Di salah satu perumahan bergaya minimalis. Seorang pemuda bertubuh bongsor keluar rumah dengan terburu-buru.
"Lama banget sih, Pikipaw!" omel pemuda bertubuh kurus.
"Ya, maaf Bang. Nama ya juga kesiangan," jawab pemuda bongsor.
"Nih, helm ya. Buruan naik, nanti kita telat lagi!" sang Kakak menyerahkan helm.
Pemuda bongsor itu meraih helm bergambar Doraemon. Dia memakai cepat, lalu naik di belakang motor.
"Berangkat," ucap sang Kakak menirukan gaya tukang ojek pengkolan.
Motor Vespa melaju cepat melewati komplek perumahan dengan bunyi knalpot unik. Kedua saudara kandung itu bernyanyi selama perjalanan.
Limabelas menit berlalu, motor Vespa telah tiba di perkarangan sekolah. Sang Adik bongsor turun dengan gaya estetika yaitu melompat.
"Bang, terima kasih ya. Ini ongkosnya,"
"Yee... Pikipao, gue kira lo tukang ojek online apa," sewot sang Abang.
Shandy Martino. Abang sekaligus senior di sekolah sang Adik bongsor.
Fiki Martino. Adik sekaligus junior di sekolah sang Abang Jamet.
"Hahaha... sekali-sekali gapapa kali Bang," tawa Fiki menyerahkan helm Doraemon kesayangannya.
"Nggak bakal gue kasih tumpangan gratis lagi. Awas saja!" ancam Shandy turun, lalu mengunci motor Vespa antik miliknya.
Fiki mengerucutkan bibir ke depan mirip Bebek. Shandy malah tertawa terbahak-bahak melihat muka si Fiki.
Shandy langsung meninggalkan area parkir sekolah. Tersisa Fiki yang masih kesal dengan kelakuan absurd sang Abang.
_$_$_
Kembali ke tempat kediaman rumah keluarga Zakno. Fajri dan Fenly masih berada di dalam kamar milik Fajri.
Keduanya duduk menjaga jarak. Seragam Fenly sudah tak beraturan ditambah pipi memar.
Kondisi Fajri lebih memprihatinkan dengan bibir sobek. Kedua tangan mengalami luka-luka lecet.
"Ji... ayo berangkat sekolah," bujuk Fenly.
"Loe duluan saja Bang. Nanti gue nyusul," balas Fajri tanpa melihat muka Fenly.
Fenly menghela napas kasar. Dia pun beranjak berdiri, merapikan seragam sekolah.
"Terserah lo Ji. Gue nggak peduli lagi sama lo!" kesal Fenly menatap tajam.
Fajri tersenyum getir. Akhirnya ia menatap Fenly intens.
"Sejak kapan lo peduli sama gue Bang. Palingan juga mau cari perhatian sama Bang Ricky," ucap Fajri lirih.
Perkataan Fajri membuat hati Fenly menohok. Ya. Memang benar selama ini Fenly selalu mencari perhatian kepadan Ricky.
"Terus mau lo apa? Hah!"
Fenly menarik kerah baju Fajri menyebabkan tubuh Fajri spontan berdiri. Fajri tak berusaha untuk melepaskan. Dia sudah lelah dengan keadaan selama ini.
"Jawab Ji! Punya mulut digunakan!" emosi Fenly akhirnya meluap.
Fajri tersenyum miris. Kedua Abang nya sama saja, tak pernah bersikap lembut kepadanya. Mereka sama-sama memiliki ego tinggi.
"Lebih baik Abang Fenly berangkat sekolah. Nanti Bang Ricky khawatir Adik kesayangan nya tidak masuk sekolah."
Fajri langsung melepaskan tangan Fenly dari kerah bajunya. Adu tatapan keduanya masih berlanjut.
Bugh!!
Sebuah pukulan manis melayang lembut ke pipi kiri Fajri. Fajri tak siap menerima serangan itu langsung terjatuh.
"Hahaha... ayo lagi Bang. Pukul Aji sesuka hati." Kata Fajri lirih.
Dia sudah tak menangis lagi. Buat apa, toh tak ada yang peduli juga kepadanya.
"Aji siap kok terima ini semua. Mungkin... sudah menjadi makanan Aji sehari-hari selama Aji tinggal di rumah ini."
Fenly mengepalkan kedua tangan erat. Wajahnya sudah berwarna merah sempurna menahan emosi serta amarah. Dan Fenly memilih pergi meninggalkan Fajri seorang diri.
Fajri menatap kepergian Fenly sendu. "Kenapa lo malah hentikan gue bunuh diri? Kan kalian juga pasti bahagia nggak ada Aji disini."
___BERSAMBUNG___
KAMU SEDANG MEMBACA
My Brother's [END]
FanficHanya sebuah karya fanfiction tentang UN1TY. Jika ada kesamaan nama tokoh, tempat dan latar cerita. Ini hanyalah cerita fiktif belaka. Terima kasih :)