Di dalan kamarnya, James tidak sabar membuka kado dari Prabu. Pria itu memberinya dua buah kado untuknya, yang pertama sebuah kotak berukuran tidak lebih dari lima sentimeter yang terbuat dari kulit berwarna hitam dan yang satu lagi kotak berbentuk persegi panjang yang sedikit lebih besar. Penasaran dengan kotak pertama, James langsung membuka benda tersebut. Betapa terkejutnya dia ketika melihat sebuah kartu berwarna hitam dengan logo berwarna perak dari mobil yang James ketahui harganya cukup mahal. Diambilnya kartu tersebut, sekali lagi terkejut melihat sebuah kunci mobil dengan logo yang sama. Dibalik kartu yang dipegangnya terdapat pesan bertulisan tangan.
Dear James,
I don't know what kind of car you kiddos likes, so why don't give me a call and we'll see which car you like?
Cheers, Prabu Jamali.Dibagian bawah pesan itu terdapat nomor Prabu yang bisa dihubungi oleh James. Masih tidak percaya dengan apa yang dilihatnya, James menyentuh kunci mobil yang ada didalam kotak tersebut. Memastikan bahwa benda itu memang benar-benar asli. Dibolak-balik benda itu, diterawangnya dibawah sinar lampu. Membuat logo mobil itu Nampak berkilat dibawah sinar lampu. Dia tidak habis pikir, pria macam apa yang memberi hadiah keponakannya sebuah mobil mewah yang mungkin tidak akan didapatkan oleh anak berusia 16 tahun sepertinya.
Tidak mau lama-lama dikejutkan oleh hadiah dari kakak mamanya itu, James segera membuka kado lain dari Prabu. Kado kedua yang diberikan oleh Prabu adalah sebuah portable smart-speaker yang terbuat dari kayu. Meskipun tidak sebanding dengan mobil yang diberikan oleh Prabu, James bisa menebak harga speaker ini terbilang cukup fantastis. Dia pernah melihat di internet sebelumnya, ada seorang penyanyi Amerika yang memiliki speaker serupa. Speaker yang bisa digunakan sebagai charger yang langsung tersambung hanya dengan meletakkan ponsel diatasnya. Juga karena penjualannya yang sangat terbatas, dan menggunakan system pre-order menyebabkan harga speaker tersebut menjadi mahal. James hampir yakin dengan sangat, pasti sulit untuk mendapatkan benda tersebut.
Atau mungkin hanya mirip saja? Pikir James mengingat betapa sulitnya mendapatkan benda tersebut.
"Kalo nggak salah yang asli ada ukiran berbentuk bunga melati dibagian ujungnya deh."
Penasaran karena mungkin saja Prabu hanya membeli produk yang mirip, James mengecek setiap sudut speaker tersebut. Benar saja, ada ukiran berbentuk bunga melati di sudut sebelah kiri bawah. Speaker itu adalah produk asli dari 'Aenean', dia memiliki speaker yang sama dengan penyanyi Amerika itu.
"Woah! Siapa sebenernya om Prabu itu? Like how rich is he? Mama punya kakak yang luar biasa."
Dia kembali memandang kartu yang terdapat nomor Prabu tersebut. Rasa penasaran membuatnya ingin segera menghubungi pria tersebut. Tetapi melihat waktu yang hampir menunjukkan tengah malam, dia mengurungkan niatnya dan memilih untuk menghubungi Prabu esok hari saja.
-
Begitu mobil Prabu memasuki halaman rumah, Hana langsung keluar tanpa menunggu mobil benar-benar berhenti. Membuat Prabu mengumpat kesal karena perbuatan adiknya yang berbahaya itu. Jika bukan karena Geona yang telah tertidur pulas dibangku belakang mobil, mungkin saja dia tidak akan menahan kekesalannya. Setelah memastikan mobil telah terparkir dengan benar, Prabu berjalan menuju bangku belakang untuk mengeluarkan Geona. Pelan-pelan dia melepaskan sabuk pengaman lalu menggendong anaknya, berusaha untuk tidak membangunkannya. Dia menepuk-nepuk punggung putrinya saat anak itu menggeliat merasakan tubuhnya berada diposisi yang salah. Setelah merasa nyaman berada didalam pelukan papanya Geona kembali tertidur pulas, sambil menghisap jempol tangannya yang kiri. Dia melangkahkan kakinya memasuki rumah yang masih gelap gulita, terkejut ketika tiba-tiba seorang wanita muncul dihadapannya.
"Midget!" Ucap Prabu riang saat menyadari siapa wanita yang tiba-tiba muncul tersebut. "You are home? Bukannya pulang besok?"
Tara tersenyum melihat perubahan raut wajah Prabu yang awalnya terkejut kemudian senang karena kehadirannya. "Kerjaan selesai lebih cepat, jadi gue bisa pulang hari ini." Jawab Tara menjulurkan lehernya berusaha mencium suaminya.
Dengan senang Prabu membalas ciuman dari istrinya itu. Dia selalu menyukai cara mereka memberi salam satu sama lain yang telah mereka lakukan sejak masih berpacaran dulu. Hingga kinipun salam tersebut telah menjadi kebiasaan bagi mereka yang selalu dilakukan setiap kali mereka bertemu.
"Give her to me, I'll put her to sleep!" Pinta Tara mengambil alih putri mereka. "Lo temuin aja Hana, I don't know why but I think she's upset."
Prabu menganggukkan kepalanya, memberikan Geona kepada Tara lalu berjalan menuju teras belakang rumah dimana Hana berada. Setelah memberi satu kecupan lagi untuk Tara.
Di teras belakang, Prabu melihat Hana sedang memandang ke arah kolam ikan koi sambil melempar pelet ikan satu per satu. Punggung kurus wanita itu membuatnya terlihat sangat rapuh, padahal selama ini dia memandang adiknya itu sebagai seorang wanita yang kuat. Siapa sangka rasa cintanya kepada Brian bisa membuat wanita yang kuat ini terlihat begitu rapuh seperti lapisan es yang membeku.
Dia memang tidak begitu mengerti perjalanan cinta Hana dan Brian. Bagaimana mereka bisa bersama, juga bagaimana mereka bisa berpisah. Selama ini dia tertarik untuk ikut campur ataupun ingin tahu mengenai kisah mereka berdua. Jangankan ikut campur, adiknya menikah dan punya anak saja dia tidak tahu. Prabu dan Hana memanglah bukan saudara kandung, mereka hanya terlahir dari ayah yang sama. Meskipun Prabu pernah menyangkal ayahnya, bukan berarti dia tidak peduli kepada Hana. Saat mengetahui bahwa dia memiliki seorang adik perempuan, dia berjanji kepada dirinya sendiri untuk selalu menjaga Hana agar tidak mengalami apa yang di rasakan oleh ibu kandungnya. Ditinggalkan oleh ayahnya untuk menikah dengan wanita lain.
"Han, you okay?" Tanya Prabu akhirnya menghampiri adiknya.
Hana menoleh, berusaha tersenyum kepada Prabu. Melihat senyum yang dipaksakan itu membuat Prabu mengerutkan keningnya tidak suka. "Don't smiling like that!" Ucap pria itu membuat senyum Hana langsung menghilang.
Wanita itu mengalihkan pandangannya dari Prabu, kembali memandang kearah kolam ikan koi dengan raut wajah yang tidak dapat ditebak. "I'm not okay, mas." Jawab Hana setelah terdiam cukup lama.
Jujur saja dia sangat kecewa atas apa yang telah dilakukan oleh Brian. Pria itu meminta maaf kepadanya dan berkata bahwa dia mencintainya serta memohon untuk diberikan satu kesempatan lagi. Melihat kesungguhan yang dilakukan oleh Brian membuat Hana berpikir untuk membuka kembali hatinya untuk pria itu. Tetapi Brian justru melakukan sebuah kesalahan yang sama, dia kembali mengecewakannya. Dimana kata cinta yang di ucapkannya itu? Apakah itu hanya pemanis bibir saja agar Hana mau memaafkannya?
"It's okay, you can cry if you want. You can also sign that divorce letter. Gue nggak akan meminta lo untuk mempertimbangkan kembali masalah perceraian lo ini." Ucap Prabu membuat Hana terkejut.
"Ma... Maksudnya mas? Lo ingin gue cerai dari Brian?" Tanya Hana.
"Well, gue yang udah nyaranin lo untuk menceraikan Brian, tapi gue juga yang minta lo untuk menunda perceraian kalian. Sorry, gue agak plin plan karena gue pikir mungkin saja Brian bisa berubah jika lo ngajuin surat cerai. Tapi sepertinya gue salah, he doesn't really change. Seharusnya gue dengerin ucapan Tara waktu itu." Sahut Prabu menyesali saran yang diberikannya kepada Hana. "You deserve happiness honey, I thought that maybe Brian can bring you happiness. Tapi sepertinya gue salah."
Setelah menepuk bahu Hana dua kali, Prabu memutuskan untuk meninggalkan wanita tersebut. Hana butuh waktu untuk menyendiri, dia tidak ingin menganggu adiknya itu. Begitu Prabu pergi, Hana kembali memikirkan ucapan kakaknya itu.
But he bring me happiness mas, he did.
![](https://img.wattpad.com/cover/185456250-288-k718198.jpg)
KAMU SEDANG MEMBACA
Family Play [HIATUS]
Fiksi Umum"Maaf telah menyakitimu. But can we start all over again?"