan lo!" bentak Fenly lantang.

Fajri tersenyum miris. Padahal niatnya hanya membantu sang Abang yang dalam bahaya. Dia takkan memaafkan dirinya jika terjadi hal-hal yang tidak diinginkan oleh Fenly.

"Tapi Bang, luka lo perlu diobati," ucap Fajri pelan.

"Nggak perlu! Gue bisa sendiri!" tolak Fenly menahan emosi.

Fenly menatap tajam Fajri. Dia mengacungkan jari telunjuk tepat di muka Fajri.

"Lo nggak usah jadi pahlawan kesiangan, gue nggak butuh bantuan dari lo!" seru Fenly keras. Dia pun pergi meninggalkan Fajri yang mematung.

Hati Fajri meringis. Sebegitukan bencinya Fenly pada dirinya sang Adik kandung sendiri.

"Bang Ovel... gue sayang lo," ucap Fajri lirih.

Fajri juga meninggalkan lokasi dengan perasaan sedih. Hati dan pikiran syok mendengar ucapan Fenly tadi.

_$_$_

Bel pulang sekolah telah berbunyi. Siswa siswi mulai meninggalkan kelas setelah Bapak/Ibu guru keluar kelas.

"Ji, pulang sekolah kita nongki dulu yuk!" ajak Gilang.

Fajri diam. Sejak kejadian tadi, dia hanya diam memperhatikan papan tulis dengan tatapan kosong. Beruntungnya guru yang mengajar tidak melihatnya.

"Aji!" teriak Gilang tepat di telinga kanan Fajri.

Tubuh Fajri tersentak kaget. Hampir saja dirinya terjatuh dari tempat duduk.

"Apa sih Lang?!" kesal Fajri.

Gilang malah menatap tajam Fajri. Dia tahu bahwa Fajri sedang tak konsen sejak tadi.

"Lo kenapa sih gue panggil malah bengong terus? Ada masalah apa? Cerita sama gue!" seru Gilang menekan kedua bahu Fajri.

Fajri diam membisu. Dia bingung harus bercerita atau tidak masalah tadi kepada sahabatnya.

Gilang masih setia menunggu. Tekanan di bahu Fajri semakin kencang dan Fajri meringis.

"Lo kalau masih mau anggap gue sahabat lo, cerita sama gue. Kalau nggak yasudah, gue bukan sahabat lo lagi!"

Gilang mulai melepaskan pegangan di bahu Fajri, namun langsung ditahan oleh Fajri. Kedua netra Fajri sudah berkaca-kaca.

Akhirnya pertahaan Fajri runtuh juga. Dia mulai meneteskan air mata menyalurkan perasaan sedih di lubuk hati terdalam.

Gilang langsung mendekap tubuh lemah Fajri. Suasana di kelas sudah sepi, jadi mereka tak perlu melihat kapten basket sekolah menangis.

"Ji, keluarkan semua kesedihan lo. Gue akan selalu ada di samping lo." Gilang menepuk pelan punggung Fajri.

Fajri semakin menangis. Hatinya meringis serta kepala pusing mengingat semua kejadian-kejadian di rumah maupun sekolah. Kedua Abang tercinta sudah memperlakukan buruk kepadanya, tetapi Fajri masih bertahan hingga akhirnya memutuskan untuk meninggalkan rumah.

"Lang... sakit Lang. Dada gue sakit banget seakan teriris benda tajam."

Fajri mengeluarkan semua unek-unek terpendamnya. Gilang juga ikut merasakan kesedihan seorang Fajri. Mereka berbagi kesedihan dan tangis di dalam kelas.

Sepasang mata memperhatikan dari luar jendela. Ada perasaan bersalah melihat seorang Fajri harus menderita di usia remajanya.

"Ji... maafin gue. Gue memang egois tetapi... gue nggak mau berbagi kasih sayang Bang Iky sama lo. Cukup gue saja dan lo tak memperlukan hal itu."

Sosok siswa berparas tampan langsung meninggalkan kelas Fajri. Dia takkan menyerah untuk memperebutkan kebahagiaan.

Fajri masih menangis. Gilang dengan setia menenangkan sahabatnya.

Kepalan di tangan Gilang begitu erat. Dia akan memberikan pelajaran kepada Fenly. Dia tahu semua perlakuan buruk Fenly kepada Fajri hari ini. Kesabaran Gilang sudah melampaui batas.

___BERSAMBUNG___

My Brother's [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang