My Brother's (19)

503 123 104
                                    

Di ruang makan sudah berkumpul tiga orang Pemuda tampan. Suasana di sana terasa sunyi dan hening.

"Ji,"

"Iya, Bang Iky," balas Fajri menatap wajah Ricky.

"Ini semua makanan kesukaan kamu. Bi Inah sudah capek-capek memasak nya, jadi kamu harus habiskan."

Ricky tersenyum tipis. Dia mengelus helai poni Fajri. Rasa rindu menyelimuti hatinya saat ini.

"Siap, Bang Iky!" sahut Fajri tersenyum lebar.

Pemuda tampan satu lagi hanya diam memperhatikan. Dia tersenyum kecil walau cuma akting saja.

"Ji, besok berangkat sekolah ya bareng Abang Ovel, ok," ucap Fenly tiba-tiba.

Fajri terdiam. Dia melihat tatapan Fenly penuh dengan kemarahan sesaat.

"Iya, Bang," jawab Fajri pelan.

Ricky tersenyum melihat kedua Adiknya telah berkumpul kembali. Momen ini mungkin menjadi suatu kebahagiaan kecil.

"Kita mulai makan malam, sebelum itu berdoa di mulai," ujar Ricky.

Ketiga saudara kandung menundukkan kepala kecil berdoa. Setelah itu, mereka mulai makan malam dengan tenang. Fajri terlihat paling antusias. Ricky menaruh potongan tempe dan tahu kepada Fajri.

"Bang Iky, ini banyak banget tahu," rengek Fajri.

"Kamu harus makan banyak. Lihat badan kamu jadi kurus sekarang."

Fajri cemberut. Dia tetap melanjutkan makan walau tumpukan lauk pauk begitu banyak di piring.

Fenly makan dengan tenang. Fenly tak terlalu mengikuti pembicaraan, karena hal itu membuatnya merasa muak.

"Ovel selesai. Ovel mau langsung ke atas ada tugas soalnya yang harus dikumpulkan besok," ucap Fenly membersihkan mulut dengan tisu.

"Wah, Adik Abang satu ini memang rajin. Yaudah sana, semangat belajarnya nanti Abang ke atas," balas Ricky memuji Fenly.

Fenly tersenyum lebar. Dia sangat suka bila di puji oleh Ricky. Perhatian sang Abang terasa dicurahkan semua hanya kepadanya.

"Siap, Bang. Ovel bakal buat Abang bangga!" seru Fenly.

Fenly berjalan mendekati Ricky. Ricky yang sudah hafal mengelus rambut Fenly penuh kasih sayang.

"Dah, Abang, Aji," pamit Fenly. Sekilas dia melirik ke arah Fajri yang juga menatapnya. Dia menyeringai kecil seakan memberikan peringatan kepada Adik ya itu.

"Aji, kalau ada tugas yang tidak paham bisa tanyakan ke Abang," ucap Fenly tersenyum penuh arti.

"Iya, Bang Ovel. Terima kasih." Fajri membalas.

Fajri mengerti senyum dan lirikan itu. Dia hanya diam membalas dengan senyuman tipis.

Sosok Fenly menaiki anak tangga menuju lantai dua, tepatnya kamar dia berada. Dan Fajri serta Ricky masih melanjutkan makan di bawah.

"Bang Ovel... kenapa Abang seperti itu?"

"Lihat saja nanti Ji. Permainan akan segera di mulai."

"Senang melihat mereka begitu akrab."

_$_$_

Keesokan paginya. Fajri terbangun dari tidur dengan kedua mata yang masih mengantuk. Suara ketukan pintu di luar begitu berisik.

"Aji! Cepat bangun!" seru Abang di luar kamar.

Tok!!

Tok!!

Tok!!

Fajri sudah sadar penuh. Fajri berjalan gontai menuju pintu dan pintu terbuka lebar.

Sosok Fenly terlihat jelas berdiri di depan kamarnya. Penampilan Fenly sudah rapi dengan seragam sekolah. Wangi parfum mawar menyeruak masuk ke dalam lubang hidung Fajri.

"Woy! Cepat bangun!" omel Fenly

"Iya, Bang," jawab Fajri lesu.

"Iya-iya doang. Sana langsung mandi! Kasian Bang Iky sudah menunggu lo yang lelet!

Ingat dengan lo balik ke rumah ini, lo nggak bisa santai-santai dan harus mengikuti aturan di rumah!"

Fenly sampai menunjukkan jari tepat di muka Fajri. Fajri seakan mematung tak berdaya. Tatapan Fenly sangatlah tajam bagai Elang.

"Mandi dan cepat ke bawah!"

Fenly mendorong cukup keras tubuh Fajri. Fajri yang tak siap sampai bagian punggung menabrak lemari kayu.

"Argh!" Fajri merintih kesakitan.

"Gitu saja sudah kesakitan. Dasar lemah!" cibir Fenly lalu menutup pintu kamar Fajri keras.

Brakk!!!

Fajri meringis. Dia berusaha berdiri dengan rasa nyeri di punggung.

"Bang Ovel, Aji salah apa sebenarnya?"

Anak Bungsu keluarga Zakno berjalan perlahan menuju kamar mandi. Rasa nyeri di punggung semakin terasa saat terkena luka memar.

Sekitar limabelas menit Fajri sudah rapi mengenakan seragam. Buku-buku telah tersusun rapi di dalam tas.

Satu persatu anak tangga Fajri pijaki menuju ke meja makan. Terlihat Ricky dan Fenly sudah duduk di sana.

"Maaf Bang, Aji kesiangan," ucap Fajri menundukan kepala.

"Makan!" seru Ricky tegas.

Fajri menuruti perkataan sang Abang pertama. Dia duduk pelan di bangku. Fajri mengambil lauk dengan tenang tak ingin menimbulkan kegaduhan.

Tiba-tiba sebuah Fenly menyenggol tangan Fajri keras. Tangan Fajri mengenai gelas yang berisi air putih pun tak bisa diselamatkan.

Prangg!!

Gelas itu langsung pecah, serpihan kaca menyebar di lantai. Tubuh Fajri menegang. Fajri melirik sekilas Fenly yang menatapnya penuh kemenangan.

"Aji!" bentak Ricky.

"Maaf, Bang. Aji bersihkan sekarang," ucap Fajri cepat. Dia merubah posisi jongkok mengambil satu persatu pecahan kaca di lantai.

"Awh!"

Jari Fajri tak sengaja terkena serpihan kaca. Fajri mencabut serpihan kaca, lalu menekan luka agar tidak mengeluarkan banyak darah.

"Kamu kenapa Ji?" tanya Ricky melihat jari Fajri berdarah.

"Gapapa kok, Bang Iky," jawab Fajri tersenyum tipis.

Muka Ricky terlihat panik. Dia pun menuntun Fajri ke ruang tengah. Bi Inah yang lewat langsung mengambil kotak P3K.

"Sini Abang obati," ucap Ricky.

"Terima kasih, Bang," balas Fajri tersentuh.

Fenly menatap geram Fajri. Rencananya membuat sang Abang marah malah membantu Fajri.

"Aji... gue sangat benci sama lo!"

___BERSAMBUNG___

My Brother's [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang