My Brother's (17)

552 125 140
                                    

Ricky berjalan cepat menuju suatu tempat. Badan kekar dan kokoh serta paras tampan membuat Ricky bagaikan seorang model tengah melalukan catwalk.

Sorot mata tajam menandakan Ricky sedang dalam emosi tak stabil. Beberapa orang yang melihat sosok Ricky antara kagum dan takut.

Tiga langkah lagi menuju tempat yang di tuju. Suasana di sana tak seramai karena sudah pada pulang.

Yap! Ricky saat ini berada di sekolah tempat kedua adiknya Fenly dan Fajri. Entah apa yang dilakukan Ricky sampai datang ke sekolah.

"FAJRI MAULANA ZAKNO!"

Satu hembusan napas membuat atensi seseorang menolehkan kepala. Sang Pemuda membeku menatap orang yang telah memanggilnya kini berada di depan mata.

"Bang Iky," ucap Fajri pelan.

Perasaan Fajri tak karuan antara takut, cemas dan panik melebur menjadi satu. Seluruh tubuh Fajru seakan membeku.

"Kamu masih ingat dengan Kakak?" tanya Ricky menatap tajam Fajri.

Fajri takut. Dia tak tahu harus menjawab atau berdiam diri saja. Pikiran negatif sesaat kembali datang.

"AJI! Abang sedang bicara sama kamu bukan dengan patung!"

Fajri tetap diam. Kedua netra nya sudah berlinangan air mata yang siap jatuh kapan saja.

Ricky mengepalkan kedua tangan erat. Dia berusaha menahan diri agar tidak membuat keributan berlebihan di area sekolah.

Ricky sengaja ke sekolah karena ada sesuatu hal penting mengganjal pikiran serta hati. Fajri, sang Adik kedua kembali membuat ulah semenjak meninggalkan rumah tanpa pamit.

"AJI!" seru Ricky penuh penekanan.

"Iya, Bang Iky," jawab Fajri parau.

Ricky menepuk pelan pundak Fajri. Fajri memilih untuk tak menatap Ricky, kali ini objek lantai lebih menarik perhatiannya.

"Sejak kapan Abang mengajarkan Aji untuk tidak menatap seseorang tengah berbicara kepada lawan bicara."

Akhirnya Fajri memberanikan diri menatap wajah Ricky. Rasa rindu, takut, sedih, senang dan sakit berkecamuk di hati. Ingin rasanya Fajri langsung memeluk erat Ricky yang sudah lama tidak ia temui.

"Bang Iky... Aji kangen," ucap Fajri pelan.

"Kalau Aji kangen sama Bang Iky, kenapa Aji nggak pulang ke rumah?" tanya Ricky datar.

"Apa karena kamu betah tinggal di rumah sahabat kamu daripada rumah sendiri? Apa dia memberikan pengaruh buruk pada Aji?"

Berbagai pertanyaan ditunjukkan kepada Fajri. Fajri ingin menjawab dan membantah semua pertanyaan itu, tapi keberanian Fajri seakan menghilang dalam sekejab.

"Aji... kalau kamu nggak mau jawab yasudah. Abang nggak akan memaksa Aji mulai sekarang. Abang Iky akan memberikan kebebasan sama Aji dan mungkin--

Aji bukan Adik Bang Iky lagi."

Deg!!

_$_$_

Fajri seakan tuli. Tidak mungkin dia salah mendengar ucapan Ricky barusan. Ini pasti hanya mimpi.

Dunia Fajri seperti mau runtuh. Fajri tak mau sampai hal itu benar-benar terjadi. Kehilangan sosok Bang Iky sebagai keluarga yang ia cintai. Sosok Ricky yang membuat hari Fajri indah bersama Fenly serta mendiang kedua orang tua mereka.

Jantung Fajri seperti ditusuk ratusan benda tajam. Sakit tapi tak berdarah. Itulah perasaan Fajri sekarang.

Ricky menghela napas berat. Dia pun berniat untuk melangkah pergi meninggalkan Fajri.

"Bang Iky!"

Fajri langsung menahan tubuh Ricky dengan memelukmya. Air mata Fajri akhirnya pecah tak karuan.

"Bang Iky... jangan bilang seperti itu. Aji masih adik Abang. Aji gamau ditinggal Bang Iky."

Fajri menangis di dalam pelukan Ricky. Rasa rindu menyelimuti hati saat momen pelukan walau hanya sepihak.

"Oh Aji masih mau jadi Adik nya Bang Iky, tetapi Bang sudah-"

"Bang Iky! Aji mohon jangan mengucapkan itu lagi. Aji mohon..."

Ricky mulai melepaskan tangan Fajri di perut, namun Fajri bersikeras menahan sekuat tenaga. Perbedaan tenaga membuat pelukan itu terlepas.

"Aji," ucap Ricky.

Ricky membalikan badan kembali menatap tubuh Fajri. Ingin rasanya Ricky memeluk dan memberikan ketenangan untuk Pemuda di depannya, tetapi rasa emosi dan benci sudah menyatu di hati.

"Aji mulai sekarang sudah bebas. Abang nggak akan lagi memarahi atau menyakiti hati Aji. Pasti Aji senang kan?"

Ricky mengelus surai hitam Fajri lembut. Kedua netra Ricky sudah berkaca-kaca. Ricky menolak untuk menangis.

"Nggak! Aji nggak senang! Aji sayang Bang Iky! Aji rindu sama Bang Iky!"

Fajri terus menolak. Dia menulikan telinga untuk tidak mendengar ucapan Ricky bagaikan racun.

"Hmm... Aji nggak boleh gitu," ujar Ricky.

Fajri terduduk lemas. Kedua kaki sudah tak dapat menahan beban tubuhnya. Air mata kesedihan masih terus berlimpah keluar.

Ricky merubah posisinya seperti Fajri. "Bang Iky... Aji mohon..."

Ricky tersenyum getir. Helaan napas berat kembali keluar.

"Bang Iky... Aji janji bakal pulang ke rumah. Aji janji akan menuruti semua perkataan Bang Iky. Aji mohon maafin Aji..."

"Maaf ya Ji," ucap Ricky lirih.

___BERSAMBUNG___

My Brother's [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang