#13. You Did It on Purpose, Right?

5K 384 12
                                    

Prabu Jamali.

Tidak seperti yang dibayangkan oleh Brian. Pria itu sama sekali tidak mirip dengan ayahnya, maupun Hana. Jika dilihat sepintas, tidak akan ada yang menyadari bahwa Prabu dan Hana adalah kakak beradik. Satu-satunya yang mirip diantara mereka hanyalah mata hitam biji kenari yang tajam dan dingin. Meskipun memiliki mata yang sama, kepribadian Prabu yang hangat lebih mudah untuk didekati dibandingkan dengan Hana.

"Jadi lo kesini untuk merayu Hana agar membatalkan perceraian kalian?" Tanya Prabu ditengah makan malam mereka.

"I hope she'll give me one more chance." Jawab Brian.

Prabu menganggukkan kepalanya. "Yeah, you deserve that second chance."

"Mas!!"

"Boo!!"

Protes Hana dan Tara bersamaan membuat Prabu keheranan. Apa yang salah dari memberi kesempatan kepada seseorang untuk memperbaiki kesalahannya. Kenapa mereka marah hanya karena hal tersebut?

"He hurt Hana!" Ucap Tara.

"It's just a misunderstanding." Balas Prabu.

"Misunderstanding selama sepuluh tahun?! Are you kidding me?!" Protes Tara. "Kemana saja dia selama ini? Kenapa harus menunggu Hana kembali hanya untuk memperbaiki kesalahannya?!"

Tara masih tidak terima dengan sikap Brian yang tiba-tiba ingin baikan setelah Hana mengajukan gugatan cerai. Betapa egoisnya pria itu, selama ini dia menyalahkan Hana yang telah berselingkuh darinya tanpa berusaha untuk mencari tahu kebenarannya. Sekarang, begitu kebenaran terkuak dan Hana memutuskan untuk melepasnya. Dia justru menolak untuk melepaskan Hana, mengemis untuk kesempatan kedua.

"Second chance huh?" Tara mendengus kesal. "Kalau begitu, seharusnya Kristo berhak mendapatkan kesempatan kedua juga."

"Babe!" Seru Prabu berang mendengar nama mantan pacar Tara disebut.

"AHH ENOUGH!" Balas Tara tak kalah emosi.

Dia meraih piring dihadapan Prabu lalu membawanya kedapur. Mengisyaratkan bahwa makan malam sudah selesai dan dia tidak mau berdebat lagi dengan pria itu.

Hana memandang Tara yang telah menghilang dengan perasaan bersalah. Karena dirinya Prabu dan Tara jadi bertengkar.

"Mas, can we talk?" Tanya Hana.

Prabu menganggukkan kepala lalu bangkit berdiri dan mengajak Hana untuk berbicara di ruang kerjanya. Meninggalkan Brian berdua saja dengan keponakannya yang sibuk menikmati makan malamnya tanpa terganggu akan keributan yang baru saja terjadi.

"Sorry mas, gara-gara gue, lo dan Tara jadi berantem." Ucap Hana begitu mereka memasuki ruang kerja.

"It's okay. Gue bisa selesain nanti." Jawab Prabu tak acuh. "Sekarang masalahnya adalah lo Hana. Apakah lo akan memberi Brian kesempatan lagi?"

"I can't."

Jujur didalam lubuk hati Hana bersedia untuk memberi kesempatan kedua bagi Brian. Namun otaknya terus mengingatkan konsekuensi yang akan dihadapinya jika dia memberi kesempatan tersebut kepada Brian. Dia belum siap untuk sakit hati lagi.

"Kenapa? You still love him right?"

"Because..." Kata-kata Hana terhenti, dia tahu Prabu pastu sudah mengetahu alasannya.

"What if the one who broke your heart is the one who can fix it?" Tanya Prabu.

Hana mengangkat kepalanya memandang Prabu yang juga sedang menatapnya penuh arti. Meski tidak mau mengakuinya, Hana sadar dengan betul bahwa Brianlah satu-satunya orang yang mampu mengobati rasa sakit hatinya.

"Give it a try, hmm?"

Hana menarik napas dalam-dalam. "Let see." Ucapnya lalu berbalik meninggalkan ruang kerja Prabu, diikuti oleh kakaknya yang diam-diam tersenyum.

-

"I'll see you off." Ucap Hana begitu kembali ke ruang makan.

"Huh? Tapi kan dinner belum selesai." Sahut Brian.

"Lo nggak lihat?! Tara already take away the dishes. Ngapain lo masih ada disini?"

Tahu bahwa tak bisa berlama-lama lagi dirumah Prabu. Brian berpamitan kepada kakak iparnya itu lalu berjalan keluar rumah ditemani oleh Hana.

"Three weeks." Ucap Hana tiba-tiba.

Brian yang hendak membuka pintu mobilnya berbalik memandang Hana dengan bingung.

"Huh?"

"You have three weeks to change my mind."

"Really?"

Wajah Brian bersinar cerah mengetahui ada seberkas harapan untuknya kembali bersama dengan Hana.

"Bukan berarti I give you second chance ya." Lanjut Hana buru-buru, menyadari perubahan raut wajah Brian. "You are on trial. Kalau lo bikin gue kecewa lagi, maka..." Hana membuat gerakan memotong leher dengan telapak tangannya.

"Promise you, gue nggak akan buat lo kecewa." Balas Brian bahagia.

Hana memutar bola matanya lalu berbalik meninggalkan Brian yang masih tersenyum senang di halaman rumah Prabu.

Sementara Prabu langsung menghampiri istrinya yang sedang membereskan sisa-sisa makan malam didapur. Diam-diam dia memeluk Tara dari belakang dan berbisik.

"You do it on purpose kan?" 

Tara bergidik geli merasakan hembusan napas Prabu ditelinganya.

"Boo, gue masih kesel ya sama lo." Sahutnya mengabaikan suaminya yang kini mulai menghujani tengkuk dan lehernya dengan ciuman.

"You make Hana felt guilty to me so gue bisa dengan mudah merayu dia untuk memaafkan Brian." 

Tara berbalik memandang Prabu dengan tatapan lembut. "Sok tahu!" Lanjutnya melepaskan diri dari pelukan pria itu. "Finish the dishes!

-----------------------------
I'm stuck here :3
Sorry jadi slow banget updatenya..
I'll try untuk kembaliin Brian dan Hana kepada tracknya.

Family Play [HIATUS]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang