Flashback
Hana Jamali yang lahir dan besar di sebuah kota bernama Tamuning, Guam tidak pernah menyangka bahwa dirinya akan di terima di salah satu universitas swasta di Jakarta. Awalnya dia hanya iseng-iseng mengikuti tes penerimaan mahasiwa baru di universitas tersebut yang dilakukan secara online. Tidak tahunya dia benar-benar di terima sebagai mahasiswa baru di universitas itu.
Kini dia harus berpikir keras bagaimana caranya untuk menjelaskan kepada Papa bahwa dia diterima di universitas itu. Meksipun Papa mengijinkannya untuk bersekolah dimanapun dia mau, Papa tidak pernah mengijinkannya untuk pergi ke Indonesia. Walaupun sebenarnya mereka adalah warga Indonesia asli, bahkan mereka membuka sebuah restaurant Indonesia di Guam. Entah apa alasannya, Papa tidak pernah mau memberitahunya.
Wijaya University, merupakan salah satu universitas swasta elit yang memprogram beasiswa untuk sebagian besar muridnya. Hana yang tidak sengaja melihat penawaran itu tertarik untuk mengikuti program beasiswa yang ditawarkan tersebut. Juga karena sebenarnya dia sangat ingin sekali pergi ke Indonesia, mungkin saja dengan alasan bersekolah disana Papa akan mengijinkannya. Itulah yang dipikirkan oleh Hana ketika dia iseng untuk mendaftar program tersebut. Kini ketika dia benar-benar mendapatkan beasiswa tersebut, dirinya panik karena tidak tahu bagaimana harus memberitahu Papa.
"Hana darling, kamu sudah mendapatkan hasil pengumuman dari ujian penerimaan mahasiswa yang kamu ikuti kemarin?" Ribka, Mamanya memasuki kamar sambil membawa sepiring buah apel yang telah dipotong untuk Hana.
"Aku diterima Ma." Jawab Hana masih memandang layar PC yang menunjukkan email dari Wijaya University.
"Bagus dong!" Sahut Ribka senang. "Di terima di Universitas apa?"
"Wijaya University."
"Wijaya University? Mama kok baru dengar namanya ya, universitas apa itu?" Tanya Ribka mencoba mengingat nama Universitas yang terdengar tidak asing baginya.
"Universitas swasta di Jakarta, Ma."
"Apa?! Di Jakarta?!" Ribka terkejut mendengar putrinya di terima di Universitas di Jakarta. "Kamu serius? Bagaimana kalau papamu tahu? Dia pasti tidak akan senang."
"But this is a good university, Ma. Meskipun banyak anak pejabat dan konglomerat yang bersekolah disana, nggak gampang untuk masuk ke sekolah itu. Ujian penerimaannya saja sangat sulit, but I got full scholarship. Jadi akan sangat disayangkan kalau aku nggak ambil ma."
Mendengar bahwa putrinya mendapatkan beasiswa penuh untuk bersekolah disana, membuat Ribka sedikit berpikir mungkin ada baiknya membiarkan Hana pergi ke Jakarta. Anak itu perlu mempelajari budaya kampung halamannya secara langsung, tidak hanya mengetahui melalui cerita kedua orang tuanya ataupun karyawan yang juga berasal dari Indonesia. Sudah saatnya mereka melepas Hana untuk mencari apa yang selalu dia inginkan.
"Just pack your stuff, mama yang akan berbicara dengan papa. Biar bagaimanapun kamu tidak boleh melepaskan kesempatan ini."
Setelah perdebatan panjang antara papa dan mamanya, akhirnya Hana di ijinkan untuk pergi ke Jakarta dengan syarat membawa salah satu karyawan papanya yaitu Simbok yang telah merawat Hana sejak masih bayi.
-
Saat menginjakkan kakinya di kota Jakarta, hal pertama yang dipikirkan oleh Hana adalah kota tersebut lebih panas dibandingkan kota kelahirannya di Guam. Meskipun dibesarkan di negara yang sama-sama beriklim tropis, suasana kota tersebut terlihat sangat berbeda. Membuatnya semakin bersemangat untuk menjalani masa kuliahnya di kota tersebut.
Brian Rajendra, dikenal sebagai playboy kelas kakap. Tiada hari tanpa wanita disisinya, setiap minggu pasti berganti dari wanita satu ke wanita yang lain. Seorang social butterfly yang selalu menghabiskan tiap malam berpesta. Selain itu, ketampanan Brian juga mempengaruhi popularitasnya di kampus. Tidak ada seorangpun yang tidak mengenalnya di kampus. Bahkan hampir semua dosen mengenalnya.
Namun popularitas Brian tidak cukup berpengaruh pada Hana yang saat itu merupakan mahasiswa baru di kampus tersebut. Memang Hana sering mendengar nama Brian disebutkan, kalau tidak salah sejak awal perkuliahan nama tersebut sudah beredar dimana-mana. Berbagai macam rumor mengenai pria itu tersampaikan padanya walaupun Hana tidak pernah mau mendengarnya.
"Like seriously, who is this guy? Kenapa semua orang membicarakan dia sih?" Gerutu Hana lelah mendengar semua gosip tentang Brian.
"My cousin." Jawab Navis yang duduk disamping Hana sambil mengunyah makan siangnya.
Hana menoleh memandang Navis, orang pertama yang menjadi temannya sejak dia datang ke Jakarta. Jika bukan karena Navis yang menyapanya di hari pertama perkuliahan saat dia tersesat mencari kelas, serta menawarkan diri untuk membantunya. Mungkin saja Hana akan melewati masa kuliah seorang diri karena tidak mengenal siapapun dan tidak terlalu mengerti budaya disini.
"Ah, pantas saja semua orang membicarakannya. He must be as handsome as you. But what did he do sampai semua orang begitu penasaran akan kehidupannya?"
"He is a high class playboy, nothing good comes from him. Lo mending jauh-jauh dari dia deh." Balas Navis.
"Kenapa?" Tanya Hana heran, mengapa Navis tidak mengijinkannya kenal dengan Brian.
"Ya pokoknya jangan deh."
Meskipun tidak mengerti apa maksudnya, Hana tetap menganggukan kepalanya menuruti permintaan Navis. Lagipula pria itu satu-satunya temannya di kampus, siapa lagi yang akan dia percaya kalau bukan Navis.
Navis yang mengenal Brian sejak masih kanak-kanak sangat mengerti apa yang akan dilakukan oleh sepupunya itu jika dia bertemu dengan Hana. Sebagai seorang womanizer, dia tidak akan melepaskan Hana begitu saja.
Terlebih paras Hana yang sangat cantik, serta kulit cokelatnya yang terlihat eksotis. Wanita itu juga sangatlah cerdas. Meskipun tidak banyak yang tahu, Hana merupakan mahasiswa yang mendapatkan peringkat pertama di ujian penerimaan mahasiswa baru.
Navis selalu berharap agar Hana dan Brian tidak pernah bertemu. Tetapi sayangnya takdir lebih suka bermain-main. Walaupun sudah berusaha agar mereka tidak bertemu, akhirnya Hana bertemu juga dengan Brian.
Dan siapa sangka, Brian sang playboy berubah ketika dirinya bertemu dengan Hana.
KAMU SEDANG MEMBACA
Family Play [HIATUS]
Genel Kurgu"Maaf telah menyakitimu. But can we start all over again?"