#21. Don't Let Him In

3K 249 9
                                    

Setelah menyelesaikan sarapan mereka pagi itu, James menawarkan diri untuk membantu Tara membereskan meja makan bersama dengan Hana. Sedangkan Prabu pergi untuk memandikan Geonna.

Dia mengumpulkan piring-piring kotor lalu meletakkannya di wastafel untuk dicuci oleh Hana. Kemudian mengambil serbet untuk mengelap meja makan. Ponsel yang diletakkannya diatas meja terlihat bergetar beberapa kali, tetapi diabaikannya begitu saja. Tanpa melihatpun dia sudah menebak siapa yang meneleponnya berkali-kali.

"Kamu bilang sama papamu kalau mau kesini?" Tanya Hana yang juga menyadari ponsel putranya berbunyi.

"Nope." Jawab James, kini membantu Hana mengeringkan piring yang sudah dicuci.

"Seharusnya kamu bilang sama papamu dong, biar dia nggak khawatir." Balas Tara.

James mendengus mendengar ucapan Tara. "Nggak penting juga tante. Papa nggak pernah peduli sama aku kok selama ini." Sahutnya.

Tara tertegun mendengar jawaban James yang dingin. Dia tahu bahwa hubungan Hana dan Brian sedang tidak baik, tetapi dia tidak tahu kalau hubungan James dan Brian juga tidak baik.

"Sorry, tante nggak tau kalau hubungan kalian juga nggak baik ternyata." Ucap Tara.

"It's okay tante, papa cuma agak posesif aja akhir-akhir ini." Balas James santai.

"That's because I said I'll bring you back to Guam." Sahut Hana. "Dia lebih takut kehilangan dirimu dibandingkan mama."

"Kalau papa benar peduli padaku, he should take care of me better than all his girlfriend." Balas James memutar bola matanya.

Melihat duo ibu dan anak yang berdebat mengenai siapa yang lebih dipedulikan oleh Brian membuat Tara tersenyum geli. Mereka mungkin terlihat tidak peduli tapi sebenarnya mereka berdua sangat memperhatikan segala perilaku Brian.

"Menurutku Brian sebenarnya peduli dengan kalian berdua, hanya saja memang nggak terlihat." Ucap Tara yang langsung dibalas lirikan protes dari kedua ibu dan anak itu.

"Siapa pak?"

Suara Prabu mengalihkan perhatian tiga orang yang masih berada di dapur. Prabu berjalan mengenakan celana yang digulung selutut, sambil mengelap tangan kirinya mengyisakan noda basah di kaos yang dikenakannya. Alisnya berkerut mendengar penjelasan dari seseorang yang sedang bertelepon dengannya.

"Saya nggak kenal pak, suruh pulang saja." Jawab Prabu.

"Tapi pak..." 

"Lemme talk to him!" Terdengar suara seorang pria yang familiar dari seberang sambungan telepon.

"Prabu dengar! Gue perlu bicara dengan Hana." Ucap Brian.

"No!" Jawab Prabu singkat.

"Please Prabu, give me a chance to talk to her." Pinta Brian.

"You got that chance million times. Kenapa nggak digunain baik-baik? No! I won't let you talk to her. Now fuck off!"

"Prabu please forgive me."

Mendengar permintaan Brian membuat Prabu mendengus kesal. "Hana might be forgive you, but the Jamali's not. So prepare yourself karena gue bakal balas apa yang udah lo perbuat kepada adek gue." Ucap Prabu kemudian memutuskan panggilan telepon.

Setelah mengakhiri telepon, Prabu langsung menghubungi kepala bagian pengamanan Wijaya Residences.

"Tolong sampaikan kepada semua anggotamu, jika ada pria bernama Brian Rajendra, jangan ijinkan dia masuk. Siapapun yang berani mengijinkan dia masuk akan dipecat." Ucapnya.

Kepala bagian pengamanan yang tiba-tiba dihubungi oleh Prabu, terkejut dengan perintah yang diberikan kepadanya. Apa yang sebenarnya telah dilakukan oleh pria bernama Brian Rajendra ini hingga membuat Prabu yang selalu ramah kepada semua orang berang. Pria itu pasti benar-benar telah menyinggung Prabu.

"Baik pak, saya akan sampaikan kepada semua anggota saya." Jawab Kepala Bagian Pengaman.

"Good!"

Prabu menghela napas lega begitu mengakhiri panggilan telepon. Dia hendak meletakkan ponselnya diatas meja saat menyadari ada tiga pasang mata yang memandang kearahnya dengan kaku. Sesaat mereka saling berpandangan selama beberapa detik, sebelum akhirnya Prabu melenggang meninggalkan dapur seolah tidak terjadi apa-apa.

"James." Panggil Tara pelan setelah Prabu menghilang kembali ke kamar mandi.

"Ya tan?" Sahut James tersadar namanya dipanggil.

"If you have free time, I think you should pack your stuff. And bring mbak Jumi here." Ucap Tara.

"Huh? Why?" Tanya James bingung dengan perintah Tara.

"For your safety." Balas Tara menepuk lembut pundak James lalu ikut meninggalkan dapur.

"Ma what was that mean?" Tanya James bingung. Entah dengan sikap Prabu maupun ucapan Tara.

"I don't know son, never seen my brother like that before." Balas Hana tak kalah bingung seperti James.

-

Seperti yang sudah dijanjikan Tara kepada Geonna pagi tadi. James dan Prabu pergi ke showroom terlebih dahulu untuk memilih mobil baru untuk James, baru kemudian menyusul mereka ke kebun binatang.

James tadinya sempat khawatir jika suasana hati Prabu menjadi buruk karena papanya. Tapi ternyata tidak. Setelah selesai memandikan Geonna, dia kembali menjadi Prabu yang seperti biasanya. James hampir berpikir pria yang ditemuinya pagi tadi dan yang saat ini berada disampingnya adalah dua orang yang berbeda.

Saat pertama kali menerima panggilan telepon. James bisa merasakaan aura mengerikan dari pria tersebut, raut wajahnya pun terlihat tidak ramah. Tatapan matanya begitu dingin, seolah siap menelan siapapun yang berada di dekatnya. 

Namun ketika dia keluar lagi dari kamar mandi bersama dengan Geonna dipelukannya. Aura mengerikan itu telah menghilang, wajahnya kembali terlihat cerah seolah tidak terjadi apa-apa barusan.

Begitu pula saat mereka semua memgunjungi kebun binatang. Prabu terlihat sangat santai, bahkan sesekali bercanda dengan putrinya. Melihat hal tersebut, James berusaha mengabaikan ancaman pamannya terhadap papanya dan memilih untuk ikut bermain bersama dengan Geonna.

Tetapi tidak dengan Hana.

Sejak Prabu mengancam Brian akan membalas semua perbuatan pria itu kepada adiknya. Hana menjadi tidak tenang. Dia tahu Prabu adalah pria pendendam, butuh puluhan tahun bagi Prabu untuk memaafkan papanya sendiri karena telah meninggalkannya saat kecil. Itupun karena Tara yang memaksanya untuk berbaikan sebagai syarat agar mereka bisa menikah.

Kini dengan semua yang telah dilakukan Brian terhadapnya. Hana tidak yakin kakaknya akan dengan mudahnya memaafkan pria itu.

------------
Hallooo semuaa~~
Happy belated new year for you all..
Wish all the great in this year, semoga kita semua diberi kesehatan dan kekuatan untuk melewati tahun ini lagi.
Here, hadiah tahun baru untuk kalian.
I'll try to keep updating very soon, so keep support me.
*Thankyou*
\>o</


Family Play [HIATUS]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang